Minta Waspadai Inflasi, Presiden Jokowi: Kita Ini Mau Idul Fitri Mestinya Banyak Diskon

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Juni 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 24.793 Kali
Presiden Jokowi memberikan pengantar pada Sidang Kabinet Paripurna, Selasa (7/6) siang, di Istana Negara, Jakarta. (Foto: Humas/Jay)

Presiden Jokowi memberikan pengantar pada Sidang Kabinet Paripurna, Selasa (7/6) siang, di Istana Negara, Jakarta. (Foto: Humas/Jay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh menteri Kabinet Kerja agar berhati-hati terhadap inflasi, terutama inflasi menjelang lebaran.

“Ini menjadi tanggung jawab Kementerian Perdagangan tetapi kementerian yang lain juga berperan, seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian BUMN, karena juga menyangkut langsung dengan hal-hal yang berkaitan dengan inflasi,” kata Presiden Jokowi dalam pengantarnya pada Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Selasa(7/6) siang.

Presiden meminta kepada semua menteri menjaga agar inflasi paling tidak harus di bawah 4 untuk tahun 2016 ini.
Terkait dengan hari raya Idul Fitri, Presiden Jokowi menyoroti kebiasaan setiap tahun bahwa harga-harga selalu naik.

Diakui Presiden, memang permintaan atau demand naik menjelang hari raya Idul Fitri. Tetapi kalau supply-nya dikendalikan,  di-grojok supply-nya lebih, Presiden meyakini harga-harga tidak akan naik.

Presiden membayangkan seperti negara yang lain, misalnya akhir tahun, Natal, atau Tahun Baru yang justru banyak diskon besar-besaran, di mana-mana ada diskon.

“Kita ini mau Idul Fitri mestinya banyak diskon gitu lho. Saya ini membayangkan ada itu, gitu lho. Tempat lain bisa, kenapa kita nggak bisa. Kita ini ndak, ini mau Idul Fitri malah cepet-cepet naik,” kata Presiden dengan nada bertanya.

Hal-hal itulah, menurut Presiden,  yang harus dilakukan perubahan. “Saya yakin itu mampu kita lakukan. Sangat terkonsep, terencana, dan pelaksanaan implementasi di lapangan itu diikuti,” tuturnya.

Presiden mengingatkan, nanti dampak dari kenaikan harga ini yang terkena adalah rakyat kecil, termasuk petani, buruh tani. Karena kita juga harus ingat 82% petani kita adalah konsumen beras, meskipun petani, mereka juga konsumen beras. (FID/ES)

Berita Terbaru