Pagelaran Budaya Lintas Etnis Provinsi Sumatra Utara, 16 Maret 2019, di Stadion Teladan, Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 16 Maret 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 3.860 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat malam,
Salam sejahtera buat kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para tokoh masyarakat, tokoh agama,
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian seluruh warga Sumatra Utara, khususnya Medan yang malam hari ini berkumpul di tempat yang sangat luas ini.

Pertama-tama saya ingin menyampaikan:
Horas!
Horas!
Horas!
Mejuah-juah!
Mejuah-juah!
Mejuah-juah!
Juah-juah!
Juah-juah!
Juah-juah!
Ya’ahowu!
Ya’ahowu!
Ya’ahowu!

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Inilah keindahan, beranekaragamnya budaya Indonesia, tradisi Indonesia, adat Indonesia, bahasa-bahasa daerah yang ada di tanah air kita tercinta Indonesia.

Oleh sebab itu, saya minta tadi sebagian dari yang berpakaian adat silakan maju ke panggung. Ya, silakan. Ya nanti madep ke sana, madep ke sana, madep ke sana lagi. Ya, sudah. Ya, sudah. Maaf, jangan ke sana, ke sana, ke sana, ke sana, ke sana, ya. Ya, ya, ya.

Saya, saya ingin menunjukkan sekali lagi betapa keindahan budaya, keindahan adat, keindahan tradisi itu ada di tanah Sumatra Utara yang kita cintai ini. Di sini ada suku Batak Karo, ada suku Batak Mandailing, ada suku Batak Pakpak, ada suku Batak Simalungun, ada suku Batak Toba, ada suku Melayu, ada suku Nias, ada etnis Tionghoa, ada etnis India. Dan agama yang ada di sini juga berbeda-beda, ada agama Islam, agama Kristen, agama Katolik, agama Hindu, Konghucu, ada semuanya, agama Buddha.

Apa yang ingin saya sampaikan? Inilah miniaturnya Indonesia, Sumut adalah miniaturnya Indonesia. Di Indonesia, di negara kita tercinta ini ada 714 suku, 714 suku, ada seribu seratus lebih bahasa daerah/bahasa lokal.

Kalau di sini tadi ada “horas, horas”. Di sini juga ada suku Jawa kan? “Kulo nuwun”. Nanti di Sunda ada lagi, “sampurasun”. Ada juga yang tahu. Tetapi jelas bahwa di sini, “horas, mejuah-juah, ya’ahowu, juah-juah”, itu betul-betul kita tahu semuanya.

Apa yang ingin saya sampaikan? Aset terbesar bangsa Indonesia, modal terbesar bangsa Indonesia adalah persatuan, adalah persaudaraan, adalah kerukunan.

Saya tahu, saya tahu sejarah di Sumatra Utara ini tidak ada yang namanya perpecahan, tidak ada yang namanya pertikaian, enggak ada. Enggak ada sejarahnya di sini. Oleh sebab itu, jangan sampai karena urusan pilihan bupati, karena urusan pilihan wali kota, karena urusan pilihan gubernur, karena urusan pilihan presiden, kita ini merasa tidak sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Akan rugi besar bangsa ini, akan rugi besar kita semuanya. Hati-hati mengenai ini.

Karena yang namanya pesta demokrasi itu ada setiap lima tahun, ada. Pilihan bupati ada setiap lima tahun, pilihan wali kota ada setiap lima tahun, pilihan gubernur ada setiap lima tahun, pilihan presiden ada terus setiap lima tahun. Jangan korbankan persatuan kita, jangan korbankan persaudaraan kita, jangan korbankan kerukunan, persaudaraan, dan persatuan kita.

Sekarang belok ke sana. Biar semuanya dapat. Apa yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini? Marilah kita bersama-sama, bersama-sama menjaga persaudaraan kita, merawat persatuan kita, merawat kerukunan kita. Budaya inilah yang mempersatukan kita, budaya kita menjadikan kita bersatu. Setuju? Setuju? Setuju?

Jangan sampai karena urusan politik pilihan bupati/wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden, karena banyak fitnah, banyak hoaks, banyak kabar-kabar bohong kita ini dengan tetangga tidak saling ngomong, dengan teman tidak saling sapa, antarkampung tidak saling berbicara gara-gara urusan politik, rugi besar bangsa ini. Saudara setuju ndak? Jangan sampai, jangan sampai, jangan sampai kita terjebak kepada urusan politik sesaat sehingga rugi besar, karena modal kita sekali lagi adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan.

Silakan kembali lagi ke bawah, sudah. Saya hanya ingin menjelaskan betapa indahnya pakaian adat, betapa indahnya budaya kita, betapa beragamnya negara kita Indonesia.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Saya ingin kita semua yang berada di sini menyadari betul betapa negara kita ini adalah negara besar, Indonesia adalah negara besar. Penduduk kita sekarang ini sudah 269 juta, 269 juta yang tersebar di 17.000 pulau, 514 kabupaten dan kota, di 34 provinsi. Oleh sebab itu, ingin saya mengingatkan jangan sampai, jangan sampai karena urusan pilihan presiden kita ini menjadi tidak seperti saudara lagi, rugi besar, sekali lagi ingin saya sampaikan.

Yang terakhir, saya ingin mengajak Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya, tanggal 17 April 2019 datang berbondong-bondong ke TPS menggunakan hak pilih kita. Jangan sampai ada satu orang pun yang golput karena itu menentukan negara kita lima tahun kedepan. Ajaklah teman-teman kita pergi ke TPS, ajaklah saudara-saudara kita pergi ke TPS, ajaklah kawan-kawan kita, handai tolan kita, saudara sekampung pergi bersama-sama ke TPS untuk menggunakan hak suaranya. Jangan biarkan satu orang pun golput, jangan biarkan satu orang pun golput karena kita akan rugi besar. Ini menentukan arah negara lima tahun kedepan. Tanggal 17 April 2019 akan sangat menentukan arah negara ini lima tahun kedepan dan mungkin lima puluh dan seratus tahun kedepan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Saya, sekali lagi, saya ini sekarang sudah masuk dalam keluarga besar Sumatra Utara karena saya punya anak yang namanya Bobby. Tahu semuanya ya? Bobby tahu semuanya? Artinya, saya sudah masuk kepada keluarga besar Sumatra Utara. Nah itu Bobby kelihatan itu di gambar, waktu perkawinan. Nah.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru