Pembinaan Petani Se-Provinsi Jawa Tengah, di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, 2 Januari 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Januari 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 102 Kali

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembinaan Petani Se-Provinsi Jawa Tengah, di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, 2 Januari 2024

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir bersama saya Bapak Menteri Pertanian, Bapak Menteri PUPR, Bapak Menteri Perhubungan
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota DPR RI;
Yang saya hormati Panglima TNI, juga hadir bersama saya Pak Panglima, mohon berdiri;
Yang saya hormati [Pj.] Gubernur Jawa Tengah beserta para bupati, khususnya Bupati Banyumas;
Yang saya hormati para petani dan kelompok tani yang pada sore hari ini hadir. Kurang meriah. Para petani dan para kelompok tani yang sore hari ini hadir, selamat sore. Gitu dong, yang semangat, gitu loh.
Yang saya hormati para Babinsa dan Babinkamtibmas yang hadir;
Yang saya hormati para pengecer pupuk yang sore hari ini juga hadir, beserta Direktur dan jajaran Direksi PT Pupuk Indonesia;
Yang saya hormati para Kepala Desa yang juga hadir sore hari ini, para petani LMDH yang tadi saya dibisiki Pak Mentan juga hadir;
Bapak-Ibu hadirin undangan yang berbahagia.

Saya itu kalau ke desa ketemu petani, sejak tahun 2020 keluhannya selalu satu, pupuk. Utamanya pupuk bersubsidi, benar?
Supaya Bapak, Ibu, Saudara-saudara tahu, ada ceritanya. Dunia ini pada posisi ekonominya tidak pasti, ketidakpastian ekonomi, sehingga terjadi yang namanya krisis keuangan dunia, sehingga terjadi yang namanya krisis pangan dunia, sehingga terjadi krisis energi dunia karena COVID-19, semuanya. Bahkan, dari 200 lebih negara, 96 negara sudah menjadi pasiennya IMF. Artinya, negara itu sakit. Supaya kita semuanya tahu, karena COVID-19 itu menyebabkan banyak negara itu jatuh tergelimpang, karena ekonominya menjadi lemah, keuangannya menjadi tidak baik, 96 negara, bayangkan. Hampir separuh negara di dunia sekarang ini kondisinya seperti itu.

Kita wajib bersyukur. Alhamdulillah. Setelah COVID-19, ekonomi kita bisa bangkit kembali. Ini yang patut kita syukuri.

Jadi Februari 2020 COVID-19 dan ditambah di awal 2020 juga muncul yang namanya perang di Ukraina. COVID-nya belum selesai, muncul perang di Ukraina; Rusia-Ukraina.Saya ke sana bulan Juni 2020, melihat secara langsung betapa perang itu memang sangat menjadikan penduduk dan warganya menderita.

Kita juga wajib bersyukur, negara kita ini tentram, damai, tidak ada masalah. Benar, ini wajib disyukuri, loh. Wajib disyukuri. COVID-19 kita sudah bangkit, ada perang di negara maju, perang Ukraina.

Saya dulu berpikir. Saya waktu ke Ukraina, saya enggak berpikir dampaknya bisa ke semua negara ternyata. Apa yang terjadi? Gandum, waktu saya bertemu dengan Presiden Zelenskyy, Presiden Ukraina, dia cerita kepada saya, “Pak, di Ukraina ini ada 77 juta ton gandum berhenti, enggak bisa diekspor karena pelabuhannya selalu dipakai bom-boman, sehingga keamanan kapal tidak terjamin. Sehingga tidak berani ekspor, gandumnya berhenti di Ukraina.”

Setelah bertemu Presiden Zelenskyy, saya ketemu Presiden Rusia, Presiden Putin. Tiga jam saya berbicara. Dia juga ngomong, di Rusia ada 130 juta ton gandum berhenti tidak bisa diekspor. Artinya, orang-orang di negara manapun yang makan gandum menjadi kehilangan makanan pokoknya. Bisa kita bayangkan, 77 plus 130, berarti 207 juta ton gandum itu berhenti di Rusia dan Ukraina. Saya berpikir saat itu, alhamdulillah, Indonesia makannya beras, makanan pokoknya beras.

Tetapi ternyata, ternyata yang namanya pupuk, yang namanya pupuk itu bahan bakunya berasal dari Rusia dan Ukraina. Jangan di-huu, ini fakta. Sehingga barang ini juga sulit keluar dari Ukraina dan dari Rusia. Bahan bakunya tidak ada, berarti harganya [naik]. Itulah problemnya Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian. Ngoten, lho.

