Menristek: Alkes ‘Rapid Test’ Sedang Tahap Uji Validasi dan Registrasi Kemenkes

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 11 Mei 2020
Kategori: Berita
Dibaca: 1.342 Kali

Menristek saat memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas (Ratas), Senin (11/5). (Foto: Humas/Ibrahim).

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro menyampaikan perkembangan yang menggembirakan yakni alat kesehatan (alkes) untuk test kit, yakni rapid test maupun yang PCR sedang dalam tahap uji validasi dan registrasi di Kementerian Kesehatan.

“Sehingga ditargetkan akhir bulan ini untuk rapid test yang berbasis peptida sintesis ini bisa diproduksi 50.000 sampai 100.000 unit,” ujar Menristek saat memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas (Ratas), Senin (11/5).

Kapasitas industri dari rapid test kit ini, menurut Menristek, bisa mencapai 100.000 unit per bulan, jadi diharapkan bisa memenuhi kebutuhan untuk tes yang bersifat masif. 

“Selain rapid test yang sudah dalam tahap validasi, sebenarnya ada 3 lagi jenis rapid test yang sedang dikembangkan tapi mungkin masih membutuhkan waktu 1 sampai 2 bulan ke depan,” imbuh Kepala BRIN.

Mengenai PCR test kit atau tes kit yang berbasis PCR, Menristek telah melaporkan bahwa tahapannya juga sudah dalam tahap validasi dan registrasi yang nantinya akhir bulan ini diharapkan bisa diproduksi sampai 50.000 unit juga.

“Dan ini tentunya akan membantu upaya yang kita untuk melakukan tes PCR secara masif sesuai dengan target Presiden mencapai 10.000 tes per hari,” ungkap Menristek.

Untuk ventilator, Menristek sampaikan yang telah dilaporkan sudah ada 4 prototipe ventilator yang selesai pengujian alatnya oleh BPSK (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kementerian Kesehatan dan saat ini yang sedang menjalani uji klinis.

“Bahkan satu di antara 4 itu yang berasal dari ITB itu sudah selesai uji klinis dan diharapkan bisa segera masuk fase produksi,” urai Menristek.

Sedangkan yang lain dari UI, dari BPPT, maupun dari PT Dharma (swasta) itu, menurut Menristek, masih akan menyelesaikan uji klinis dalam hari-hari ini sehingga kemungkinan minggu depan produksi dalam jumlah besar sudah bisa dilakukan.

“Kapasitas produksi kira-kira itu adalah 100 unit ventilator per pabrik per minggu. Jadi diharapkan ini bisa mengejar kebutuhan ventilator kita yang memang masih cukup besar di berbagai tempat di Indonesia,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Menristek juga menyampaikan bahwa mobile lab atau mobile BSL2 saat ini sedang diselesaikan oleh BPPT dan targetnya tanggal 20 Mei nanti sudah bisa dioperasikan di Rumah Sakit Wisma Atlet ini.

“Dan tentunya ini bisa membantu upaya percepatan pemeriksaan dari sampel dengan kapasitas bisa sampai 250 sampel per hari,” imbuhnya.

Di luar alat kesehatan, Menristek juga menyampaikan update mengenai obat, yang sedang dilakukan clinical trial terhadap berbagai jenis obat yang saat ini banyak dipakai di berbagai negara untuk pasien Covid-19.

“Selain itu kami juga melakukan uji klinis terhadap pil kina sebagai salah satu komponen obat modern asli Indonesia. Untuk suplemen, saat ini sedang dilakukan uji klinis di rumah sakit Wisma Atlet untuk berbagai bahan herbal Indonesia yang diharapkan bisa meningkatkan daya tahan tubuh terhadap Covid-19,” ungkapnya.

Mengenai terapi, Menristek sampaikan bahwa update dari plasma konvalesen, ternyata sudah dikembangkan di beberapa rumah sakit dan saat ini sudah ada protokol nasional untuk melakukan clinical trial di lebih banyak rumah sakit di Indonesia, sehingga diharapkan bisa meningkatkan tingkat kesembuhan dari para pasien Covid-19.

Menurut Menristek, untuk vaksin memang masih membutuhkan waktu, tapi paling tidak dengan sudah dimulai whole genome sequencing yang sudah disubmit oleh Eijkman dan kemudian juga oleh Universitas Airlangga Surabaya, maka selanjutnya bisa mendeteksi jenis virus Covid apa yang saat ini beredar atau yang mewabah di Indonesia. 

“Kemudian untuk serum saat ini prosesnya sedang ditahap awal,” pungkas Menristek seraya menambahkan bahwa sudah mulai dikembangkan pendekatan stem cell untuk bisa memperbaiki jaringan paru-paru yang rusak akibat Covid-19. (FID/EN)

Berita Terbaru