Metro TV Summit Wajah Indonesia dalam rangka HUT MetroTV, 26 November 2018, di Studio Grand Metro TV, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat malam,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati seluruh jajaran direksi dan karyawan Media Group;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja;
Yang saya hormati yang mulia para Duta Besar yang hadir;
Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama saya ingin menyampaikan ucapan selamat ulang tahun yang ke-18 untuk Metro TV. Semoga terus bisa memberikan energi positif bagi kemajuan bangsa dan negara.
Dan yang kedua ucapan terima kasih juga saya sampaikan atas peran terhadap empat tahun pemerintahan kita, terutama dalam ikut mendewasakan kita dalam berpolitik, rakyat dalam berpolitik, baik menyampaikan fakta apa adanya, menyampaikan kritik-kritik dalam rangka perbaikan dan pembenahan-pembenahan yang ada di pemerintah kami dan juga kritik/masukan terhadap kerja-kerja Kabinet Indonesia Kerja.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Empat tahun yang lalu di bulan-bulan awal di pemerintahan kami, kita ingat harga-harga komoditas anjlok, turun. Baik itu batubara, sawit, karet, semuanya turun karena memang ekonomi dunia yang juga dalam posisi menurun. Masa booming minerba sudah selesai, oleh sebab itu tidak ada pilihan yang lain bagi kita, tidak ada pilihan lain bagi ekonomi Indonesia untuk harus berubah. Oleh sebab itu, kita harus memperbaiki fondasi-fondasi ekonomi yang kita miliki.
Selama empat tahun kita telah bekerja keras membangun fondasi-fondasi baru. Kita semua ingin bangsa ini hijrah. Hijrah dari yang konsumtif ke produktif. Kita ingin hijrah menuju bangsa yang produktif, bangsa yang efisien, dan bangsa yang kompetitif. Karena tanpa ini saya meyakini sangat berat bagi kita untuk berkompetisi dengan negara-negara lain, untuk bersaing dengan negara-negara lain. Memang kadang-kadang apa yang kita kerjakan hasilnya tidak instan, hasilnya tidak bisa langsung kita nikmati. Itulah pil, kadang-kadang pahit, kadang-kadang sakit tapi kita memang harus meminum itu agar kita bisa menjadi bangsa yang sehat, yang produktif, yang kompetitif, dan yang efisien.
Apa yang telah kita lakukan? Apa yang telah kita kerjakan? Kita telah memperbaiki struktur fiskal kita, struktur fiskal kita. Kembali lagi tadi, dari yang konsumtif ke yang produktif.
Subsidi BBM, yang kalau kita lihat persentasenya subsidi itu 82 persen justru dinikmati oleh kalangan atas. Inilah yang di 2014 kita pangkas, kita alihkan untuk kegiatan-kegiatan produktif, untuk membangun infrastruktur-infrastruktur, untuk membangun jalan, untuk membangun pelabuhan, untuk membangun airport, untuk membangun jalan-jalan tol. Dari sini lah kita mulai. Untuk membangun pembangkit tenaga listrik.
Dan orientasi kita memang tidak Jawasentris, tidak hanya di Pulau Jawa tetapi Indonesiasentris, inilah perubahannya. Kalau saya orang politik, yang benar memang dibangun di Jawa, karena penduduk padat, 60 persen penduduk kita ada di Jawa kurang lebih, return ekonomi cepat kalau dibangun di sini, di Jawa, return politiknya juga baik karena 60 persen penduduk itu ada di Jawa. Tapi risiko itu sudah kita hitung dan kita memilih yang Indonesiasentris. Karena kita memang ingin membangun Indonesia untuk sebuah keadilan sosial, untuk memunculkan sentra-sentra ekonomi baru di luar Pulau Jawa.
Kita juga telah memangkas regulasi-regulasi yang berbelit-belit, tapi juga sampai saat ini belum cukup. Saya berikan contoh izin untuk urusan pembangkit tenaga listrik. Saya ingat betul ada 258 izin yang harus ditempuh untuk membangun itu. Berapa tahun mengurus izin sebanyak itu? Kita pangkas menjadi 58, tetapi juga saya sampaikan, belum cukup menurut saya 58, terlalu banyak izin-izin seperti itu. Tapi ini perlu proses, tidak mungkin bisa instan. Perlu tahapan-tahapan besar untuk memulai kecepatan, untuk memulai efisien, untuk memulai kompetitif. Ranking Indonesia di ease of doing bussiness (EoDB) juga melompat dari 120-an menjadi 72 dalam empat tahun ini.
Kita juga ingin menurunkan ketimpangan, ingin menurunkan kemiskinan. Dan juga bisa kita lihat dalam empat tahun ini, gini rasio telah turun dari 0,41 menjadi 0,38. Memang tidak bisa langsung melompat, karena dulu proses gini rasio ini semakin membesar juga proses jangka panjang. Menurunkan pun juga dengan proses-proses dan juga memerlukan waktu.
Kemiskinan kalau kita lihat dari 11,2 persen menjadi satu digit (9,8 persen) dalam empat tahun ini juga bukan perkara mudah. Kita telah memiliki Program Keluarga Harapan, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, juga Dana Desa yang telah kita gelontorkan sampai sekarang, empat tahun ini sudah pada angka Rp187 triliun, bukan angka yang kecil. Ini untuk membangun infrastruktur-infrastruktur kecil yang ada di desa-desa, baik jalan, jembatan-jembatan kecil, irigasi di desa, embung kecil-kecil di desa, PAUD, posyandu, BUMDes, semuanya dibangun dari Dana Desa selama empat tahun sebesar Rp187 triliun tadi. Dan alhamdulillah juga angka kemiskinan di desa kelihatan turunnya.
Pemberdayaan ekonomi kecil juga kita lakukan. KUR yang sebelumnya (bunganya) 22-23 persen, kita subsidi bunganya menjadi saat ini tujuh persen yang bisa dinikmati oleh usaha mikro, usaha kecil, sehingga mereka tidak terbebani oleh bunga yang tinggi. Bank wakaf mikro juga kita dirikan di pondok-pondok pesantren. Memang belum banyak, baru kurang lebih 30-an bank wakaf mikro ini. Tetapi paling tidak kita telah memulai bahwa ekonomi umat juga perlu diperhatikan. Inilah yang telah kita lakukan.
Kemudian apabila fondasi tadi sudah kita kerjakan, ada yang sudah selesai, ada yang dalam proses, ada yang belum selesai, tahapan besar yang kedua nantinya akan dimulai 2019 adalah pembangunan sumber daya manusia, peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena kita memiliki kekuatan 260 juta penduduk. Ini adalah kekuatan, ini adalah potensi. Oleh sebab itu, kita harus menjamin tumbuh kembang anak sejak di kandungan. Program stunting kita juga telah menurunkan dari 37 menjadi 30 persen. Ini juga perlu waktu yang panjang untuk menurunkan itu. Pemberian Kartu Indonesia Pintar juga telah kita berikan kurang lebih kepada 19 juta pelajar-pelajar kita dari keluarga prasejahtera. Ke depan, revitalisasi vokasi, pendidikan vokasi, vocational training akan kita perkuat dan kita perbanyak, sehingga betul-betul yang namanya pembangunan sumber daya manusia akan kelihatan seperti dalam empat tahun ini, kelihatan kita membangun fisiknya yaitu infrastruktur-infrastruktur yang ada.
Sekali lagi, terakhir, saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun ke-18 Metro TV.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.