Naik Kuda ‘Dinginkan’ Jakarta, Presiden Jokowi: Saling Melindungi, Saling Menjaga, Itulah Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 November 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 22.280 Kali
Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres XVII Muslimat Nahdlatul Ulama, di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (24/11). (Foto: Humas/Jay)

Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres XVII Muslimat Nahdlatul Ulama, di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (24/11). (Foto: Humas/Jay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, banyak orang yang menyampaikan sekarang ini Jakarta panas. Sebetulnya, kata Presiden,  tidak panas, hanya hangat.

“Apalagi, sekarang ibu-ibu Muslimat NU (Nahdlatul Ulama) hadir di Jakarta, semuanya menjadi sejuk, semuanya menjadi dingin kembali, Alhamdulillah,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres XVII Muslimat Nahdlatul Ulama, di Gedung Serbaguna 2, Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (24/11) pagi.

Presiden mengingatkan, bahwa Jakarta ini ibukota Republik Indonesia. Karena itu, Presiden mengajak semua pihak untuk menjaga Jakarta dan merawatnya bersama.

“Saya yang biasanya nggak pernah naik kuda, saya bela-belain naik kuda. Agar Jakarta menjadi dingin kembali,” ungkap Presiden Jokowi seolah mengingatkan aksinya naik kuda saat berkunjung ke kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, pada akhir Oktober lalu.

Anugerah Allah

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa bangsa kita ini bangsa yang majemuk, bangsa yang sangat beragam. Ia menyebutkan, di Indonesia ini ada 646 bahasa lokal, ada 1.128 suku-suku, berbeda kulit, berbeda rambut, berbeda mata, beragam sekali.

Menurut Presiden, setiap datang ke provinsi, setiap datang ke pulau-pulau kecil, setiap datang ke kabupaten/kota, dirinya betul-betul merasakan sekali betapa kita ini memang berbeda-beda, betapa kita ini memang beragam.

“Satu provinsi saja bisa berbeda-beda. Setelah salam, Assalamulaikum warahamatullahi wabarakatuh, di Provinsi Sumatera Utara ada tambahan salam. Di tingkat kabupaten beda-beda, di Nias, salamnya ‘ya haou’. Begitu ke Utara sedikit, di Toba, Mandailing, Simalungun ‘horas’. Nanti di Karo beda lagi ‘majua-jua, di Prapat beda lagi ‘jua-jua’,” papar Presiden, seraya menambahkan, itu baru satu provinsi. “Kita bisa membayangkan, kita memiliki 34 provinsi, 516 kabupaten dan kota. Betapa beragamnya kita,” sambungnya.

Presiden Jokowi mengaku dirinya sering diingatkan oleh Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengenai keberagaman, mengenai kemajemukan untuk hati-hati. “Kalau bertemu beliau selalu mengingatkan saya. Ya inilah anugerah dari Allah yang diberikan kepada kita yang harus kita rawat, yang harus kita jaga,” tutur Presiden.

Oleh sebab itu, Presiden mengingatkan dan mengajak semuanya, marilah yang mayoritas itu melindungi yang minoritas, tetapi yang minoritas harus menghormati dan menghargai yang mayoritas. “Saling melindungi, saling menjaga, saling menghargai, inilah ke-Indonesia-an kita. Kita sering lupa ini,” pesan Presiden.

Tampak hadir dalam pembukaan Kongres Muslimat NU itu antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj. (FID/ES)

Berita Terbaru