Peluncuran Penyaluran Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Tahun 2019, 10 Januari 2019, di Gelanggang Olah Raga (GOR) Ciracas, Jakarta Timur

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 10 Januari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.600 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, wabilkhusus Pak Menteri Sosial,
Yang saya hormati Gubernur DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan beserta seluruh jajarannya,
Yang saya hormati, yang saya banggakan, seluruh penerima manfaat PKH yang pada sore hari ini hadir,
Serta SDM pendamping PKH yang saya hormati, yang saya banggakan.

Bapak-Ibu hadirin sekalian yang berbahagia,
Tadi sudah disampaikan oleh Pak Mensos, tahun 2015 kita hanya memberikan PKH itu anggarannya hanya Rp5,4 triliun seluruh Indonesia. Tahun ini 2019 melompat tinggi sekali menjadi Rp32 triliun. Jumlah yang diberikan juga ditambah yaitu menjadi sekarang sepuluh  juta penerima PKH.

Apa yang ingin saya sampaikan? Pemerintah betul-betul ingin memberikan perhatian peningkatan kesejahteraan di keluarga-keluarga penerima. Jangan kaget kalau nanti dapat ini yang baru dibuka biasanya Rp1.890.000 betul? Benar? Betul? Tadi di situ saya buka ada yang dapat Rp3,6 juta tadi. Saya intip, saya buka lagi yang di sebelahnya dapat Rp2,7 juta. Artinya apa? Tambahan itu sangat banyak sekali. Ada yang dua kali lipat, ada yang satu setengah kali lipat, tapi hati-hati penggunaannya. Saya titip hati-hati penggunaannya. Supaya yang kita inginkan itu betul-betul bisa memberikan manfaat betul kepada keluarga-keluarga penerima.

Saya minta para SDM pendamping PKH dilihat betul kegunaan dari uang-uang yang ada. Sebagai contoh, uang-uang ini harus produktif, misalnya untuk beli telur boleh? Boleh? Boleh? Beli ikan boleh? Beli buku? Beli seragam anak? Boleh? Beli sepatu untuk sekolah boleh? Itu untuk anak-anak. Bapaknya minta rokok boleh? Untuk beli rokok boleh ndak? Tadi ada yang bilang boleh tadi coba maju saya beri sepeda. Yang boleh untuk beli rokok suami silakan maju saya beri sepeda. Ada? Hati-hati, tidak boleh untuk beli rokok, meskipun itu suami. Tapi jangan dibentak-bentak, suaminya minta untuk beli rokok, “enggak boleh!” Enggak boleh begitu, beritahu, “Pak, uang PKH ini untuk anak-anak kita, untuk tambahan gizi, untuk pendidikan,” diberitahu begitu. “Kalau untuk beli rokok silakan Bapak cari sendiri.” Tapi diberitahu, “kalau bisa Pak enggak usah merokok.” Benar ndak? Setuju ndak? Nah begitu.

Coba ada yang maju satu, yang sudah mengambil ada ndak? Belum? Benar belum? Ada yang sudah mengambil? Mana yang sudah mengambil coba tunjuk jari? Kok baru satu yang mengambil, padahal uangnya sudah masuk lho, berarti ini direm betul bahwa penggunaannya harus kita hitung. Kalau tidak penting sekali jangan diambil karena ini aman kok, di sini aman, dan sudah masuk uangnya, sudah masuk. Ada yang dapat tadi Rp3,7 juta tadi, siapa? Ada? Silakan atau tadi yang di bawah tadi maju coba, sama satu orang yang SDM pendamping tunjuk jari, maju sini coba. Maju satu silakan maju pendamping satu orang. Ya silakan maju.

Ini perlu saya sampaikan bahwa bantuan komponen setiap jiwa pertahun itu beda-beda. Misalnya ibu hamil ini mendapatkan Rp2.400.000 pertahun, balita juga Rp2.400.000 sama. Tapi terus jangan hamil terus karena apapun yang namanya anak harus direncanakan dengan baik, pendidikannya, sekolahnya, gizinya semuanya.

Silakan Bu dikenalkan.

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, perkenalkan nama saya Ibu Sulistiyana, dari Kelurahan Kelapa Dua Wetan,Ciracas. Dapat bantuan PKH Rp2.754.000

Presiden Republik Indonesia
Mau diambil kapan?

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Insyaallah besok. Mau diambil Rp500 ribu untuk bayar SPP SLB.

Presiden Republik Indonesia
Terus sisanya untuk apa?

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Sisanya buat ongkos sekolah. Buat ongkos sehari-hari sama buat makan. Buat beli sarapan.

Presiden Republik Indonesia
Sarapannya apa biasanya? Anaknya diberi sarapan apa, jangan-jangan enggak ada telurnya. Diberi PKH enggak ada gizinya. Jadi kalau makanan sarapan diberi apa anaknya.

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Telur sama sayur. Anak saya empat, telurnya empat, satu-satu

Presiden Republik Indonesia
Anaknya empat, telurnya satu satu satu benar? Tiap hari tiap pagi diberi telur terus begitu?

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Kadang-kadang ikan, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Itu diarahkan dari pendamping PKH, diberi tahu untuk ini untuk itu, diberitahu enggak?

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Iya.

Presiden Republik Indonesia
Kalau misalnya nanti mengambil lagi dipakai untuk apa? Terus terang saja enggak apa-apa?

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Buat bayar SPP yang SMP Pak. Buat bayar listrik.

Presiden Republik Indonesia
Nanti saya tanyakan ke pendamping PKH. Terus yang duit dari suaminya bagaimana?

Sulistiyana (Penerima Manfaat PKH)
Kebetulan saya janda Pak. Janda saya.

Presiden Republik Indonesia
Dari tadi ngomong. Selesai.

Berarti Bu Sulis tadi hampir, saya kira sudah hampir tahu ininya dipakai apa dipakai apa ,sudah tahu semuanya. Sekarang coba dikenalkan pendamping PKH, agak maju sedikit.

Yuli (Pendamping PKH)
Perkenalkan nama saya Yuli, pendamping dari Kabupaten Bogor.

Presiden Republik Indonesia
Pertemuan dari penerima manfaat PKH ini berapa minggu sekali?

Yuli (Pendamping PKH)
Pertemuannya satu bulan sekali. Biasanya dalam pertemuan itu memberikan informasi mengenai pemanfaatan bantuan, pemanfaatannya untuk apa saja, pembekalan kepada para ibu KPM untuk bisa mandiri, bisa usaha, cara hidup sehat seperti apa.

Presiden Republik Indonesia
Jadi diarahkan agar punya usaha? Contoh usahanya apa?

Yuli (Pendamping PKH)
Contoh usahanya misalkan ibu-ibu di daerahnya ada tanaman singkong, bagaimana singkong itu bisa memiliki harga jual yang bisa menyaingi pasaran lebih tinggi. Atau keterampilan yang lain, kemampuan ibu-ibunya beda-beda tiap wilayah. Bikin keripik bisa Pak.

Presiden Republik Indonesia
Ya kan banyak kan. Sebetulnya bisa diarahkan, misalnya yang punya keahlian memasak bisa jualan gorengan di rumahnya, atau bisa jualan nasi uduk di rumahnya, kan banyak sekali yang bisa dikerjakan, atau nasi-nasi yang lain. Atau juga usaha-usaha kecil yang lainnya. Terus yang paling sulit itu apa? Mengarahkan ini yang paling sulit apa? Atau enggak ada Pak.

Yuli (Pendamping PKH)
Ada Pak. Kendalanya ketika KPM ada yang suka punya utang, Pak. Jadi pas pertemuan kelompok adanya yang katanya ‘Grup Emok’ Pak, ‘Grup Emok’ kalau kata ibu-ibu bilang. Jadi ada perkumpulan punya utang harus satu minggu sekali mereka pertemuan untuk bayar utang itu. Jadi kita mau mengadakan pertemuan kelompok kadang ibu-ibunya lebih penting bayar itu daripada pertemuan kelompok dengan kita, di sana kadang.

Presiden Republik Indonesia
Hati-hati saya titip pada ibu-ibu. Hati-hati  penggunaan uang ini hati-hati, jangan sampai berbelok kemana-mana. Karena janjian kita sejak 2015 yang lalu, yang penggunaannya melenceng dari yang sudah ditentukan, kartunya dicabut lho ya, kita janjian ya. Karena ini menyangkut uang yang harus kita pertanggungjawabkan di APBN. Uangnya gede sekali, Rp32 triliun yang kita berikan dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote di seluruh tanah air, gede sekali.

Terus tadi Mbak Yuli, kalau tadi dipakai untuk membayar listrik boleh enggak?

Yuli (Pendamping PKH)
Belum boleh Pak, belum boleh. Tidak boleh. Karena listrik ada subsidinya Pak.

Presiden Republik Indonesia
Tidak boleh, hati-hati. Karena di listrik itu sudah ada subsidinya, harga listrik itu sudah ada subsidinya. Jadi PKH ini hati-hati, ini supaya yang belum tahu sekarang menjadi tahu ya. Itu saja.

Terima kasih Mbak Yuli, terima kasih Bu Sulis.

Bapak-Ibu sekalian,
Sekali lagi, saya harapkan agar PKH ini betul-betul bermanfaat bagi kita semuanya.

Yang terakhir, ini mumpung pas bertemu dengan Bapak-Ibu sekalian, saya ingin menyampaikan satu hal yang penting. Perlu saya sampaikan bahwa negara kita Indonesia ini penduduknya sekarang sudah 260 juta jiwa, 260 juta jiwa, yang tersebar di 17.000 pulau, 34 provinsi, dan 514 kabupaten dan kota. Jadi penduduk kita ini sudah banyak sekali, sudah 260 juta jiwa. Penerima PKH-nya sepuluh juta, banyak sekali. Dan kita dianugerahi oleh Allah berbeda-beda, bangsa ini berbeda-beda, majemuk, macam-macam, warna-warni. Berbeda suku, berbeda agama, berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda bahasa daerah. Di sini kan juga banyak yang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, mungkin dari Sumatra, dari Kalimantan, ada yang dari Papua, macam-macam. Negara kita ini memang berbeda-beda.

Saya titip bahwa aset terbesar bangsa Indonesia adalah persaudaraan, aset terbesar kita adalah persatuan, aset terbesar kita adalah kerukunan. Saya titip, marilah kita rawat, kita jaga bersama-sama persaudaraan kita, kerukunan kita, persatuan kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air Indonesia. Jangan sampai, saya titip, saya titip, jangan sampai karena urusan politik, karena pilihan bupati, karena pilihan wali kota, atau karena pilihan gubernur, atau karena pilihan presiden kita ini kayak menjadi bukan saudara, hati-hati.

Perlu saya ingatkan, setiap lima tahun itu ada terus pemilu, pilkada itu ada terus, pemilihan gubernur ada, setiap lima tahun pemilihan presiden juga ada, ada terus. Jangan sampai karena perbedaan pilihan, antarkampung enggak saling omong, antartetangga enggak saling omong, lho lho lho lho lho. Di majelis taklim berbeda enggak saling omong, lho lho lho lho lho. Tidak boleh seperti itu, setiap lima tahun itu ada.

Dan juga, jangan kalau sudah masuk ke bulan politik seperti ini jangan sampai kita itu kebawa-bawa oleh yang namanya fitnah-fitnah, kabar-kabar bohong, kabar-kabar fitnah yang sekarang ini bertebaran di mana-mana. Di masyarakat, di media sosial, semuanya bertebaran. Hati-hati dengan informasi-informasi yang ada. Jangan sampai kita makan mentah-mentah. Karena sering itu urusan karena kepentingan politik bukan yang lain-lainnya. Jangan sampai gampang kemakan.

Saya berikan contoh satu saja kabar fitnah itu, meskipun banyak sekali. Contoh, Presiden Jokowi itu PKI. Banyak sekali kabar-kabar seperti itu coba. Padahal, ini  perlu saya… sudah tahu, diam saja dikatakan seperti itu, diam saja. Saya sabar, sabar, sabar, sabar ya Allah enggak omong saya, tapi sekarang saya mau omong. Boleh kan? PKI itu dibubarkan tahun 1965-1966, saya lahir tahun ‘61, umur saya baru empat tahun, umur saya baru empat tahun. Masa ada PKI balita? Kita pakai dong. Tapi banyak yang percaya, ini yang pintar yang omong atau yang pintar yang diajak omong. Lucu banget, umur masih empat tahun.

Lari ke yang lain, bukan, orang tuanya, bukan, kakek neneknya. Dicek saja di kampung sana. Misalnya dicek saja di masjid di dekat kediaman orangtua saya atau di cek di kediaman kakek nenek saya almarhum. Gampang banget mengeceknya. Jangan seperti itu dong untuk kepentingan politik kemudian fitnah orang-orang dengan gampangnya seperti itu. Saya enggak marah, saya hanya ingin memberitahu bahwa keluarga saya muslim, keluarga bapak-ibu saya muslim, keluarga kakek-nenek saya muslim. Ini yang ingin saya sampaikan itu saja, jangan dibawa kemana-mana.

Coba lihat itu di gambar di medsos, ada ratusan gambar seperti itu. Itu yang pidato itu namanya DN Aidit, Ketua PKI, DN Aidit. Pidato tahun 1955, saya cari ini gambar tahun berapa ini, 1955. Ini banyak di medsos, dia pidato di dekatnya kok ada saya, nah itu, coba. Coba dilihat. Ketuanya pidato di sini, saya ada di dekatnya, tahun 1955. Saya lahir saja belum. Saya lihat-lihat di handphone saya, lha kok ya persis saya. Orang-orang nakal betul yang merekayasa, memasang-masang sehingga menjadi sebuah fitnah besar.

Jangan diterus-teruskan lah cara-cara seperti itu, karena kita memiliki etika. Bangsa kita ini terkenal dengan bangsa yang penuh etika, penuh tata krama, mempunyai nilai-nilai agama yang baik, kok caranya dengan cara-cara fitnah seperti itu. Sekali lagi, saya enggak marah, tapi saya perlu menyampaikan ini kepada Bapak-Ibu sekalian, supaya juga enggak ikut-ikutan percaya hal yang tidak logis seperti itu, setuju enggak?

Kembali lagi, marilah kita menjaga bersama-sama, merawat bersama-sama persaudaraan kita, kerukunan kita, persatuan kita. Kita jaga ukhuwah islamiah kita, kita jaga ukhuwah wathaniyah kita sehingga bangsa ini bisa cepat menjadi bangsa besar yang kuat ekonominya dan masyarakat semuanya sejahtera.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru