Panama, Perubahan Iklim & Perdagangan Global

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 10 Maret 2024
Kategori: Opini
Dibaca: 7.996 Kali

Oleh: Faqih Addien Al-Haq, S.EI. *)

Krisis yang menjadi pusat perhatian global saat ini adalah bagaimana lokasi strategis perdagangan dunia di antara Yaman dan wilayah ‘Tanduk Afrika’, jalur untuk menuju Terusan Suez, diteror dengan ratusan misil dan rudal oleh kelompok Houthi di Yaman. Ratusan kapal dagang dengan ratusan ribu kontainer dari seluruh dunia terhenti.

Perusahaan-perusahaan yang mengirimkan barangnya dari Asia, khususnya Asia Timur,  menuju Eropa lebih memilih rute memutar benua Afrika dengan konsekuensi biaya yang lebih tinggi dengan tambahan jarak 3.000 nautical mile (nm) atau 8-10 hari pelayaran yang lebih lama.

Kejadian itu adalah dampak konflik geopolitik yang menciptakan krisis kemaritiman. Kemudian secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perekonomian. Konflik tersebut meningkatkan biaya perdagangan, kargo, keamanan, yang berujung pada kenaikan harga komoditas dan potensi inflasi pada negara-negara yang bergantung pada perdagangan global.

Di sisi lain di waktu yang bersamaan, terdapat krisis yang hampir sama namun dengan penyebab yang berbeda. Krisis tersebut berada di Terusan Panama. Sebuah titik strategis perdagangan global yang menyediakan shortcut yang menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Atlantik.

Saat ini di bulan Februari 2024, Terusan Panama hanya dapat ‘menyeberangkan’ 18 kapal per hari. Jumlah itu hanya 50 persen dari kapasitas penuhnya yang sebesar 38 kapal per hari. Keterbatasan itu disebabkan oleh menipisnya stok dan suplai air tawar yang digunakan untuk menyeberangkan kapal-kapal tersebut. Bahkan, otoritas Terusan Panama mulai membatasi jumlah maksimal muatan volume kargo dalam sebuah kapal untuk dapat diseberangkan melalui kanal mereka.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Terusan Panama adalah titik strategis penghubung perdagangan antara sisi timur Amerika Serikat (AS) dengan Asia Timur atau dengan sisi barat negara-negara di wilayah Amerika Selatan, serta pantai barat Kanada dengan Amerika atau Eropa. Tanpa keberadaan terusan tersebut, kapal-kapal dagang harus memutari seluruh benua Amerika Selatan untuk mencapai tujuannya. Jarak tambahannya sekitar 8.000 nm atau sekitar 18 hari waktu berlayar.

Lima persen perdagangan dunia melewati terusan tersebut. Empat puluh persen kargo dari sisi timur AS yang hendak melakukan ekspor maupun impor ke Asia, sangat bergantung pada keberadaan terusan tersebut. Kanal terusan tersebut juga sangat strategis bagi Angkatan Laut Amerika Serikat sebab dapat menjadi jembatan mobilitas operasional antara Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik di masa-masa krisis.

Di masa lalu, terusan tersebut menjadi jalur keberangkatan bagi kapal-kapal perang AS dari Pacific Theater menuju ke Perairan Karibia saat terjadi Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. Di masa Perang Vietnam terjadi, Terusan Panama juga menjadi jalur utama untuk pengiriman pasukan dan peralatan militer menuju ke Asia.

Bahkan di masa sekarang, saat AS sudah tidak memiliki kontrol atas terusan tersebut, nilai vital Terusan Panama sangat tinggi bagi AS. Terutama apabila kita memperhatikan potensi ketegangan antara AS dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berkaitan dengan ancaman RRT terhadap Taiwan dan potensi serangan RRT kepada pangkalan militer AS yang berada di Guam dan Okinawa, Jepang.

Terusan Panama awalnya dimiliki oleh AS sejak selesai dibangun pada 1914 sampai tahun 1979. Di akhir periode tahun tersebut, Presiden AS Jimmy Carter menyetujui pengembalian kedaulatan wilayah tersebut kepada pemerintah Panama dengan pengelolaan bersama sampai 20 tahun. Kemudian pada tahun 2000, kontrol dan kedaulatan dilimpahkan secara penuh kepada pemerintah Panama.

Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Terusan Panama adalah aset paling berharga yang dimiliki oleh negara Panama, sebab terusan tersebut adalah titik vital dan strategis bagi perdagangan dan kepentingan militer global. Pemerintah Panama memiliki kebebasan untuk menetapkan berbagai tarif dan biaya bagi seluruh kapal, apapun jenisnya, yang hendak melewati terusan tersebut untuk memangkas jarak dan waktu. Pada tahun 2022, saat kanal Terusan Panama berfungsi dengan normal, pendapatan pemerintah Panama mencapai 4,3 miliar Dolar AS atau setara dengan empat persen dari total produk domestic bruto (PDB) Panama yang memang didominasi oleh sektor jasa.

Mayoritas penduduk Panama tinggal dan bekerja di kawasan sekitarnya yang berpusat pada aktivitas penyeberangan kapal melalui kanal terusan. Salah satu alasan terkuat mengapa Panama menjadi salah satu negara makmur, terdepan dan berkembang pesat di antara negara-negara Amerika Latin adalah keberadaan terusan tersebut. Tanpa keberadaan kanal Terusan Panama, penduduk Panama mungkin akan sangat sulit untuk mencapai tingkat kesejahteraan saat ini.

Sayangnya di masa ini, penduduk Panama sedang menghadapi tantangan ekonomi terbesarnya. Sejak akhir tahun 2023 sampai saat ini, Terusan Panama mengalami perlambatan aktivitas dan ketidakpastian kegiatan perekonomiannya. Tidak seperti jalur Terusan Suez yang mengalami kesulitan aktivitasnya karena konflik geopolitik, Terusan Panama mengalami tantangannya dalam menyediakan jasa lalu lintas perkapalan lebih disebabkan faktor alam dan perubahan iklim global.

Perubahan iklim tentu saja merupakan sesuatu yang sangat sulit dikontrol. Jika Terusan Suez dapat beroperasi dengan normal apabila perang dan konflik di Timur Tengah berakhir, hal tersebut berbeda dengan keadaan Terusan Panama. Perubahan iklim sangat mempengaruhi bagaimana kegiatan perekonomian Terusan Panama di masa yang akan datang secara tidak terbatas.

Sebagaimana kita ketahui bersama, kapal yang menyeberang Terusan Panama harus melewati gerbang kanal yang akan ‘mengangkat’ kapal dari ketinggian permukaan air laut menuju ke Danau Gaton yang tingginya 26 meter. Selanjutnya kapal dapat menyeberangi danau menuju ke gerbang kanal selanjutnya untuk kemudian ‘diturunkan’ kembali ke tingkat permukaan air laut. Namun demikian, banyak yang tidak mengetahui bahwa keseluruhan proses mekanis yang inovatif ini harus dilakukan dengan cara membuang air tawar sebesar 52 juta galon dari Danau Gaton ke lautan untuk setiap proses penyeberangan.

“Membuang” air tawar sebanyak itu selama ini tidak pernah menjadi masalah untuk Panama. Sebuah negara yang beriklim tropis dan memiliki masa curah hujan tinggi yang lebih lama (Mei-Januari) dibandingkan masa keringnya (Januari-Mei). Sehingga Panama hampir tidak pernah kekurangan stok air tawar yang dapat ditampung sepanjang tahun untuk memenuhi kembali cadangan air tawarnya di danau alami maupun danau buatan.

Namun, di saat terjadi masa kekeringan yang panjang dan kemudian berdampak pada cadangan air tawar di danau-danau Panama yang terus menipis seperti halnya saat ini, muncul permasalahan sistemik dan berlarut yang mempengaruhi operasional Terusan Panama. Hal tersebut yang saat ini terjadi sejak akhir tahun 2023 dimana seharusnya musim penghujan telah mulai, namun ternyata fenomena El Nino membuat hujan turun dengan curah yang rendah dan terbatas.

Menurut Jin-Ho Yoon dari Gwangju Institute of Science and Technology, masa fenomena El Nino yang saat ini  terjadi memiliki durasi yang lebih panjang daripada yang biasanya terjadi. El Nino adalah fenomena iklim reguler yang biasanya terjadi setiap 2-7 tahun sekali di Samudra Pasifik. El Nino membuat awan hujan yang biasanya turun di Panama pada bulan Oktober, menjadi melemah atau bahkan tidak ada sama sekali.

Beberapa surat kabar memberitakan bahwa tingkat curah hujan di Panama pada bulan Oktober 2023 kemarin hanya 59 persen dari yang biasanya terjadi. Curah hujan itu adalah yang terendah sepanjang catatan curah hujan dari tahun 1950. Padahal normalnya, di bulan Oktober lah terjadi curah hujan tertinggi di musim penghujan Panama sehingga membuat cadangan air tawar di Panama kembali penuh.

Keterbatasan cadangan air tawar tersebut membuat otoritas membatasi jumlah kapal yang dapat melewati kanal dalam satu hari. Dengan pembatasan tersebut, saat ini terjadi antrean kapal kargo dengan masa tunggu mencapai 23 hari. Antrean terpanjang dan terlama sepanjang sejarah Terusan Panama. Beberapa kapal dagang sampai harus melakukan bidding harga untuk menentukan urutan antrean melalui kanal terusan. Sebuah kapal dagang dari Jepang pada November sempat membayar empat juta Dolar AS untuk ‘menyela’ antrean tersebut.

Karena waktu yang dibutuhkan untuk memutar benua Amerika Selatan hanya 18 hari, sedangkan antrean melalui kanal tersebut telah mencapai 23 hari, kapal-kapal kargo saat ini lebih memilih untuk memutar benua Amerika Selatan dibandingkan harus mengantre untuk melewati Terusan Panama.

Di bulan Februari 2024, Panama telah memasuki siklus masa kering tahunan. Cadangan air belum kembali ke level normal. Namun, fenomena El Nino diperkirakan masih akan terus berlangsung lebih lama sampai musim panas atau bulan Juni 2024. Sehingga, ada kemungkinan musim penghujan Panama di tahun ini juga akan berlangsung dengan tidak normal.

Masalah lebih besarnya lagi, tidak hanya operasional Terusan Panama saja yang bergantung pada ketersediaan cadangan air tawar di danau-danau Panama. Kebutuhan air bersih untuk minum dan aktivitas rumah tangga untuk lebih dari 4,2 juta penduduk Panama juga berasal dari danau-danau tersebut. Sehingga, otoritas Panama mau tidak mau harus mengatur dan membatasi penggunaan air tawar dalam operasional kanal Terusan Panama.

Terusan Panama memang tidak pernah didesain untuk mengantisipasi kekurangan cadangan air tawar. Asumsi rencana konstruksinya adalah menjadikan musim penghujan untuk mengisi penuh cadangan air di danau-danau buatan di wilayah Panama sehingga dapat melewati musim keringnya dengan operasional normal. Namun, perubahan iklim global mematahkan asumsi-asumsi tersebut dan membuat Terusan Panama berada dalam keadaan genting.

Saat ini, Terusan Panama bahkan terancam dengan kehadiran konstruksi Bi-Ocean Corridor. Sebuah proyek multilateral antara Brazil, Paraguay, Argentina dan Chile, yang menghubungkan pantai barat di Brazil dengan pantai timur di Chile melalui konstruksi highway dan rel kereta api.

Sebuah ujian berat bagi otoritas Terusan Panama. Namun ia adalah tantangan besar untuk penduduk Panama serta komunitas global. Perubahan iklim nyata membawa dampak yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perdagangan dan perekonomian global.

Pelajaran untuk Indonesia
Kehadiran jalur Tol Trans-Jawa sepanjang 1056 kilometer telah memangkas waktu tempuh jalur darat di pulau Jawa sebanyak 40 persen lebih cepat. Kehadirannya seperti memberikan pembuluh darah baru bagi perekonomian. Jalur tersebut menumbuhkan tujuh kawasan industri baru dan memberikan dampak signifikan bagi kunjungan pariwisata di beberapa kawasan strategis pariwisata nasional. Perannya menjadi sangat strategis dan menjadi titik kritis perekonomian nasional yang sampai saat ini masih terkonsentrasi di pulau Jawa.

Namun, kita tidak pernah tahu fenomena perubahan iklim akan membawa dampak apa bagi keberadaan Tol Trans-Jawa. Kenaikan garis pantai utara Jawa yang berdekatan dengan jalur jalan tol, risiko keberadaan jalur ring of fire, pergeseran lempeng bumi, dan fenomena lainnya.

Pemanasan global dan perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi siklus tanam para petani. Ia bahkan saat ini telah ‘mengganggu’ jalur distribusi manusia.

*) Pegawai pada Kedeputian Bidang Perekonomian, Sekretariat Kabinet

Opini Terbaru