Outlook Perekonomian Indonesia, di Astor Ballroom, Hotel ST. Regis, Kota Administrasi Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, 22 Desember 2023

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Desember 2023
Kategori: Sambutan
Dibaca: 293 Kali

Sambutan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Outlook Perekonomian Indonesia, 22 Desember 2023

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati Yang Mulia Duta Besar negara-negara sahabat;
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota DPR RI, Pimpinan BPK Republik Indonesia;

Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.
Menahkodai kapal besar negara kita Indonesia ini dalam gelombang ketidakpastian ekonomi global sangatlah tidak mudah. Kita inginnya pertumbuhan ekonomi kita tumbuh lebih baik, tetapi tetap harus dalam posisi kehati-hatian. Ekspansif boleh, tetapi juga dalam kalkulasi yang super hati-hati.

Saat bertemu dengan Managing Director-nya  IMF, ini sudah bolak-balik saya sampaikan, 96 negara masuk menjadi pasien. Anggota IDB 57 negara, 32 negara kondisi ekonomi keuangan fiskalnya juga sangat berat. Tetapi, memasuki tahun 2024 ini kita tidak punya alasan untuk tidak optimis. Tahun 2024 saya namai tahun yang harus penuh dengan optimisme. Angka-angkanya tadi sudah disampaikan oleh Pak Menko Perekonomian. Mengapa? Ya kita memiliki modal untuk optimis itu, baik modal ekonomi maupun juga modal politik.

Yang pertama, alasan ekonomi. Kita tahu di sepanjang triwulan tahun 2023, ekonomi Indonesia masih tumbuh di kisaran 5 persen. Jauh lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya tumbuh 2,9 persen, ini patut kita  syukuri, alhamdulillah. Juga inflasi, kita patut bersyukur bahwa kita mampu menjaga inflasi di angka 2,86 persen, yang negara-negara lain sangat kesulitan menjaga yang namanya inflasi ini. Jauh di bawah rata-rata inflasi global yang berkisar 7,2 persen, kita diangka 2,86 persen.

Indikator-indikator yang lain juga baik. Penyerapan tenaga kerja naik sebanyak 4,5 juta orang, dari Agustus 2022 ke Agustus 2023. PMI manufaktur di November 2023 masih berada di level ekspansif, yaitu 51,7. Neraca perdagangan masih surplus dan sudah surplus 43 bulan berturut-turut. Indeks keyakinan konsumen pada November juga berada di angka 123,6. Artinya, keyakinan kuat terhadap kondisi ekonomi kita. Ini kok diam semua? Optimis dong, optimis, harus optimis. Kok diam, ada apa saya pikir. Kita di sini menyampaikan optimisme, diam semuanya. Oleh sebab itu, sekali lagi, tidak tidak ada alasan untuk pesimis memasuki 2024. Saya masih optimis pertumbuhan ekonomi kita akan masih berada di kisaran 5 persen. Namun, kalau orang Jawa bilang tetap eling lan waspodo, harus selalu ingat hati-hati dan waspada. Ketidakpastian global masih berlanjut. Konflik di Timur Tengah yang bisa memicu kenaikan harga minyak global juga kemungkinan masih ada. Meskipun tadi Ibu Menteri Keuangan bisik-bisik ke saya, “Pak, urusan harga minyak kelihatannya sudah tidak akan bergejolak naik lagi.” Ini juga patut kita syukuri.

Volatilitas harga komoditas terutama pangan, lha ini yang harus kita hati-hati. Ini saya masih sedikit khawatir mengenai urusan komoditas pangan. Karena kemarin saat super El Nino, produksi beras kita turun sedikit. Di 2024, juga perkiraan kita masih akan belum kembali ke normal. Tetapi, kalau kita lihat semua negara juga 22 negara ada yang setop ekspor pangan, ada yang ngerem, mengurangi ekspor pangannya, sehingga memang di 2023 kemarin kita kesulitan mencari tambahan untuk cadangan beras kita. Tapi untuk 2024, alhamdulillah kemarin Kepala Bulog dari India sudah menyampaikan kepada saya, “Pak, sudah tanda tangan satu juta ton.”

