Pembukaan Konferensi Virtual Forum Rektor Indonesia, 4 Juli 2020, di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 Juli 2020
Kategori: Sambutan
Dibaca: 722 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju,
Yang saya hormati para Pimpinan DPR yang hadir,
Yang saya hormati Ketua Forum Rektor Indonesia 2019 Prof. Yos Johan Utama, Yang saya hormati Rektor IPB, Ketua Forum Rektor Indonesia Terpilih 2020 Prof. Dr. Arif Satria,
Yang saya hormati para Rektor Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta dari seluruh Indonesia,
Yang saya hormati Gubernur Jawa Barat,
Hadirin dan Undangan yang berbahagia.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Dalam laporan Bank Dunia yang diumumkan tanggal 1 Juli 2020 yang lalu, gross national income perkapita Indonesia naik dari posisi sebelumnya USD3.840 menjadi USD4.050. Dengan demikian, posisi gross national income Indonesia naik dari lower middle income menjadi upper middle income country. Capaian ini patut kita syukuri bahwa kita berjalan ke arah yang benar, bahwa kita harus terus melangkah maju menuju ke negara berpenghasilan tinggi, dengan mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Menjadi negara berpenghasilan tinggi bukanlah hal yang mudah. Banyak negara-negara dunia ketiga yang sudah puluhan tahun bahkan mendekati satu abad hanya berhenti sebagai negara berpenghasilan menengah. Artinya, mereka terjebak pada middle income trap. Itulah yang tidak kita inginkan.

Pertanyaannya, apakah kita mempunyai peluang untuk keluar dari middle income trap? Saya jawab tegas, kita punya potensi besar, kita punya peluang besar untuk melewati middle income trap, kita punya peluang besar untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Tetapi semua itu butuh prasyarat. Kita butuh infrastruktur yang efisien, ini sudah mulai kita bangun. Kita butuh cara kerja yang cepat, yang kompetitif, dan berorientasi pada hasil, ini yang terus kita upayakan. Dan kita butuh SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul, yang produktif, yang inovatif, yang kompetitif,  di sinilah posisi strategisnya pendidikan tinggi, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mencetak generasi muda yang produktif dan kompetitif, yang selalu berjuang untuk kemanusiaan dan untuk kemajuan Indonesia.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Perlu saya tegaskan bahwa tugas mulia tersebut tidak bisa dilakukan dengan cara biasa-biasa saja. Kesempatan kita sangat sempit. Tidak bisa hanya dilakukan dengan rutinitas saja, tidak bisa hanya dengan cara biasa-biasa saja, apalagi hanya disibukkan dengan administrasi saja, tidak bisa. Kita harus berubah, kita harus mengembangkan cara-cara baru, mengembangkan strategi baru yang smart shortcut, yang out of the box.

Saya paham bahwa permasalahan pendidikan tinggi sangatlah kompleks, saya paham. Saya paham ada ribuan anggota Forum Rektor Indonesia (FRI) dengan kemampuan yang bervariasi. Ada yang sudah berkompetisi di kelas dunia tetapi ada yang masih berjuang dengan kekurangan dosen, yang perpustakaannya tidak layak, yang ruang kelasnya tidak memadai, saya paham. Justru karena itulah kita harus mengembangkan cara-cara yang luar biasa.

Pandemi COVID-19 telah memberikan pelajaran berharga bagi kita. Krisis telah memaksa kita untuk mengembangkan cara-cara baru, membangun norma-norma baru, membangun standar kebaikan dan kepantasan yang baru.

Kuliah daring yang selama ini sangat lamban dijalankan sekarang sangat-sangat berkembang. Kuliah daring telah menjadi new normal dan bahkan menjadi next normal. Dan saya yakin akan tumbuh normalitas-normalitas baru yang lebih inovatif dan lebih produktif.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Saya yakin FRI bisa punya peran besar. Oleh karena itu, saya berpesan beberapa hal.

Yang pertama, saya mau saya mengajak FRI (Forum Rektor Indonesia) jangan hanya menjadi forum komunikasi, FRI harus dikemas menjadi forum saling peduli, forum saling berbagi, yaitu yang mampu membantu yang tidak mampu dan yang punya membantu yang tidak punya, berbagi pengalaman secara daring, berbagi kurikulum dan silabus, berbagi koleksi perpustakaan secara daring, berbagi dosen dan perkuliahan secara daring, untuk maju bersama, memajukan seluruh mahasiswa di seluruh Indonesia. Ini saya meyakini bisa dilakukan oleh FRI.

Kedua, saya mengajak para rektor dan FRI untuk memfasilitasi mahasiswa agar bisa belajar kepada siapa saja, sekali lagi, bisa belajar kepada siapa saja. Mahasiswa tidak hanya belajar kepada dosen tetapi mahasiswa juga belajar kepada pelaku industri, kepada wirausahawan, kepada praktisi pemerintahan, kepada praktisi hukum, dan kepada para pelaku lapangan lainnya, agar mahasiswa bisa menangkap perubahan yang dinamis, perubahan dunia yang dinamis, yang dipicu oleh disrupsi dan hiperkompetisi yang terjadi sekarang ini.

Di era disrupsi dan hiperkompetisi sekarang, dunia berubah sangat cepat, banyak hal yang belum sempat dibukukan sudah berubah di lapangan, banyak karakter kerja yang tidak bisa ditangkap hanya melalui membaca tetapi harus melalui mengalami pengalaman nyata. Itulah pentingnya memerdekakan mahasiswa agar bisa belajar kepada siapa saja.

Ketiga, saya mengajak perguruan tinggi lebih aktif bekerjasama dengan industri, termasuk kerja sama dengan kawasan industri terdekat. Jika ada kawasan industri terdekat ajak segera bekerjasama, buka fakultas atau departemen atau program studi di kawasan industri itu yang karakter keilmuannya dekat dengan jenis industri di kawasan tersebut. Kerja sama dengan industri bukan hanya untuk memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa tetapi perguruan tinggi juga bisa bekerja sama untuk penelitian dan pengembangan teknologi, untuk research and development di dunia industri, dan sekaligus untuk pengembangan ilmu murni.

Terakhir dan ini yang terpenting, pendidikan tinggi harus memberikan perhatian besar kepada kesehatan fisik dan kesehatan mental mahasiswa, membangun karakter mahasiswa yang hati dan pikirannya merah putih untuk Indonesia, yang berakhlak mulia, yang bermental baja, dan memegang teguh Pancasila. Suasana kampus harus memperkokoh rasa kebangsaan, menghargai kebinekaan dalam persaudaraan dan persatuan, berintegritas tinggi dan antikorupsi, serta penuh toleransi dan menghargai demokrasi. Bapak-Ibu adalah orang tua mereka yang bertanggung jawab terhadap masa depan mereka dan sekaligus masa depan Indonesia.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Semua itu harus kita lakukan dengan cepat, dengan sangat segera. Mari kita manfaatkan puncak bonus demografi sekarang ini untuk mencetak generasi muda yang unggul, untuk membangun Indonesia maju. Satu abad Republik Indonesia sudah dekat di 2045 nanti, tinggal 25 tahun lagi. Mari kita cetak sejarah, mari kita buktikan bahwa kita tidak akan terjebak pada middle income trap, mari kita buktikan bahwa di tahun 2045 nanti Indonesia mampu menjadi negara berpenghasilan tinggi yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saya kira itu yang dapat saya sampaikan. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2020 saya nyatakan dibuka.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh.
Om santi santi santi om.
Namo Buddhaya.

Sambutan Terbaru