Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) RPJMN Tahun 2025-2029, di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, 30 Desember 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 Desember 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 122 Kali

Sambutan Presiden Prabowo Subianto pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) RPJMN Tahun 2025-2029, di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Senin, 30 Desember 2024

Bismillahirahmanirahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om Swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan,
Rahayu rahayu.

Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia, Saudara Gibran Rakabuming Raka;
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sebagai tuan rumah, Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy;
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Saudara Sultan Bachtiar Najamudin;
Ketua Komisi Yudisial, Prof. Amzulian Rifai;
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Ibu Isma Yatun, yang mewakili;
Ketua Badan Legislasi DPR RI, Saudara Bob Hasan;
Para Menteri Koordinator, para Menteri, dan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih, para kepala badan, kepala lembaga pemerintahan, Jaksa Agung, Kepala BIN, Kapolri, Panglima TNI, Gubernur Lemhanas, Gubernur Bank Indonesia, Ketua KPK, Ketua BPKP, Ketua PPATK yang saya hormati;
Para Gubernur dan Pejabat Gubernur, para Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Sekretaris Daerah Provinsi, Bupati, Wali Kota dari seluruh Indonesia, serta para Rektor yang hadir secara langsung maupun melalui video conference;
Yang saya hormati dan saya banggakan hadirin undangan yang berbahagia.

Pada kesempatan kali ini, tentunya sebagai insan yang bertakwa marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt., Tuhan Yang Mahakuasa, kita masih diberi kesehatan, masih diberi karunia dapat berkumpul di tempat yang bersejarah ini untuk menghadiri pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional RPJMN 2025-2029, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Dalam kesempatan kali ini, saya ucapkan terima kasih kepada Kepala Bappenas dan seluruh jajarannya, serta seluruh gubernur dan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang telah bekerja keras menyusun dan menghasilkan rencana pembangunan jangka menengah ini.

Saudara-saudara sekalian,
Dalam hidup bernegara ada beberapa filosofi bernegara yang bermuara kepada paham ekonomi. Ada paham yang sangat kuat di negara-negara barat, tadinya, yaitu yang berpendapat bahwa suatu pembangunan ekonomi tidak perlu direncanakan, bahkan tidak boleh direncanakan. Mereka menganut pemikiran yang disebut neoliberal sekarang. Bahwa yang mendorong ekonomi adalah pasar, pemerintah itu hanya sebagai regulator dan sebagai wasit.

Bangsa Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945, pendiri-pendiri bangsa Indonesia tidak menganut paham-paham itu. Pendiri-pendiri negara ini menganut paham bahwa perekonomian disusun atas dasar asas kekeluargaan. Pemerintah bukan hanya wasit. Pemerintah bertanggung jawab, pemerintah dipilih oleh rakyat, pemerintah harus menjadi pengayoman rakyat, pemerintah harus jadi pemimpin, pemerintah harus menjadi pelopor, pemerintah harus menjadi pengelola, pemerintah harus me-manage ekonomi, pemerintah harus menjaga segala kekayaan bangsa Indonesia.

Saudara-saudara,
Dalam pemahaman ekonomi yang kita sekarang, wajib dan pantas untuk menyebut ekonomi kita ekonomi Pancasila. Bahwa ekonomi Pancasila itu adalah penggabungan antara yang terbaik dari pemahaman pasar bebas, kapitalisme, yang terbaik dari ekonomi yang direncanakan, planned economy. Itu Pancasila, antara pasar bebas dan antara ekonomi yang direncanakan.

Bahwa presiden pertama membuat rencana pembangunan Semesta delapan tahun. Kemudian, presiden kedua melanjutkan dengan Rencana Pembangunan lima tahun. Bahwa kita berdiri di gedung ini, Gedung Bappenas ini, mengingatkan kita bahwa ekonomi kita harus kita berpegang teguh ekonomi kita adalah ekonomi Pancasila, ekonomi yang berasas kekeluargaan. Bahwa kita masih teguh, masih berpegang bahwa pembangunan harus direncanakan kita mengerti dan kita paham. Bahwa belum tentu rencana yang terbaik mencapai sasaran 100 persen, tetapi asas kehidupan bernegara mengajarkan kepada kita, tanpa perencanaan kita tidak tahu arah yang harus kita lakukan. Dalam setiap organisasi, dalam hidup swasta, dalam korporasi pun harus ada perencanaan: apa rencana strategis kita, apa yang akan kita mencapai.