Kemudian juga saat saya KTT ASEAN-Jepang di Tokyo juga saya bertemu dengan Perdana Menteri Thavisin, saya di, saya dengar di sana ada stok, kemudian saat di holding room saya menyampaikan keinginan untuk bisa impor dari Thailand. Saya sampaikan Indonesia butuh 2 juta ton, beliau kemudian siangnya telepon dengan timnya di Thailand, kemudian menyampaikan kepada saya sorenya, “Presiden Jokowi, 2 juta ton Thailand siap untuk mengirim ke Indonesia.” Yang ini jangan ditepuki, karena impor. Kalau produksi kita sendiri kita tepuk tangan. Tapi untuk mengamankan cadangan strategis ketahanan pangan kita memang itu harus kita lakukan. Artinya, kita sudah mendapatkan tanda tangan satu India dan dua dari Thailand. Paling ndak rasa aman kita, kita dapat urusan pangan.

Kemudian juga pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai mitra dagang utama Indonesia juga harus kita antisipasi, ini penting sekali. Juga pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat yang menekan arus modal negara-negara berkembang dan menekan stabilitas sektor keuangan.

Untuk itu yang penting menurut saya konsisten dalam melangkah, bergerak secara berkelanjutan, dan bekerja sinergis antara pemerintah dan swasta. Kita harus konsisten menarik investasi, baik investasi di dalam negeri maupun investasi dari luar. Investasi perusahaan-perusahaan besar maupun investasi usaha-usaha kecil. Tapi juga bukan sembarang investasi. Kita harus fokus investasi yang memberikan nilai tambah yang besar kepada negara kita. Investasi di semua sektor unggulan, baik mineral, pertanian, perikanan dan kelautan, perkebunan, semuanya. Serta, penguatan ekonomi digital, penguatan ekonomi hijau, dan penguatan ekonomi biru.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Optimisme ini di dalam negeri saya rasakan. Baru saja kemarin saya dari IKN, Ibu Kota Nusantara. Pembangunan di sana saya melihat bukan di wilayahnya pemerintah, yang wilayah swasta. Saya melihat berkembang sangat pesat. Dua hari ini di IKN saya melakukan beberapa groundbreaking pembangunan baru dan meninjau progres pembangunan yang tiga bulan sebelumnya saya lakukan peletakan batu pertama.

Yang menyenangkan dan menimbulkan optimisme adalah antusias pengusaha-pengusaha swasta kita sangat besar. Dan saat ini telah ada 13 proyek swasta besar yang mulai dibangun dengan nilai total proyeknya mencapai kurang lebih Rp41 triliun. Kalau ini boleh ditepuktangani. Baik rumah sakit-rumah sakit swasta  ada enam, ada sekolah internasional dan universitas, sport center, apartemen, perkantoran, tujuh hotel berbintang 5, dan 4 tempat hiburan, dan lain-lainnya.

Sekali lagi, melihat situasi ini saya optimis. Bukan hanya optimis terhadap perkembangan IKN, tapi juga optimis terhadap optimisme dunia usaha kita, optimisme swasta untuk menggerakkan ekonomi nasional kita memasuki tahun 2024.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Optimisme saya di 2024 juga didasarkan pada kondisi politik. Saya tahu para pengusaha ini menunggu situasi politik. Ada yang juga deg-degan mendekati pemilu, terutama mendekati pilpres. Saya ingin menegaskan tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Kalau kita membukanya sosial media, kalau membacanya sosial media, nonton TV adu debat antarpolitisi, ya sepertinya suasananya panas, sepertinya. Tapi kalau bapak-ibu turun ke masyarakat, turun ke daerah, turun ke desa, sering turun ke daerah-daerah, bapak-ibu bisa merasakan rakyat itu santai-santai saja itu. Iya, betul. Coba pergi ke desa, pergi ke daerah, rakyat santai-santai saja. Sebetulnya politiknya juga adem-adem saja, saya kira sangat jauh kalau dibandingkan 2014 dan 2019, sangat beda sekali. Artinya, masyarakat kita sudah dewasa dalam berpolitik. Yang panas pun bisa segera didinginkan dan kalau terbelah sedikit juga bisa bersatu kembali.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.

Jadi kesimpulan saya ekonomi Outlook 2024, Indonesia sangat optimis. Optimisme karena melihat kinerja ekonomi kita dan optimis karena situasi politik yang dingin menjelang pemilu 2024. Yang penting konsisten kerja keras, kerja sinergis antara pemerintah dan swasta, dan kerja yang berkelanjutan.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru