Minta Miliki Pabrik Pengolahan Karet, Presiden: Jangan Kirim Bahan Mentah Ke Luar Negeri

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 9 Maret 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 17.648 Kali
Presiden pada acara Silaturahmi dengan Petani Karet Se-Provinsi Sumsel, di Pusat Penelitian Karet, Balai Pusat Penelitian Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3). (Foto: Humas)

Presiden pada acara Silaturahmi dengan Petani Karet Se-Provinsi Sumsel, di Pusat Penelitian Karet, Balai Pusat Penelitian Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3). (Foto: Humas/Oji)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menjelaskan upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk menaikkan harga karet di antaranya yakni mengurangi mengirim bahan mentah ke luar negeri.

“Saya sudah perintahkan juga kepada Menteri Perindustrian jangan kita terlalu banyak kirim itu barang bahan mentah ke luar negeri,” ujar Presiden saat Silaturahmi dengan Para Petani Karet Se-Provinsi Sumatra Selatan, di Pusat Penelitian Karet, Balai Pusat Penelitian Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3).

Lebih lanjut, Presiden meminta agar dari sisi industri harus memiliki pabrik di sini, entah untuk ban, untuk barang-barang yang lainnya, sehingga tidak usah jauh-jauh menjual produk ini.

“Karena kalau pasar dunia itu memang mengatur, senangnya mengatur. Kelihatan stoknya banyak, sudah tahan dulu, harga jatuh baru dia beli. Ini pasar-pasar di dunia mesti seperti itu cara mainnya,” Presiden menjelaskan mengenai pasar dunia yang belum normal.

Selain untuk aspal, menurut Presiden, pemerintah ingin segera memiliki industri-industri yang berkaitan dengan bahan baku karet.

“Saya sudah paksa BUMN kita juga, yang ketiga, saya sudah paksa juga BUMN kita, entah itu PTP dan lain-lain, untuk membeli karet-karet yang ada di rakyat. Beli dengan harga yang baik, simpan dulu enggak apa-apa,” ujarnya.

Menurut Presiden, BUMN punya kekuatan untuk menyimpan bahan, simpan, tapi beli dengan harga yang baik. Suatu saat harga di dunia, sambung Presiden, karena bahan enggak ada, barang enggak ada, baru dilepas.

“Sehingga petani mendapatkan keuntungan juga dari pembelian BUMN tadi. BUMM tahu nggih? Tahu? Ya, oke, BUMN kita,” tambahnya.

Kalau sudah ketemu jalan keluar, lanjut Presiden, produsen nanti mengendalikan suplainya sehingga negara lain yang membutuhkan, bukan negara produsen yang membutuhkan.

Hal yang sama, Presiden mencontohkan, terjadi pada sawit dan cabai. “Begitu produksinya tinggi harganya jatuh, bareng-bareng sakit semua. Ini memang kita senangnya kayak itu,” ujarnya.

Memang, lanjut Presiden, mengendalikan itu yang tidak gampang, tidak mudah. Kalau mau menaikkan bisa saja, sambung Presiden, nanti suplainya dipegang, barang di pasar turun, harga pasti naik.

Itulah pemerintah, sambung Presiden, tugasnya pemerintah menyeimbangkan, itu tidak mudah, tidak gampang. Kepala Negara juga bercerita saat ke Dompu tentang harga jagung yang di awal tahun 2015 sempat turun. “Setelah itu, 3 bulan setelah itu kita rancang, saya buat peraturan presiden harga jagung minimal HPP Rp2.700, saya buat Rp2.700,” tambahnya.

Inilah problem-problem yang ada, menurut Presiden, kalau pas harga tinggi semuanya berbondong-bondong menanam begitu pas panen bareng-bareng tanam begitu banyaknya harga anjlok juga bareng-bareng. Karet, lanjut Presiden, diharapkan nantinya ini juga akan kita atur agar jangan juga produksi kita ini terlalu banyak.

“Mestinya sebagian lahan yang belum ditanami karet kita akan arahkan ke dalam tanaman-tanaman yang memiliki nilai tinggi, pasarnya juga masih memerlukan, dan tidak juga menunggu dalam jangka yang lama,” ujarnya.

Kepala Negara juga menyampaikan bahwa dalam dua – tiga minggu ke depan nanti Menteri Pertanian akan mengirim pupuk ke sini. “Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian akan diberi subsidi pupuk ke sini. Moga-moga nanti segera cepat datang barangnya ya,” ujarnya.

Saat dialog dengan Petani Karet, Farid Bani Adam, Presiden mendengarkan keinginan mengenai kenaikan harga karet. Kepala Negara menjawab bahwa persoalan karet ini bukan persoalan dalam negeri, ini persoalan global yang Thailand juga kena, Malaysia juga teriak-teriak juga kena, negara-negara di Amerika Latin yang tanam karet juga kena, kena semuanya.

Jadi, sambung Presiden, inilah tadi yang sudah disampaikan usaha-usaha pemerintah untuk mendongkrak harga karet itu. Ia mengharapkan nanti setelah kebijakan-kebijakan tadi diterapkan harga itu betul-betul bisa naik, merangkak naik sedikit-sedikit.

Ketika dialog kedua dengan petani karet kabupaten Banyuasin, Masriah, Presiden mendengarkan untuk pengolahan karet menjadu produk souvenir. Pada kesempatan itu, Presiden menyampaikan bahwa kelompok UKM yang berjumlah 30 orang tersebut akan dikirimkan tim untuk membantu pengolahan karet.

“Entah nanti untuk modal atau untuk produksinya, iya dikirim. Alamatnya tadi biar ditulis di mana,” jelas Presiden. Di akhir sambutan, Presiden ingin agar penjelasan yang disampaikan dimengerti oleh semua.

“Saya akan mengikuti proses-proses yang ada di urusan karet ini, baik nanti lewat Pak Gubernur, Pak Bupati, juga di lapangan. Akan saya pantau terus agar harga yang sudah mulai membaik ini jangan sampai kembali turun lagi, harus terus didongkrak agar naik,” pungkas Presiden.

Turut hadir dalam acara kali ini Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Seskab Pramono Anung, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, dan Gubernur Sumsel Herman Deru. (UN/EN)

Berita Terbaru