Pemberian Bantuan Modal Kerja, 16 Desember 2020, di Halaman Tengah Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta
SESI PERTAMA
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati Bapak-Ibu sekalian,
Hari ini saya serahkan Bantuan Modal Kerja (BMK) dalam rangka memberikan tambahan kepada Bapak-Ibu semuanya dalam rangka ini membantu karena situasi COVID-19 yang sangat sulit, yang saya kira semua yang hadir di sini merasakan. Dan, itu terjadi tidak hanya di Indonesia tapi di 215 negara di dunia, semuanya mengalami persis kayak yang kita alami.
Dan alhamdulillah untuk urusan ekonomi saya kira negara kita masih survive dengan baik. Meskipun saya tahu Bapak-Ibu, saya kira omzetnya ada yang anjlok separuh, keuntungannya yang turun dari apa…, bisa turun sampai separuh lebih atau sepertiga. Saya kira, ya itu dialami semuanya, yang gede mengalami, yang tengah mengalami, yang kecil mengalami, yang mikro mengalami, semuanya mengalami. Jadi saya hanya ingin titip, agar kita ini dalam kondisi seperti ini harus tahan banting, tahan uji, tahan terhadap tekanan-tekanan yang sulit, sehingga nanti pada suatu titik normal kita sudah bisa kembali, pada omzet/keuntungan seperti pada keadaan normal.
Dan itu terjadi kalau nanti sudah mulai ada yang namanya vaksinasi. Yang insyaallah akan dimulai nanti di bulan, vaksinnya sudah ada, tapi akan dimulai vaksinasinya di bulan Januari.
Saya mau pengin tahu yang pengin di vaksin yang hadir di sini ada ndak? Yang pengin divaksin? Yang tidak ingin divaksin, ada ndak? Oh, ndak ada. Berarti pengin divaksin semua. Sudah.
Jadi pengin divaksin semua? Oke, oke.
Karena memang nanti yang kita berikan prioritas tentu saja yang awal itu adalah para dokter dan perawat, yang berada di rumah sakit semuanya disuntik vaksin semuanya. Kemudian juga TNI dan Polri, karena itu beliau-beliau ini yang menjaga kedaulatan negara, TNI, dan Polri menjaga ketertiban dan keamanan negara. Ini juga perlu didahulukan. Setelah itu bisa untuk guru dan setelah itu semuanya kita akan mendapatkan vaksinasi, gratis, ya. Jangan ada yang keliru membayar, gratis.
Saya rasa itu mungkin sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan.
Ini sudah diterima semuanya? Isinya sudah diberitahu tadi? Sudah? Sudah isinya? Sudah ya? Ya, ini untuk tambahan modal kerja Rp2,4 juta.
Saya ingin tahu lah satu, dua, tiga (orang) ini cerita mengenai usahanya masing-masing. Tapi satu jangan banyak-banyak, Bapak satu, setelah itu nanti Ibu, tiga ya, silakan.
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang terhormat Bapak Presiden. Saya terima kasih banyak sudah diundang dalam acara langka ini. Saya pedagang perumahan di Komplek Duren Sawit, Jakarta Timur.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, di Duren Sawit.
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Iya, Jakarta Timur.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
…Jakarta Timur. Di apa, ada warung di rumah gitu?
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Iya di warung kayak kontrakan gitu, depan. Ya ngeluhnya saat COVID-19 saat ini beda drastis gitu, jadi dari pendapatan.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tadi kan saya sampaikan, semua mengalami di seluruh dunia.
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Iya, iya, iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, silakan.
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Apa ya, ya pengin perubahan ini mudah-mudahan berubahlah, iya, semoga COVID-19 ini berlalu. Itu aja.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, ini tahun depan lah. Setelah itu nanti, apa itu, yang namanya vaksinasi dimulai itu akan kelihatan perubahannya. Tapi perlu kita ingat, yang perlu divaksin ini jumlahnya juga tidak sedikit.
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Iya benar, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hitungan terakhir itu 182 juta. Coba? Artinya apa? Menyuntik vaksin itu memerlukan waktu. Ini menyuntik 182 juta, coba Bapak-Ibu bisa bayangin dari Sabang sampai Merauke, semuanya. Jadi ya itu, memang semuanya harus bertahan, harus tahan banting, harus tahan uji. Ya itulah yang namanya entrepreneur, wiraswasta ya memang harus seperti itu. Saya harapkan tidak ada yang mengeluh. Memang harus kita hadapi ujian ini, ya.
Tadi Pak siapa?
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Pak Tardi.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Tardi di Duren Sawit, iya.
Tardi (Pedagang Rumahan dari Duren Sawit, Jakarta Timur)
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Silakan, Bu.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Nama saya Ibu Maryam dari Pesing Koneng, RT. 8, RW. 2, Pak. Saya pedagang nasi uduk, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pedagang nasi uduk.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pagi, siang, atau malam?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Malam, Pak. Saya jam 1 malam sampai jam 5 pagi.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jam 1 malam jualannya sampai jam 5 pagi?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Iya, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang lain tidur, Ibu malah jualan. Terus tidurnya nanti setelah subuh baru tidur?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Tapi saya ke pasar dulu, Pak baru tidur.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jadi ke pasar dulu, tidurnya setelah dari pasar? (iya) Nasi uduk, itu modalnya berapa sih kalau jualan nasi uduk itu?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Saya satu hari kadang-kadang habis delapan liter, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Delapan liter itu berapa uang itu?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Ya sampai Rp400 (ribu)an lah Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp400 (ribu), berarti ini ada tambahan Rp2,4 juta.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Alhamdulillah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bisa untuk melebarkan sayap, gitu ya. (Iya)
Jadi sehari bisa jualan Rp400 ribu, untungnya berapa itu kalau boleh tahu?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Ya sekitar Rp50 (ribu)-an, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp50 (ribu) kalau sehari, kalau 1 bulan sudah Rp1,5 (juta) lah, gede…
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Tapi banyak cucu, Pak saya Pak. Cucu saya anak yatim.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Banyak?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Cucu saya anak yatim semua, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Banyak cucu? Oh, banyak cucu itu rezeki.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Alhamdulillah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rezeki kita semakin banyak cucu itu, ya nanti kan entah rezekinya dari mana pasti datang insyaallah pasti datang.
Selain nasi uduk apa lagi?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Sama, sudah itu saja, Pak. Cuma lauk-lauk aja.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Satu saja. Di mana itu Bu tadi? Di kampung?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Pesing Koneng. Bapak Sudah pernah kok mampir di rumah saya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, sudah pernah mampir ke rumah.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Waktu Bapak nyalon jadi gubernur, sayalah yang Bapak peluk di tiang itu Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, sebelah mana ya lupa.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Dekat rel Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dekat rel?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Dekat rel, sama Dedi kalau enggak salah Bapak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh dekat rel, sama Dedi.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dedi itu siapa ya?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Dedi, Bapak ke situ sama Dedi.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, kesananya dengan Dedi ya. Terlalu banyak kawan sih di kampung-kampung jadi…
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Saya yang Bapak peluk, lagi bengong. Bapak peluk, “Ngapain Bu?”
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Waktu itu ya?
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Iya, waktu nyalon jadi gubernur kalau enggak salah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya semoga jualannya laris, Bu.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Alhamdulillah.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
Salam untuk kawan-kawan tetangga yang ada di lingkungan ya. Terima kasih, terima kasih.
Maryam (Pedagang Nasi Uduk dari Pesing Koneng, Jakarta Barat)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kepada Bapak Presiden yang kami muliakan. Pertama, saya ingin berdoa mudah-mudahan Bapak Presiden Insinyur Haji Joko Widodo selalu diberikan kesehatan oleh Allah swt. dan bermanfaat untuk rakyat Indonesia secara keseluruhan. Saya nama Abdul Basid, penjual martabak dari ’96 sebelum anaknya Bapak jualan martabak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dari ’96 Pak Abdul? Di mana jualannya?
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Iya. Di Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh di Palmerah. Ya.
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Ya memang saya sih terdampak jualan ini sebelum Corona malahan. Jadi setelah sejak jalan itu dibelah, kan tadinya mengharapkan pembeli itu dari beberapa arah itu ya, dari arah sana dan arah sini. Tapi setelah jalan itu dipisah begitu, ini dampaknya luar biasa, karena orang yang keluar dari sini juga harus mutarnya jauh lagi, gitu. Dan itu benar-benar saya merasakan itu ya sekarat itu, sejak itu ditutup.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Itu Bapak pakai apa? Di warung?
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Gerobak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh pakai gerobak. Pindah dong gerobaknya?
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Gerobaknya karena enggak ada tempat, hanya di situ saja. Jadi ada lahan yang cuma satu gerobak itu ya karena sejak lama, jadi Kamtib juga enggak pernah mengusik begitulah. Nah tapi setelah begitu yang sekarang ini, masalah modal sih enggak seberapa gitu ya, yang mungkin untuk setiap modal setiap harinya itu paling menghabiskan sekitar antara Rp400-500 (ribu) gitu untuk modalnya. Tapi yang jadi masalah sekarang itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pembeli?
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Gerobaknya sudah hancur. Gerobaknya itu nah ini gerobaknya yang mahal jadi ya saya kemarin tanya-tanya itu yang untuk yang paling murah itu ya harga sekitar Rp6 juta, gitu ya tapi…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hancurnya kenapa?
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Karena sudah lamanya dari ’96 enggak pernah ganti. Kan ininya jauh, jauh, ini jarak tempuh penempatan ke penitipan kan harus titip itu. Karena di jalan raya enggak bisa buat gerobak. Bahkan itu datangnya pun harus di atas jam 5. Di atas jam 5 tapi penempatannya ke penitipan gerobak itu lebih dari jarak sekitar 100 meteran itu ke dalam itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, masuk ke dalam.
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Dan kehujanan dan sebagainya, akhirnya karena…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gerobaknya apa sih Pak?
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Kayu, Pak. Dari kayu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dari kayu, bukan aluminium?
Abdul Basid (Penjual Martabak dari Kemanggisan, Jakarta Barat)
Bukan. Kalau aluminium mungkin lebih cepat rusak lagi karena kan banyak tanggul-tanggul itu di jalan masuknya. Dan di dalamnya kan banyak alat-alat berat itu ada penggorengan, ada cetakan yang berat-berat itu jadi itulah. Jadi mungkin sudah hampir 24 tahun ya hancur ini apa namanya, jadi untuk sementara ini alhamdulillah dengan ada bantuan ini mudah-mudahan bermanfaat untuk memperbaiki terutama, kalau pembeli memang sudah jauhlah, tadi dampak dari pemisahan (jalan) itulah.
Ya mudah-mudahan yang kedua, mohon juga kepada Bapak Presiden mungkin ya, orang yang usaha di pinggir jalan itu sering ketakutan dengan Kamtib itu. Jadi ya itu, itu yang harus kadang-kadang apa itu, jam 5 itu harus kalau sudah nongkrong di situ kadang-kadang disuruh pergi, gitu nah. Nah, itu yang banyak dialami teman-teman saya itu yang seperti itu.