Saudara-saudara sekalian,
Karena itu, jelas bagi setiap pemerintah kita diarahkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, kita diarahkan. Tujuan nasional yang ditetapkan oleh pendiri-pendiri bangsa kita yang mendirikan bangsa ini melalui suatu pengorbanan, suatu perjuangan, mereka merasakan imperialisme, mereka merasakan dijajah, mereka merasakan bahwa kita warga negara Indonesia waktu itu adalah warga negara kelas tiga, kelas empat.

Tujuan nasional pertama: asas perlindungan, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi. Saya disumpah, Saudara Wakil Presiden disumpah untuk menjaga menjalankan Undang-Undang Dasar. Saya harus melindungi pemerintah yang saya pimpin, harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dan Saudara-saudara sebagai bagian dari pemerintah, Saudara-saudara sebagai anak bangsa Indonesia di bidang masing-masing, di eselon masing-masing punya tanggung jawab untuk menjalankan Undang-undang Dasar ini.

Kita harus melindungi rakyat kita, melindungi dalam arti yang lengkap, dalam arti komprenhensif, dalam arti yang menyeluruh, melindungi secara fisik. Melindungi secara fisik artinya rakyat kita harus cukup makan. Melindungi secara fisik rakyat kita, rakyat kita harus cukup makan. Melindungi segenap tumpah darah artinya kita harus swasembada pangan. Bagaimana kita mau lindungi segenap bangsa kalau kita tidak bisa menjamin makan. Tidak ada negara, tidak ada peradaban tanpa pangan. Saya ingatkan saudara-saudara sekalian. Mari kita kembali ke dasar pengetahuan.

Jadi perencanaan pembangunan nasional ini penting. Tetapi dasar-dasarnya saya kira menjadi acuan bagi kita. Baru sesudah kita lindungi, tentunya setelah kita menjamin fisik daripada rakyat kita, kita menjamin juga sumber-sumber kehidupan rakyat kita. Kita harus jaga tumpah darah kita, tanah air kita, yang kita nyanyikan itu. Memajukan kesejahteraan umum, perintah Undang-Undang Dasar. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan kita ikut melaksanakan ketertiban dunia. Kita juga berperanan. Tapi bagaimana kita berperanan kalau rumah kita tidak beres, kalau dapur kita tidak beres.

Jadi Saudara-saudara, ini penting saya sampaikan karena upaya kita untuk swasembada pangan dan swasembada energi ini adalah dasar kedaulatan, dasar kedaulatan. Begitu kita menjamin swasembada pangan kita dan insyaallah dalam beberapa tahun kita menuju swasembada energi, harus. Karena ada budaya di bangsa Indonesia ini saya perhatikan ya, segelintir tentunya, tapi kadang-kadang segelintir orang-orang yang menganggap dirinya pintar, selalu meragukan kemampuan bangsa Indonesia, rasa rendah diri. Punya gelar profesor, sekolah di mana-mana yang terkenal, tapi mentalnya masih mental rendah diri. Apa yang dilakukan bangsa sendiri selalu jelek. Belum kita bekerja, sudah mulai nyinyir.

Ini, Saudara-saudara, pemerintah yang saya pimpin tidak ragu-ragu. Kita berpegang kepada Undang-Undang Dasar 1945. Kita berpegang kepada cita-cita pendiri bangsa Indonesia. Kita berniat baik, kita ingin memimpin bangsa ini dengan pemerintahan yang bersih, itu keinginan kita dan itu tekad kita. Dan insyaallah dengan kehendak dan tekad yang baik, insyaallah, kita akan mencapai. Indonesia harus mempunyai pemerintahan yang bersih, Indonesia harus memiliki pemerintahan yang bersih.

