Paparan Presiden Joko Widodo Pada Silaturahim Dengan Dunia Usaha “Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi”, Di Jakarta Convention Center, Jakarta, 9 Juli 2015

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 10 Juli 2015
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 14.856 Kali

Logo PidatoBismillahirrahman nirrahim,

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat Siang, salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati seluruh menteri Kabinet Kerja,

Yang saya hormati Gubernur BI, Ketua OJK, Ketua ISEI, Dirut Bank Mandiri, serta Bapak/Ibu semuanya dari Kadin dan Hipmi, REI, serta dunia usaha, Apindo yang pada siang ini hadir, serta Bapak/Ibu tamu undangan yang berbahagia.

Hadirin sekalian,

Kita memahami bahwa perekonomian itu tidaklah seperti garis lurus, melaikan naik dan turun, mengalami percepatan dan perlambatan. Dan itulah yang biasa disebut siklus ekonomi, tadi sudah disampaikan oleh Bapak Darmin Nasution.

Saya hari ini ingin bicara terang benderang karena faktor siklus ekonomi, karena faktor struktural maka sangat mungkin tantangan ekonomi ke depan semakin berat, sebelum kondisi akhirnya membaik beberapa kwartal ke depan.  Kalau saya pahit ya saya bilang pahit, kalau manis ya saya bilang manis.

Dan kita saat ini menghadapi tantangan ekonomi yang fundamental, namun saya yakin pemerintah semakin siap menghadapi tantangan tersebut. Mengapa ekonomi saat ini mengalami pelambatan?

Harus kita pahami bahwa ekonomi kita baru mengakhiri satu siklus, dan sedang kita arahkan menuju ke satu siklus yang baru, kita arahkan. Inilah yang saya sebut ekonomi kita sedang mengalami transisi yang fundamental. Ekonomi kita sedang beralih dari konsumsi ke produksi, dari konsumsi ke investasi, dan growth engine, mesin pertumbuhan dari siklus yang lalu, komiditas mentah sudah tidak bisa diandalkan lagi. Kita harus masuk ke hilirisasi, ke industrialisasi.

Dunia telah berubah, dan menggali komoditas mentah, baik nikel, tembaga, bauksit sudah tidak bisa lagi menghasilkan kemakmuran sebagaimana sebelumnya karena harga komoditas sedang anjlok turun. Kita tahu semua itu. Namun growth engine yang baru masih belum bisa bangkit sepenuhnya.

Ekonomi kita beberapa tahun kemarin benar-benar sedang menuju trend yang tidak suistanable. Misalnya, kredit perbankan yang bertumbuh hampir 20% per tahun, sementara kita hanya tumbuh 5-6% pertahun.  Kredit konsumsi seperti kredit untuk beli sepeda motor, kredit untuk beli mobil menurut saya sudah berlebihan.  Spekulai property, membangun pusat perbelanjaan, membangun mall dan rumah mewah kita harus mulai hati-hati. Sekali lagi kita mulai harus hati-hati.

Hadirin yang saya hormati,

Satu hal yang saat ini saya amat yakin saat ini adalah bahwa kita sekarang benar-benar tidak bisa menunda lagi untuk melakukan reformasi perekonomian secara fundamental. Perombakan ekonomi yang harus dijalankan pemerintah saat ini harus mendalam dan harus menyeluruh. Meskipun sakit, meskipun pahit, kita tidak boleh lagi menunda. Tidak ada kemajuan tanpa pengorbanan. Sekali lagi tidak ada kemajuan tanpa pengorbanan.

Ada beberapa negara di dunia yang saat ini mengalami konstraksi ekonomi karena selama bertahun-tahun mereka mengabaikan kenyataan bahwa dunia telah berubah, dan mereka sudah tidak lagi kompetitif. Selama bertahun-tahun negara-negara ini menolak untuk menelan obat yang pahit. Mereka gagal mendongkrak, gagal mengupgrade mesin ekonomi mereka. Bahkan ada beberapa negara dimana pemerintahnya menjanjikan sesuatu yang ajaib. Pemerintah disana menjanjikan kenaikan kesejahteraan tanpa perlu kerja keras, menjanjikan kesejahteraan tapa perlu kerja keras. Tidak ada hal seperti ini di dunia. Tidak ada. Dan negara-negara itu sekarang sedang diambang krisis perekonomian karena bertahun-tahun hidup mewah tanpa kerja keras. Inilah yang harus kita hindari. Jangan sampai Indonesia terjebak dalam kondisi seperti itu.

Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian,

Distorsi ekonomi seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan banyak ketimpangan-ketimpangan dan ketidakseimbangan dalam masyarakat dan dalam perekonomian. Spekulasi asset yang menggembungkan nilai asset membuat kesenjagan sosial semakin besar. Investasi kita di sistem pendidikan dan bidang kesehatan amat diperlukan supaya sumber daya manusia kita menjadi lebih baik. Bila solusi yang kita cari adalah menggejot lagi distorsi ekonomi maka akan memperburuk ketimpangan-ketimpangan ekonomi yang sudah ada.