Ya kalau untuk pembeli ya memang banyak pesaing pertama, sekarang banyak orang pakai online itu dan yang kedua. Tadi yang pertama saya karena jalan tadi, jalan, akses jalannya itu. Dan yang kedua sudah kalah sama orang yang mendahului pakai online gitu. Dia rating-nya makin naik, saya ya paling sehari yang itu omzetnya yang biasa nyampe Rp500-600 (ribu), sekarang omzetnya saja ya paling antara Rp300-400 (ribu). Jadi untuk belanja paling antara Rp300 (ribu)an. Ya alhamdulillah lah buat untuk makan ini sih ada, tapi selain itu saya ya alhamdulillah sejak terdampak itu nyambi ngajar ngaji gitu di masjid. Ya itu (dulu) tapi sekarang karena masjidnya ditutup sudah 8 bulan ini enggak ngaji, jadi ya alhamdulillah ya kita bersyukur saja dan Bapak Presiden mau memperhatikan kami-kami ini. Kami mengucapkan terima kasih dan mohon arahan untuk kami-kami untuk semangat kerja dan itu seperti apa Bapak Presiden.
Terima kasih.
Assalamu’alaikum.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, makasih. Wa’alaikumsalam.
Gini jadi ya Bapak-Ibu. Ini Bapak-Ibu ini kalau bisa memang sekarang ini dan ke depan itu pasti semuanya akan masuk ke yang namanya toko online, semuanya. Urusan yang kecil-kecil itu memang harus ditaruh di situ. Entah itu yang namanya martabak, taruh.
Nanti saya akan, apa, perintahkan ke Menteri UKM untuk membimbing. Jadi semuanya sudah dan entah barang apapun lah mesti lewat itu, ke depan mesti lewat online. Saingan sama online sama yang enggak online pasti nanti akan terjadi. Sekarang ini sudah terjadi dan itu menggerus yang biasa tidak online kemudian ada saingannya online, pasti ini kegerus, pasarnya kegerus, pembelinya pasti kegerus ke sini.
Selain tadi Pak Abdul mengenai jalan tadi, tetap pengaruh gitu.
Jadi saya mengajak kita semua untuk yang pengusaha mikro, kecil, menengah itu mulai belajar untuk masuk ke online, barangnya apapun lah, barangnya martabak bisa, barangnya nasi uduk juga bisa, barangnya kelontong pun juga bisa. Artinya memang harus seperti itu karena memang dunia ini sekarang sudah berubah, sudah berubah. Dan kita harus mulai memang harus mulai belajar ke arah sana, apalagi yang muda-muda. Semuanya memang harus mulai masuk, barang apapun, entah itu yang namanya sayur, entah yang namanya ikan, entah yang namanya daging, entah yang namanya martabak, entah yang namanya apa pun, entah gorengan, apapun mulai berpikir ke arah sana.
Apalagi situasi pandemi seperti ini, orang semuanya di rumah sekarang gini semua. Saya pun sekarang bisa telepon juga gini, satainya yang datang. Dulu kan suruh carikan satai, sekarang sudah gini. Martabak pun sudah, tahu-tahu martabaknya datang sudah. Semuanya seperti itu. Jadi, perkembangan zaman ini memang tidak boleh kita abaikan. Ada situasi seperti yang mau tidak mau kita mengikuti, kalau ndak ya pada suatu titik nanti tahu-tahu sudah ditinggal. Tetangganya yang online sama kita enggak online, tahu-tahu tetangga saya kok sudah sampai sana, kita masih di sini, gitu loh.
Siapapun, barangnya apapun memang harus mulai dipikirkan untuk masuk ke toko online. Bisa saja jualan lewat… banyak kok yang online kan tidak harus masuk ke yang namanya marketplace, bisa saja jualan lewat Facebook, bisa jualan lewat Instagram, bisa jualan apapun. Tapi ya cara menawarkan barang lewat online itu memang sudah menjadi keharusan sekarang ini.
Ya saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, karena setelah ini masih ada grup yang kedua yang akan masuk. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak-Ibu semuanya atas kehadirannya pada sore hari ini.
Selamat bekerja, terus semangat, jangan sampai menyerah terhadap keadaan. Kita semuanya mengalami hal yang sama, ya.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SESI KEDUA
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati Bapak Kepala Staf Kepresidenan, Bapak Jenderal Moeldoko;
Yang saya hormati Bapak Kasetpres, Bapak Heru.
Bapak-Ibu sekalian,
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak-Ibu di Istana ini.
Dan saya tahu kondisi sekarang amat sulit, amat tidak mudah dalam kita berusaha, baik itu yang jualan di rumah atau jualan di pasar atau jualan di pinggir jalan atau jualan di toko. Semuanya, yang kecil, yang tengah, yang besar semuanya pada kondisi yang tidak mudah, kondisi yang sulit semuanya.
Dan itu dialami tidak hanya oleh negara kita Indonesia tapi juga oleh 215 negara yang lainnya, sama. Dan kita patut bersyukur alhamdulillah bahwa kita ini masih jalan. Sekarang ini di Eropa, beberapa negara sudah lockdown lagi karena gelombang virus COVID-19 gelombang kedua, yang dampaknya ya secara ekonomi enggak tahu nanti hitung-hitungan ekonominya.
Sehingga saya juga mengajak kita semuanya untuk tetap kita disiplin menjaga protokol kesehatan. Kepada tetangga-tetangga, juga kepada teman, saudara-saudara kita, diingatkan pentingnya menjaga itu. Karena kita ini masih pada kondisi yang bisa kita kendalikan Artinya, kalau COVID-nya bisa digunakan, ekonominya juga. Meskipun tidak secepat pada situasi normal, tapi juga bisa kita laksanakan. Meskipun saya tahu, sekali lagi, kondisinya sangat berbeda sekali dengan kondisi normal.
Oleh sebab itu, nanti dimulai bulan Januari akan dilakukan vaksinasi COVID-19 oleh pemerintah, diberikan gratis kepada masyarakat. Tapi ini memang perlu tahapan-tahapan, nanti Januari berapa juta, Februari berapa juta, Maret berapa juta, April berapa. Memang membutuhkan waktu karena yang divaksin minimal itu kurang lebih 67 persen, 70 persen penduduk itu harus divaksin, artinya berapa? 182 juta yang harus divaksin. Bayangkan nyuntik orang 180 (juta), nyuntik vaksin 182 (juta) orang itu berapa? Sehari bisa dapat berapa? Butuh berapa bulan? Sehingga, kita tetap masih menunggu waktu untuk kembali pada posisi normal lagi.
Oleh sebab itu, tetap Bapak-Ibu harus tahan banting, tahan cobaan sehingga usaha ini, jangan sampai usaha ini tutup. Ini yang perlu dijaga itu. Untungnya sedikit enggak apa tapi tetap harus untung dan dijaga jangan sampai berhenti.
Oleh sebab itu, hari ini kita berikan Bantuan Modal Kerja darurat yang ada di dalam amplop. Sudah tahu isinya? Belum? Rp2,4 juta. Kita harapkan ini bisa menambah modal kerja untuk Bapak-Ibu semuanya dalam berusaha itu lebih baik lagi, sambil menunggu kondisi pada keadaan normal kembali.
Ini kalau saya mau tanya, ini yang ada enggak yang tidak ingin divaksin di sini? Enggak ada? Penginnya divaksin semua? Benar? Ingin divaksin semua ya.
Gini, jadi kalau semuanya ingin divaksin itu artinya akan membentengi. Misalnya dalam lingkungan RW kita, kan tidak 100 persen divaksin semua, yang anak kecil belum karena vaksinnya yang itu belum diujikan. Artinya, kalau yang bisa divaksin ini sudah kira-kira 70 persen, yang 30 persen enggak divaksin enggak apa-apa, karena yang lingkungannya sudah bersih semua. RW yang lain juga sudah divaksin 70 persen, yang 30 persen tidak divaksin sudah aman karena itu kita ingin mengacu pada yang namanya herd immunity. Tapi ini kita harus, dan ini selalu saya sampaikan pentingnya vaksin itu di situ.
Mengenai kehalalan vaksin. Vaksin ini sudah sejak awal kita juga mengikutkan Kementerian Agama, MUI juga diikutkan ke sana jadi, dan ini memang keadaan darurat yang kita semuanya tahu.