Saudara-saudara,
Berkali-kali di setiap kesempatan saya bicara, kita harus hentikan kebocoran-kebocoran, menghentikan. Dan sekali lagi saya ingatkan, aparat pemerintah sangat menentukan, aparat pemerintah sangat menentukan kebocoran-kebocoran untuk dihentikan. Penyelundupan dari luar ke dalam. Penyelundupan dari luar ke dalam adalah membahayakan kedaulatan Indonesia. Penyelundupan tekstil mengancam industri tekstil kita, mengancam kehidupan ratusan ribu pekerja kita.

Saya nanti akan cari ahli-ahli hukum apa wewenang yang bisa saya berikan kepada aparat, apa kapalnya ditenggelamkan? Tolong para profesor di pemerintah saya tolong kasih saya masukan, nanti saya dibilang enggak ngerti hukum lagi ini. Tapi kalau dia mengancam kehidupan rakyat Indonesia, kalau perlu kita tenggelamkan kapal-kapal itu.

Dan saya mohon ya, kalau sudah jelas-jelas melanggar, jelas mengakibatkan kerugian triliunan, ya semua unsur lah, terutama juga hakim-hakim, ya vonisnya jangan terlalu ringanlah. Nanti dibilang Prabowo enggak ngerti hukum lagi ini. Tapi rakyat pun ngerti, rakyat itu rakyat di pinggir jalan ngerti, rampok ratusan triliun vonisnya sekian tahun. Nanti jangan-jangan di penjara pakai AC, punya kulkas, pakai TV. Tolong Menteri Pemasyarakatan ya, Jaksa Agung. Naik banding enggak? Naik banding ya? Naik banding. Vonisnya ya 50 tahun begitu, kira-kira begitu.

Kita semuanya, mari kita kembali ke jati diri kita, kembali ke 17 Agustus ‘45 cita-cita pendiri bangsa kita. Saya tidka mau menyalahkan siapapun. Ini kesalahan kolektif kita, mari kita bersihkan. Makanya saya katakan, aparat pemerintahan kita gunakan ini untuk membersihkan diri, untuk membenahi diri sebelum nanti rakyat yang membersihkan kita, lebih baik kita bersihkan diri kita sendiri. Rakyat Indonesia sekarang tidak bodoh, mereka pintar-pintar. Semua orang punya gadget. Sudah lain, ini bukan 30 tahun yang lalu, ya kan, ini bukan 20 tahun yang lalu.

Jadi Saudara-saudara,
Musrenbangnas ini saya gunakan kesempatan ini untuk, tadi ucapan terima kasih dan  ini ada kesempatan untuk diperbaiki saya kira masukan dari daerah-daerah. Dan juga saya minta kebesaran hati, kebesaran jiwa kita semua. Rakyat saya yakin akan sabar, rakyat kita rakyat yang baik, mereka mengerti siapa yang di atas jalan yang benar, siapa yang tidak di atas jalan yang benar, saudara-saudara sekalian.

Jadi marilah kita berbuat yang terbaik. Dalam arti, perencanaan ini kita laksanakan dengan realisme, dengan hal-hal yang konkret. Terima kasih, ada angka tadi, ya kita memang, saya mencanangkan pertumbuhan 8 persen. Banyak yang tidak yakin dan tidak percaya. Ya kita buktikan. Belum tentu kita akan capai 8 persen. Tapi sekali lagi, pemimpin-pemimpin yang berani, pemimpin yang besar dalam sejarah, pengalaman saya sendiri dalam karir saya sebagai prajurit, kalau saya hadapi musuh yang berat saya harus yakin saya akan saya berhasil, saya akan menang. Kalau tidak kita enggak berani berbuat.