Perekonomian kita membutuhkan reformasi yang struktural. Memang kita tidak bisa ambil jalan pintas, tidak ada jalan pintas, dan tidak ada peluruh ajaib. Tidak bisa saya ngomong sim salabim kemudian masalah bisa teratasi. Juga tidak bisa, ngga ada seperti itu. Dan masyarakat harus sadar bahwa nggak ada sim salabim kemudian semuanya bisa teratasi, ngga ada.

Satu lagi ketimpangan ekonomi yang terjadi adalah tadi juga sudah disampaikan oleh Pak Darmin, mengenai industri kita yang ketinggalan, ketinggalan sekali. Bahkan beberapa tahun terakhir ekonomi kita sudah menuju arah deindustrialisasi, dan itu satu trend yang harus segera kita balikkan. Harus segera kita balikkan.

Tiga minggu yang lalu saya berkunjung ke Batam, ke galangan kapal di Batam. Bapak/Ibu bisa bayangkan Indonesia adalah zona ekonomi maritim terbesar di dunia, dua pertiga wilayah Indonesia adalah air. Namun pada saat ini 80% dari semua kapal yang kita beli setiap tahun adalah dari impor. Padahal galangan kapal di sini siap. Saya tahu karena  saya cek di Batam, sampai 17.500 DWT saja mereka siap, bisa membuat apalagi yang kecil-kecil. Padahal sekali lagi industri galangan kapal kita sudah siap, disamping kebutuhan domestik yang besar, industri galangan kapal itu padat karya, juga kita kaya dengan tenaga muda yang tidak sulit untuk dididik ketrampilannya dalam konstruksi kapal. Sehingga dalam rapat terbatas saya sudah perintahkan, pemerintah tidak boleh lagi memesan kapal dari luar negeri, tidak boleh lagi impor. Buat sendiri di negara kitam karena kita sudah siap sehingga akan memperbaiki neraca perdagangan kita. Sekali lagi kita harus mengutamakan industri dalam negeri lebih dahulu. Dan secara makro ekonomi pun, kebiasaan impor-impor seperti itu sudah tidak sesimpel. Kita harus hemat devisa dengan memenuhi lebih banyak keperluan kita dari dalam negeri.

Bapak/Ibu hadirin yang saya hormati,

Kita harus membangun growth engine yang baru, membangun mesin pertumbuhan yang baru. Apa yang diperlukan pada saat ini? Kita memerlukan revolusi di budaya manajemen. Sekali lagi kita memerlukan revolusi di budaya manajemen. Menghadapi kelemahan kurs dan kenaikan harga barang impor, produsen jangan asal langsung naikkan harga, dan biasa terjadi kurs naik harga naik.

Mestinya kita harus berpikir bagaimana kita bisa menekan ongkos, kita bisa mengefisienkan biaya, menekan biaya. Bagaimana kita bisa mengubah sistem produksi, bisa mengubah sistem distribusi, kalau perlu bagaimana mengubah disain supaya kita lebih efisien. Kalau diperlukan memang harus dilakukan itu, bukan mencari gampangnya kurs naik harga ikut naik. Inilah yang saya kira bertahun-tahun kita melakukan itu sehingga tidak mau berpikir bagaimana merubah sistem produksi, mengubah sistem distribusi, mengubah desain. Dan tingginya harga barang dan jasa itulah yang membuat negara kita tidak kompetitif.

Tapi tentunya untuk membangun growth engine yang baru, mesin pertumbuhan yang baru butuh waktu, butuh proses. Untuk membangun infrastruktur butuh waktu, untuk membangun pabrik ekspor butuh waktu, karena tanpa infrastruktur baik listrik, transportasi, pabrik juga tidak bisa jalan. Untuk melatih  sumber daya manusia (SDM) juga butuh waktu.

Terus, apa strategi pemerintah untuk transisi perekonomian seperti itu? Jangka pendek, stabilisasi .

Untuk menjembatani transisi perekonomian perlu belanja pemerintah, perlu government spending melalui proyek, tadi juga sudah disampaikan oleh Pak Darmin. Sambil menunggu bangkitnya sumber perekonomian baru ada masa transisi yang bisa ditopang dulu oleh pemerintah untuk sementara lewat belanja pemerintah.

Pemerintah punya ruang fiskal, dan kemarin saya kira juga sudah dibaca oleh Standard and Poor’s yang sudah menaikkan prospek rating outlook kita, rating outlook pemerintah Indonesia. Dan ruang fiskal ini harus dimanfaatkan, dan pasti kita akan manfaatkan.

Solusi lain yang sedang kita kejar adalah bekerja keras untuk menggalang dana, menggalang dana investasi, terutama dari Jepang, dari Korea, dari Tiongkok, dari Singapura, dari Jerman, dari Amerika. Tapi orang bertanya, banyak yang bertanya apakah hutang negara akan naik tajam akibat pendanaan ini? Perlu saya tekankan bahwa pendanaan ini untuk ivestasi yang meningkatkan produktivitas, sekali lagi meningkatkan produktivitas bukan utang untuk konsumtif. Sekali lagi bukan utang untuk konsumtif, dan bukan utang untuk subsidi BBM. Ini yang harus dibedakan.  Dan juga sudah kita hitung keuntungan maupun manfaat dbuat ekonomi ari pendanaan ini yang akan jauh di atas bunga pinjaman dan ongkos pendanaan.

Dengan kebijakan yang kita rancang saya yakin pada sisa tahun 2015 ini stimulus ekonomi akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 – 0,3%. Kemudian di tahun 2016 stimulus ekonomi yang ada akan dapat mendornog pertumbuha ekonomi lebih besar lagi yaitu 0,5% – 1%.

Untuk jangka menengah dan jangka panjang, pemerintah saat ini fokus ke proyek infrastruktur karena infrastrukur itu padat modal dan paybacknya jangka panjang. Buruknya infrastruktur kita saat ini menjadi hambatan utama, sekali lagi buruknya infrastruktur kita menjadi salah satu hambatan utama untuk membuat growth engine baru agar ekonomi kita bisa bangkit. Perbaikan infrastruktur penting untuk menekan biaya produksi, menekan biaya transportasi, menekan ongkos distribusi, menekan biaya distribusi.

Distribusi logistik melalui laut adalah paling murah maka pembangunan dikonsentrasikan pada tol laut. Pembangunan sudah dimulai di Kuala Tanjung, sudah kita mulai. Di Makassar sudah dimulai, dan progressnya ada, saya kira di gambar bisa dilihat. Sebentar lagi di Sorong, dan seterusnya, kemudian akan pula dibangun 24 pelabuhan di seluruh tanah air.Dan mulai April lalu telah dikerjakan tol Trans Sumatera, yang nantinya akan membentang dari Lampung menuju ke Palembang, ke Padang, ke Pekanbaru, ke Medan, ke  Aceh sepanjang 2600 km.

Pembangunan infrastruktur ini untuk mendukung kemandirian pangan yang telah dimulai 2015 ini, dan saat ini yang sedang dalam tahap pengerjaan adalah pembangunan 13 bendungan besar untuk pengairan sawah, di Manamo saya kira juga sudah mulai keihatan, dan juga irigasi-irigasi yang menuju ke sawah-sawah karena urusan pangan ini sangat penting sekali.

Saya sadar betul bahwa para pelaku ekonomi  harus diberikan ruang untuk bernafas dan ruang untuk bergerak. Bagaimanapun kalangan swasta adalah pelaku ekonomi yang utama, sekali lagi kalangan swasta adalah pelaku ekonomi yang utama, jauh melampaui kegiatan pemerintah dan BUMN. Pemerintah itu kira-kira hanya 20%, ngga banyak, 80% dipegang oleh swasta. Oleh sebab itu, perizinan akan terus kita sederhanakan dan percepat, kejelasan hukum dan payung hukum akan terus kita buat, pembebasan lahan yang selalu jadi masalah juga akan terus kita carikan solusinya. Saya tahu masalah-masalah seperti ini menambah biaya bisnis, memperburuk cost of efisien bisnis  di Indonesia. Saya sadar pemerintah harus mempermudah dan menyederhanakan lingkungan bisnis . Ini semua sudah menjadi komitmen pemerintah, dan ini semua akan terus kita genjot tanpa kecuali.

Bapak/Ibu hadirin yang berbahagia, alangkah pentingnya bahwa kita semua harus realistis. Kami sadar bahwa tantangan yang kita akan hadapi ke depan tidak ringan, dan inilah tanggung jawab kami, tanggung jawab saya, tanggung jawab pemerintah.  Marilah kita saling bahu membahu karena semuanya ini tidak ada yang instan, semuanya butuh proses.

Situasi yang kita hadapi saat ini sebenarnya masih jauh lebih ringan dibandingkan dengan tantangan yang pernah kita hadapi sebelumnya di tahun 1998, krisis moneter yag dahsyat melanda ekonomi kita. Pengamat di mancanegara mempertanyakan apakah kita bisa bertahan, apakah Indonesia bisa bertahan? Namun 17 tahun kemudian kita lihat perekonomian kita bisa bertumbuh lebih dari 4 kali lipat. Indonesia menjadi anggota G-20 yang mapan, dan kita telah menjadi negara demokrasi yag dibanggakan, yang patut bisa kita banggakan. Maka saya amat realistis, saya juga sekaligus meyakini bahwa tantangan yang kita hadapi sekarang insya Allah sangat bisa kita atasi bersama.

Marilah kita bahu-membahu sebagai bangsa yang besar, saya ajak semua kalangan untuk kompak, kalangan dunia usaha saling bahu membahu. Saya ajak untuk semuanya bekerja sama, berkontribusi untuk membangkitkan perekonomian kita saat ini.

Terima Kasih,

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(ES)

 

 

Transkrip Pidato Terbaru