Ya, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Saya ingin dapat ceritalah satu, dua, atau tiga yang hadir di sini mengenai usahanya apa, omzetnya sekarang naik atau turun, untungnya berapa kalau boleh tahu. Silakan satu dulu.
Ya, dari kampung mana?
Halimah (Pedagang dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah pada siang hari ini saya bernama Hajjah Halimah warga masyarakat Pulau Seribu Kelurahan Pulau Panggang. Usaha kerja saya dalam keseharian sudah selama sepuluh tahun. Saya usaha dagang dari mulai di rumah selama ada pandemi sampai saya pedagang asongan, Bapak Presiden.
Dari itu, usaha saya sangat menurun tajam tapi tetap saya berjuang untuk berusaha. Semoga saja saya dapat undangan dari Bapak Presiden, saya ucapkan ribuan terima kasih banyak. Dan alhamdulillah saya juga yang bawa Ibu Lurah dari Pulau Tidung. Saya dari Pulau Panggang. Alhamdulillah saya bertatap muka dengan Bapak Presiden. Alhamdulillah, mudah-mudahan saya ucapkan bantuan Bapak Presiden ini untuk bisa membantu dan menunjang untuk memajukan usaha saya kembali. Saya tetap semangat, insyaallah hanya itu saja yang saya sampaikan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Saya yang paling senang itu, kalau kita semua itu masih semangat. Yang penting itu. Harus tahan banting, tahan uji, tahan cobaan. Ya memang situasinya seluruh negara seperti ini kok, 215 negara itu mengalami hal yang sama. Jangan sampai ada kata-kata menyerah, usahanya harus dipertahankan agar tetap, jangan sampai tutup. Untungnya kecil enggak apa-apa tapi harus tetap terus bertahan terus. Karena menghidupkan usaha yang sudah tutup itu jauh lebih sulit daripada, ini yang harus dipertahankan terus.
Jadi jangan sampai ada, “Aduh Pak, saya sudah enggak kuat, Pak”, enggak boleh seperti itu. Bapak-Ibu adalah wiraswasta, entrepreneur yang harus betul-betul tahan banting.
Ada lagi yang ingin disampaikan? Silakan.
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih kepada Bapak Presiden. Nama saya Indri Nadia, saya dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Saya selaku wirausaha pedagang di rumahan, Pak, sangat berterima kasih telah mendapat bantuan dari Bapak. Karena semuanya, memang semenjak pandemi ini pendapatan kami sangat menyusut, Pak. Dengan itu alhamdulillah kami tetap semangat berjuang tanpa batas, Pak, untuk mendapatkan Rupiah. Baik segitu saja, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jualannya apa sih?
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Jualannya frozen food, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa?
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Frozen, frozen food itu makanan olahan. Iya, barbeque iya, macam-macam aneka jus, aneka makanan olahan.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, yang dibekukan. Terus ini kayak wisatawan yang ke pulau masih anu ndak, banyak ndak?
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Enggak, Pak. Semenjak ada pandemi memang wisatawan ditutup, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, memang ditutup.
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Iya, ditutup total. Enggak ada aktivitas.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Terus yang beli siapa?
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Yang beli tetangga.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Warga gitu ya?
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Warga, jadi kita hanya mengandalkan orang-orang sekitar saja.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, iya. memang harus terus bertahan.
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Terima kasih, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Semoga nanti segera normal dan bisnis, juga usaha kita, juga normal kembali, ya. Terima kasih.
Indri Nadia (Pedagang rumahan dari Pulau Panggang, Kepulauan Seribu)
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumwalam warahmatullahi wabarakatuh.
Masih ada lagi? Silakan, Pak. Iya Pak, Bapak.
Penjual Kolak dari Garut
Assalamu’alaikum…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam. Dari mana Pak?
Penjual Kolak dari Garut
Dari Garut
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Garut?
Penjual Kolak dari Garut
Garut.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Garut. Iya. Bapak jualannya apa?
Penjual Kolak dari Garut
Jualannya kolak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kolak?
Penjual Kolak dari Garut
Bubur sumsum, kolak pisang.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bubur sumsum, kolak pisang. Jualannya di mana itu?
Penjual Kolak dari Garut
Di Gatot.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gatot Subroto?
Penjual Kolak dari Garut
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hm, siapa yang beli?
Penjual Kolak dari Garut
Ya, biasalah. Lagi ini kadang-kadang nganggur, Pak. Namanya jualan gitu ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh. Yang beli apa, orang kantor gitu?
Penjual Kolak dari Garut
Iya. Kadang-kadang orang kantor, kadang-kadang enggak ada, gitu. Ya namanya begitulah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekarang sehari bisa dapat berapa itu?
Penjual Kolak dari Garut
Macam kemarin dapat 130 (ribu) perak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp130 ribu?
Penjual Kolak dari Garut
Perak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, Rp130 ribu.
Penjual Kolak dari Garut
Perak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
…perak. Ya, itu omzetnya atau untungnya?
Penjual Kolak dari Garut
Omzetnya, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untungnya berapa kalau segitu?
Penjual Kolak dari Garut
Enggak ada. Enggak ada untungnya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak ada untungnya?
Penjual Kolak dari Garut
Enggak ada.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Modalnya berapa itu?
Penjual Kolak dari Garut
Modalnya Rp250 ribu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, modal Rp250 ribu, bisa jualan Rp130 ribu, berarti rugi.
Penjual Kolak dari Garut
He he he…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, terus.
Penjual Kolak dari Garut
Kebenaran itu ada yang nanya, “Kamu mau ke sana?”, “Kemana?” Saya kira kebanyakan orang jualan, saya kira copet, karena sering, sering kecopetan di Rokoli di Jalan Sabang, di jalan.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini Bapak jualannya pakai apa sih? Gerobak gitu?
Penjual Kolak dari Garut
Gerobak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, gerobak dorong.
Penjual Kolak dari Garut
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jam berapa sampai jam berapa kalau jualan, Pak?
Penjual Kolak dari Garut
Kalau kemarin mah sampai jam 6 karena…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mulai jam berapa? Pagi mulai jam berapa?
Penjual Kolak dari Garut
Mulai jam 10.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sepuluh pagi sampai jam 6 sore?
Penjual Kolak dari Garut
Iya, kemarin mah pulang jam 6 itu karena dipanggil. Akhirnya harus ke Bunda (RSIA Bunda Menteng).
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kemana?
Penjual Kolak dari Garut
Jam 4, ke Bunda. Rumah Sakit Bunda.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk? Oh, di swab dulu. Oh, mau ke sini di-swab dulu.
Penjual Kolak dari Garut
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bapak di-swab diapain? Diambil apanya?
Penjual Kolak dari Garut
Iya, diambil ininya kemarin. Saya waduh gimana cuma terasa gitu di-swab di hidung. Ini karena ada jahitan mata, kena urat saraf. Matanya dijahit delapan jahitan, karena tabrakan ini.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh nggih, terima kasih, Pak, terima kasih.
Penjual Kolak dari Garut
Assalamu’alaikum.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Ya, situasinya saya kira sama semua. Saya tahu semuanya sama. Sekali lagi yang gede mengalami hal yang sama, yang tengah mengalami yang sama, yang kecil mengalami hal yang sama. Ini memang sebuah pandemi besar, seluruh dunia mengalami. Negara-negara yang maju pun juga tidak luput dan justru lebih parah dari kita. Juga mengalami ekonomi jatuh, mereka juga sama jatuh. Tetapi ya itu, saya masih semangat karena Bapak-Ibu juga semangat semuanya.
Ya, saya rasa itu mungkin yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi terima kasih atas kehadiran Bapak-Ibu semuanya. Saya berdoa semoga Bantuan Modal Kerja ini bisa membantu Bapak-Ibu semuanya untuk terus bertahan dalam masa pandemi ini.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.