Bung Karno menyampaikan, mengatakan kepada kita, gantungkan cita-citamu setinggi langit, kalau kau tidak mencapai langit minimal kau jatuh di antara bintang-bintang. Itu memang istilahnya memotivasi kita. Kalau Belanda dulu mengatakan bahwa kita ini tidak pantas merdeka tahun ‘45, Belanda mengejek kita, kamu hei orang Indonesia, hei orang pribumi kau mau merdeka bikin peniti saja tidak bisa. Dulu kita dituduh bikin peniti saja tidak bisa, tapi kita mau merdeka. Proklamasi kemerdekaan kita, berapa itu, mungkin tiga baris ya. Proklamasi yang tersingkat saya kira dalam sejarah dunia, iya kan. Hal-hal yang menyangkut pemindahan kekuasaan akan di— pokoknya administrasi belakangan deh, merdeka dulu. Tapi sekarang tidak, administrasi harus baik. Kalau enggak dikejar BPKP, KPK, BPK, kita administrasi baik. Makanya ada Badan Perencanaan Nasional, ada Bappeda.

Tapi saya minta kebesaran jiwa dalam arti ini: ada prioritas kita. Jadi mungkin K/L sebagian tidak akan mendapatkan anggaran yang dicita-citakan. Saat ini, saat ini. Nanti kita lihat perkembangannya. Jangan ganggu Menteri Keuangan terus. Karena Menteri Keuangan itu bertanggung jawab kepada saya. Waktu saya Menteri Pertahanan selalu saya dibatasi oleh Menteri Keuangan, sekarang yang lemas Pak Sjafrie Sjamsoeddin. Kalau dia merasa dibatasi oleh Menteri Keuangan, nanti Menteri Keuangan mengatakan ini perintah presiden. Setelah saya jadi presiden, saya harus mikir, iya kan, pertahanan sangat penting, tapi anak-anak ini harus makan, iya kan. Guru-guru gajinya harus diperbaiki. Hakim-hakim harus segera dibikin rumah-rumah dinas yang layak, tidak boleh ada hakim yang kontrak. Menteri Perumahan ngangguk-ngangguk, terima kasih Menteri Perumahan, tambah rambut putih aku lihat kau itu, baru dua bulan sudah, tapi masih senyum, saya terima kasih.

Jadi ini juga para gubernur, para bupati yang ikut rapat ini melalui video conference, saya mohon juga jiwa besar dan kesabaran. Mungkin ada beberapa yang harus kita dahulukan, tapi percayalah ujungnya nanti gubernur/bupati yang akan merasakan. Contoh, Dana Desa adalah sekarang Rp1 miliar [per] satu tahun, benar ya? Dengan program makan bergizi itu nanti uang yang beredar di desa mungkin akan naik lima, enam, tujuh kali, Saudara-saudara sekalian. Jadi bukannya kita… kita akan tambah tapi melalui mekanisme yang kita yakin harus sampai ke sasaran, harus sampai ke sasaran.

Dan untuk seluruh aparat, seluruh eselon ya, budaya mark-up, budaya penggelembungan proyek dan anggaran itu adalah korupsi. Saya ulangi, penggelembungan/mark-up barang atau proyek itu adalah merampok uang rakyat. Kalau bikin proyek yang nilainya Rp100 juta ya Rp100 juta, bikin rumah Rp100 juta ya Rp100 juta, jangan Rp100 juta dibilang Rp150 juta. Budaya ini harus kita kurangi, Saudara-saudara. Bukan kurangi maaf, harus kita hilangkan. Saya tidak akan ulangi angka-angka, saudara sudah sering dengar ceramah saya apa itu ICOR, Incremental Capital Output Ratio kita terlalu tinggi kenapa, ya kebocoran. Saya juga tidak akan paparkan di sini laporan-laporan yang saya terima, kebocoran-kebocoran, kehilangan uang dari judi online, dari penyelundupan, dari illegal mining, dari illegal logging dan sebagainya. Tidak dalam kesempatan ini, tapi pada kesempatan lain kalau perlu, di sidang kabinet sudah saya paparkan, nanti khusus mungkin bupati dan gubernur saya undang khusus. Bukan saya apa-apa, saya tidak mau menurunkan moril daripada anak-anak muda kita.