Inilah yang kemudian kita nabrak-nabrak berusaha agar bahan baku itu tercukupi. Tetapi juga yang namanya Pupuk Indonesia itu adalah perusahaan, nggih. Kalau belinya di sana mahal, jualnya juga [mahal]. Ceritanya kurang lebih seperti itu supaya kita tahu semuanya. Sehingga di 2024 ini, saya sudah ngomong ke Menteri Keuangan agar subsidi pupuk ditambahkan senilai, angka hitung-hitungan kita, Rp14 triliun harus ditambah untuk menutup kekurangan pupuk yang ada di lapangan. Tetapi, Bapak-Ibu sekalian, supaya ini rakyat ini juga tahu, para petani juga tahu, bahwa pengajuan seperti itu harus mendapatkan persetujuan DPR. Nah, ini belum. Sebentar.  Saya, kita ini dari Menteri Pertanian sudah mengajukan, dari Kementerian Keuangan nanti juga akan mendorong agar segera itu bisa direalisasikan.

Tetapi, tadi saya panggil Pak Direktur Pupuk Indonesia, stok untuk awal tahun ini seperti apa? Sangat siap, pupuk untuk bersubsidi sangat siap. Yang kita berusaha nanti untuk yang  semester kedunya, ya. Enggak, artinya yang tadi Rp14 triliun yang untuk semester keduanya. Yang sekarang sudah dari Pupuk Indonesia, tadi saya tanya langsung, bukan ke Pak Menteri, langsung ke Pak Direktur. Ada 1,7 juta ton pupuk, yang bersubsidi itu 1,2 juta ton, yang tidak bersubsidi 500 ribu ton. Inilah yang kita harapkan agar yang namanya pupuk sudah tidak bermasalah lagi. Saya tidak ingin dengar itu. Setuju?

Tadi, Bapak Menteri Pertanian juga sudah menyampaikan, belinya pupuk memakai Kartu Tani boleh, memakai KTP juga bisa. Setuju? Karena target kita di Jawa Tengah ini produksinya  sudah menurun, target kita di Jawa Tengah ini kembali ke ranking kedua lagi.  Setuju, ndak? Yang tidak setuju angkat tangan, maju. Setuju, ndak? Setuju. Sudah, ranking kedua lagi kembali ke awal, nggih. Sudah. Jadi  agar produktifitas kita, produksi kita naik kembali. Urusan pupuk nanti biar urusannya Pak Mentan dengan Pak Dirut PT Pupuk Indonesia. Nanti saya cek. Saya itu kalau sudah ngomong seperti ini, pasti saya cek di lapangan. Bener ndak apa yang disampaikan oleh Pupuk Indonesia? Siap ndak nanti di lapangan? Saya ndak mau mendapatkan laporan yang baik-baik saja, tapi prakteknya tidak baik-baik saja. Bener, ndak? Nggih, itu yang ingin kita kerjakan. Nanti kalau yang Rp14 triliun sudah disetujui, nanti akan saya kabarkan kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian.

Kemudian yang kedua, Bapak-Ibu nanti juga di lapangan akan didampingi Babinsa, PPL (penyuluh pertanian lapangan), sehingga cara tanamnya betul, cara pemupukannya betul. Karena beliau-beliau dari PPL sudah di-training selama satu bulan untuk bagaimana memakai pupuk yang efektif, pakai pupuk itu kan juga ada caranya. Semuanya harus penggunaannya itu betul-betul harus dihitung karena pupuk sekarang ini carinya tidak gampang di dunia, jadi penggunaannya harus sangat cermat.

Di negara-negara lain yang sudah maju sekarang pemupukan itu pakai tetes, airnya tetes pupuknya juga tetes, saking mereka menghemat air dan menghemat pupuk. Bukan di […], mocar-macir ke mana-mana kalau seperti itu. Nggih?Betul-betul dihitung, pupuk itu harganya sekarang tidak murah, kalau murah mengecer-ecer bisa. Sekarang itu yang namanya pupuk itu mahal. Harga di dunia ini sudah mahal.

Yang kita harapkan adalah kita ini ingin tidak impor beras lagi. Tapi itu dalam praktiknya sangat sulit karena produksi kita ini selalu tidak mencapai. Karena apa? Setiap tahun kita ini juga bertambah yang harus diberikan makan, 4 juta sampai 4,5 juta bayi yang baru lahir. Semua butuh makan. Penduduk kita sekarang ini sudah hampir 280 juta jiwa. Semuanya butuh? Semuanya butuh? Beras. Nggih, butuh beras semuanya.

Tapi yang ketiga, alhamdulillah, ini juga patut kita syukuri. Saya ingat di 2015, impor jagung kita 3,8 juta ton, sekarang tinggal 800 ribu. Artinya, petani dalam berproduksi jagung sudah melompat, tiga jutanya enggak usah impor sudah ada produksi di dalam negeri yang dihasilkan oleh para petani. Ini saya harus menyampaikan acungan jempol untuk para petani yang menanam jagung.

Sehingga yang padinya ini juga harus dikejar, agar tidak impor. Tetapi ini saya tahu perlu tahapan. Ini mungkin yang pertama, tanam tahun ini yang pertama mungkin belum, tapi yang kedua moga-moga sudah mencapai lagi. Nggih. Karena sekarang yang namanya negara-negara yang memiliki beras itu dibeli ya pada enggak mau, 22 negara setop dan mengurangi ekspor beras. Enggak mau lagi dia ekspor beras, dipakai untuk cadangan strategis rakyatnya sendiri, nyelametke rakyate piyambak-piyambak. Lah kita juga sama, kita harus berproduksi, nanti kalau berlebih dipakai untuk cadangan strategis pemerintah. Kalau negara lain butuh, ya enggak apa-apa, tapi harganya mahal. Kita ngoten, nggih. Tapi, produksinya harus bertambah. Kalau produksinya selalu berkurang,sing ajeng didol nopo? Nggih? Kita sepakat semuanya ya, nggih.

Sekarang yang hafal Pancasila angkat tangan. Yang saya tunjuk nanti yang maju ke depan, yang belum saya tunjuk jangan maju ke depan. Itu yang pakai topi digini-gini, ya maju. Yang kedua, pertanyaan yang kedua, sebentar. Silakan maju, langsung. Iki petani mboten iki? Petani, nggih? Petani, nggih, mpun. Satu  lagi ini ibu-ibu, ibu-ibu petani. Coba sebutkan tiga jenis, tiga macam pupuk. Sudah, maju. Sebentar, sebentar, sebentar, sebentar. Saya tunjuk, baru ibu-ibu maju. Petani bukan? Petani? Sini, maju. Sini, ibu-ibu sini. Dikenalkan dulu. Kenalkan, Pak, nama?

Petani 1 (Bapak Fuad dari Kelompok Tani Kalikidang, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Nama?

Petani 1 (Bapak Fuad dari Kelompok Tani Kalikidang, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas)
Nama saya Fuad, kelompok tani Kalikidang,  Kecamatan Sokaraja, Banyumas buat dari Banyumas.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Fuad dari Banyumas. Nggih, langsung. Pancasila, satu.

Petani 1 (Bapak Fuad dari Kelompok Tani Kalikidang, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas)
Pancasila.
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa;
Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab;
Tiga, Persatuan Indonesia;
Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sepedanya diambil, mpun, monggo.  Nggih, dikenalkan namanya, Bu, dikenalkan namanya.

Petani 2 (Ani Dwi Astuti dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Petani 2 (Ani Dwi Astuti dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas)
Nama saya Ani Dwi Astuti dari Tambak, Banyumas.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Ani dari tambak, Banyumas. Nggih, Bu Ani, sebutkan tiga jenis pupuk, sebutkan tiga macam pupuk yang Ibu Ani ketahui. Satu?

Petani 2 (Ani Dwi Astuti dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas)
Urea.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pupuk urea. Sebentar. Satu, pupuk urea. Dua?

Petani 2 (Ani Dwi Astuti dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas)
Phonska.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa itu? Pupuk urea, yang kedua pupuk?

Petani 2 (Ani Dwi Astuti dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas)
Organik.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pupuk organik, betul? Betul. Yang ketiga?

Petani 2 (Ani Dwi Astuti dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas)
Phonska.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Betul, kan? Betul, Pak? Pak Diirut menyampaikan betul, gimana sih. Sudah, diambil Bu Ani sepedanya.

Petani 2 (Ani Dwi Astuti dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas)
Terima kasih, Pak Jokowi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih. Bu Ani, itu sepedanya bisa ditukar mobil, loh. Bukan sepedanya, tapi itu tulisannya itu loh, “Hadiah Presiden Jokowi”. Tulisan itu yang menyebabkan sepedanya mahal. Mpun, nggih. Bapak-ibu sekalian, masih ada yang ingin sepeda? Sepedanya hanya bawa dua.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan, saya minta Bapak Bupati, Bapak Gubernur untuk selalu memantau kondisi di lapangan, dilaporkan kepada Pak Menteri, dilaporkan kepada saya, utamanya yang berkaitan dengan pupuk agar distribusi pupuk betul-betul bisa merata, petani tidak ada lagi keluhan pupuk, dan produksi kita meningkat. Setuju?

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Saya tutup.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru