Menko Polhukam: Belum Ada Perintah Pergantian Kapolri

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 Januari 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 165.932 Kali
Menko Polhukam Tedjo Edy Purdijanto memberikan keterangan kepada wartawan di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (4/12)

Menko Polhukam Tedjo Edy Purdijanto

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Tedjo Edhy Purdijatno mengaku belum menerima perintah pergantian Kepala Kepolisian RI (Kapolri) yang kini dijabat Jenderal (Pol) Sutarman oleh Presiden Joko Widodo.

Menurut Menko Polhukam, tugas Sutarman masih panjang hingga masa baktinya berakhir pada Oktober mendatang.

“Enggak ada (perintah pergantian, red), masih panjang  kok tugas beliau sehingga belum ada perintah penggantian,” kata Tedjo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (6/1).

Meski demikian, menurut Tedjo, terbuka kemungkinan jika Presiden ingin mempercepat pergantian Kapolri. Ia menyebutkan, pemilihan Kapolri merupakan hak prerogatif presiden.

“Itu tergantung pimpinan ya, Pak Presiden kalau beliau menghendaki segera, bisa, akan sampai pensiun juga bisa, terserah beliau, penggunanya kan beliau,” sambung Tedjo.

Menko Polhukam menegaskan, kalau sesuai masa pensiun maka jabatan Sutarman akan selesai pada Oktober 2015 mendatang.

Militer Asing

Sementara itu menyinggung masalah kehadiran militer asing yang membantu pencarian korban AirsAsia QZ8501 di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Menko Polhukam  Tedjo Edhy Purdjiatno mengaku tak khawatir. Ia meyakini, keberadaan mereka tidak akan mengancam pertahanan negara.

“Tidak khawatir karena mereka kan di dalam kendali Basarnas,” kata Tedjo di Kantor Presiden, Selasa (6/1).

Justru, lanjut Tedjo, Indonesia harusnya mengapreasiasi kehadiran militer asing yang datang dengan membawa misi kemanusiaan untuk membantu pemerintah mencari korban pesawat AirAsia QZ 8501. Apalagi, mereka datang dengan membawa peralatan pencarian yang lebih canggih.

“Peralatan yang mereka punyai lebih canggih, ya kita terima kasih. Tidak ada kaitannya dengan pertahanan,” ucap Tedjo.

Seperti diketahui, sejumlah negara ikut turun tangan untuk membantu Basarnas melakukan pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 yang hilang. Negara-negara yang sudah datang ke Indonesia yakni Singapura, Malaysia, Australia, Rusia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Masing-masing negara membawa peralatan pencarian sendiri, ada yang membawa helikopter, kapal laut, dan pesawat amfibi.

Hingga hari ke-10, pencarian korban dan bangkai pesawat masih terus dilakukan. Sejauh ini, ada 37 jenazah yang berhasil ditemukan. (WID/ES)

 

Berita Terbaru