Tapi rakyat harus yakin, harus bertekad bahwa kita sekarang ingin melaksanakan pembangunan nasional dengan mengurangi segala bentuk kebocoran, manipulasi, mark-up, akal-akalan, dan sebagainya. Dan ini membutuhkan kerja sama semua pihak; yudikatif, legislatif, pemerintahan, aparat, semua kita harus kerja sama. Tadi saya katakan, rakyat kita itu bukan rakyat yang bisa dibohongi terus. Sudah jelas kerugian sekian ratus triliun vonisnya seperti itu. Ini bisa menyakiti rasa keadilan. Ada yang curi ayam dihukum berat, dipukulin.

Saya kira demikian yang ingin saya sampaikan, Saudara-saudara. Terima kasih, Musrenbangnas laksanakan dengan sebaik-baiknya. Terima kasih kepada gubernur, Saudara-saudara adalah pemimpin yang paling dekat sama rakyat. Saudara yang paling dekat, para bupati yang paling dekat yang paling tahu masalah. Insyaallah dengan kita mengelola dengan baik, penghasilan untuk negara akan baik, riil dan tidak terlalu lama. Kita, dengan tadi program digitalisasi, dengan e-government, dengan e-Katalog, dengan Govtech, kemungkinan untuk penggelembungan-penggelembungan yang gila-gilaan sudah tidak akan, sudah sangat sulit, sudah sangat sulit. Di semua K/L kita akan melihat nanti hasilnya.

Demikian yang ingin saya sampaikan Saudara-saudara sekalian. Saya optimis, saya yakin bahwa kita akan berbuat baik dan kita akan bikin kaget semua pihak, pihak-pihak luar negeri. Saya malah ditantang, ada pihak-pihak dari luar negeri yang tantang saya, mereka yakin kita tidak mungkin mencapai 8 persen. Kalau mencapai 8 persen, saya akan dikasih makan malam gratis, saya boleh pilih menunya. Saya akan pilih menu yang paling mahal, tapi karena saya sudah agak mengurangi berat badan jadi bagaimana itu.

Terima kasih Bappenas dan seluruh jajarannya atas kerja keras Saudara-saudara, terima kasih Bappeda, gubernur. Kita melangkah menatap hari besok dengan gagah, dengan keyakinan, kita kompak, kita bersyukur kepada Tuhan, bersyukur, bersyukur, dan bersyukur negara lain penuh kesulitan, negara lain penuh ketegangan pertikaian. Saya sampai, kalau keliling luar negeri saya sampai merasa banyak negara terlalu berharap dari Indonesia, saya sampai ngeri sendiri, terlalu berharap, disangka kita ini sudah jadi apa begitu, minta kami mohon ini. Terutama mereka sangat membutuhkan kelapa sawit kita. Ternyata kelapa sawit jadi bahan strategis rupanya. Banyak negara itu takut tidak dapat kelapa sawit, bayangkan. Jadi jagalah, ya para pada bupati gubernur, para pejabat, tentara, polisi, jagalah kebun-kebun kelapa sawit kita di mana-mana, itu aset aset negara.

Dan saya kira ke depan kita juga harus tambah tanam kelapa sawit, enggak usah takut membahayakan, apa itu deforestation, iya kan. Namanya kelapa sawit ya pohon, iya kan, benar enggak. Kelapa sawit itu pohon, ada daunnya kan, ya oksigen dia keluarkan, dia menyerap karbon dioksida, dari mana kok kita dituduh, iya kan. Yang boten-boten saja itu orang-orang itu. Jadi kita baik-baik saja, kita tidak usah… Bahkan mereka bingung waktu mereka mau ngomong-ngomong membatasi kita enggak boleh, Eropa kan mau membatasi, sekarang bingung sendiri. Saya bilang, oh terima kasih, kita enggak jual ke anda, terima kasih saya bilang. Mereka panik sendiri di situ sekarang. Nanti semua industri coklat mereka kacau itu kan, bikin coklat itu kan dari kelapa sawit itu sebagian, deterjen, kosmetik, bingung sendiri mereka. Enggak apa-apa.

Saya kira itu dari saya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru