Pembukaan Kongres Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) XII Tahun 2024 di Mercure Convention Center, Provinsi DKI Jakarta, 28 Maret 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 28 Maret 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 675 Kali

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Kongres Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) XII Tahun 2024, 28 Maret 2024

Selamat sore,
Namo buddhaya.

Yang mulia Bhikkhu Sangha;
Yang saya hormati para Menteri, Panglima TNI, Kapolri, Pj. Gubernur DKI Jakarta;
Yang saya hormati Ketua Umum Hikmahbudhi Adinda Wiryawan beserta seluruh jajaran pengurus, para senior Hikmahbudhi;
Yang saya hormati seluruh kader Hikmahbudhi dari seluruh tanah air Indonesia;
Yang saya hormati Adinda rekan-rekan Cipayung Plus yang juga hadir;
Bapak-Ibu hadirin undangan yang berbahagia.

Tadi Adinda Wiryawan banyak muji-muji saya. Saya masih nebak-nebak tujuannya ke mana.

Bapa, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Sudah sering saya sampaikan bahwa Indonesia, negara kita ini memiliki peluang besar, memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju. Saat puncak bonus demografi di tahun 2030-an, saat itulah kesempatan kita, saat 68 persen penduduk Indonesia ini berada di usia produktif. Dan, ini adalah kesempatan langka. Biasanya dalam satu peradaban sebuah negara, hanya diberi kesempatan sekali untuk melompat menjadi negara maju.

Saya sering memberikan contoh negara-negara di Amerika Latin yang tahun 50-an, tahun 60-an, tahun 70-an sudah menjadi negara berkembang, tapi tidak bisa menggunakan kesempatan yang diberikan kepada mereka sehingga sampai saat ini mereka juga tetap masih menjadi negara berkembang. Bahkan, ada beberapa yang sudah kembali menjadi negara miskin. Kalau negara yang sering saya sampaikan untuk contoh, Afrika Selatan. Tahun 2015, 63 persen penduduk di Afrika Selatan itu berusia produktif. Artinya, bonus demografinya di tahun 2015.

Apa yang terjadi? Justru 25 persen penduduknya menganggur, pengangguran tahun 2015. Kemudian tahun 2021, naik lagi penganggurannya menjadi 33 persen. Inilah contoh yang berhasil, Korea Selatan. Di tahun ‘87 mereka sudah memiliki income per kapita kira-kira 3.500 dan melompat di tahun ‘95 sudah menjadi high income country, yaitu berada di USD11.800 income per kapitanya. Artinya, dia sudah masuk kepada negara maju. Karena apa? Kualitas SDM lewat pendidikan dan training yang mereka lakukan berhasil.

Kita juga ingin seperti itu, ingin menjadi negara maju. Melihat yang gagal dan melihat yang berhasil, kenapa gagal dan kenapa berhasil. Dan kita harapkan Indonesia emas itu betul-betul terjadi di 2045 yang akan datang. Kesempatannya ada, tetapi tantangannya juga tantangan-tantangan yang tidak ringan. Kalau hitung-hitungan dari World Bank, dari IMF, dari OECD, dari Mckinsey, kita ngitung sendiri juga, mestinya insyaallah bisa. Tapi sekali lagi, dengan konsistensi, stabilitas politik yang baik, tidak gonta-ganti program, tidak gonta-ganti acara. Dan momentum transformasi itu sudah kelihatan.

Kalau kita melakukan sesuatu dan ditentang oleh negara-negara lain, lah itu, hilirisasi misalnya, tadi sudah disampaikan oleh Adinda Wiryawan. Hilirisasi, itu memunculkan nilai tambah yang berlipat-lipat tetapi ini ditentang [dan] digugat oleh Uni Eropa, ke WTO. Dan maaf, kita kalah. Bukan menang, kalah kita. Kita banding lagi, ya kita hadapi. Saya yakin, kita mungkin akan kalah lagi. Tetapi, industrinya sudah jadi. Kita undur-undur enggak apa-apa, mundur, mundur, mundur, mundur industri nikel sudah jadi. Industri EV battery sudah jadi. Industri mobil listrik sudah jadi. Karena memang membangun sebuah industri, membangun sebuah manufacturing itu butuh waktu. Enggak tahu apakah ada banding yang kedua. Kalau ada banding, banding lagi. Pokoknya jangan mundur sambil industrinya segera dibangun.

Coba dilihat di 2014, ekspor kita saat kita mengekspor dalam bentuk mentahan, itu hanya USD2,1 billion, artinya 30 triliun. Kemudian kita sekarang sudah bisa membangun industri nikel. Ekspor Tahun 2022 kemarin, USD33 billion. Artinya, hampir Rp500 triliun. Coba, berapa kali lipat nilai tambah yang kita dapatkan? Berapa kali lipat pajak yang kita dapat,  PNBP yang kita dapat, bea  ekspor yang kita dapat, royalti yang kita dapat untuk pendapatan negara?

Freeport, misalnya. Ini nikel, tembaga sekarang Freeport. Sebelumnya kita hanya memiliki saham di situ hanya 9 persen. Kemudian kita ambil alih dengan negosiasi, sekarang sudah mayoritas menjadi 51 persen. Artinya, Freeport  itu bukan milik Amerika lagi, sudah milik Indonesia, milik negara kita.  Jadi, jangan punya ada bayangan di sini Freeport itu Amerika. Sudah Indonesia. Sebentar lagi akan kita tambah menjadi 61 persen lagi. Dan, pendapatan-pendapatan Freeport sekarang ini 70 persen itu masuk ke negara, 70 persen. Begitu kita naik lagi menjadi 61 persen nantinya, 80 persen akan masuk ke negara.

Inilah proses-proses. Tetapi untuk mendapatkan hal seperti itu, sekali lagi, tantangannya besar, tantangannya tidak mudah, butuh nyali, butuh keberanian. Kadang, yang saya kadang-kadang ini kok di dalam negeri kita ngambil alih seperti ini enggak ada yang dukung, diam-diam saja, malah kadang sebagian mem-bully. Tapi saya itu sudah terbiasa dihina, difitnah, dicaci, dimaki, diejek, saya terus saja. Kalau saya yakini benar, saya akan terus. Jadi, kalau kita konsisten hilirisasi kemudian digitalisasi, masuk ke ekonomi hijau, kita konsisten terus ke arah itu, saya yakin Indonesia Emas di tahun 2045 itu bukan sesuatu yang sulit kita dapatkan.

Kita tahu, ke depan tantangan-tantangan itu semakin berat. Gelombang disrupsi teknologi semakin kencang. Kita tahu hampir setiap hari ada barang-barang baru, big data analytic, AI, machine learning, stem cell, bioteknologi, robotik, semuanya muncul terus-menerus. Satu belum kita selesai kita pelajari, muncul yang lain.

Dan juga, tantangan yang kita hadapi, rivalitas, dan geopolitik yang sulit kita hitung, sulit kita kalkulasi. Kita tahu perang masih terjadi di Ukraina, di Gaza, di Yaman. Dan juga, kebijakan proteksionis global yang dulu semua terbuka, semua mengajak global masuk ke globalisasi, tapi sekarang sudah kebalik lagi. Semua memproteksi, entah dengan embargo, entah dengan sanksi restriksi, semuanya. Dan, kalau kita hitung 2014 masuk ke 2023, sudah naik tiga kali. Negara-negara yang menjadi proteksionis dan penggunaan fiskal dalam Perang.

Kita tahu juga tantangan perubahan iklim yang semakin masif. Dan ini juga sama, sulit dihitung, sulit dikalkulasi. Kita tahu kita di tiga tahun yang lalu, misalnya urusan beras kita masih bisa pegang. Tapi begitu ada El Nino, kekeringan panjang, kemudian hujan ekstrem yang sangat deras sekali, semuanya menurunkan produktivitas pertanian kita. Sehingga mau tidak mau karena ini urusan perut rakyat, kita harus mengimpor beras. Tetapi, sekarang juga mengimpor beras juga tidak semudah lima atau 10 tahun yang lalu. Karena semua negara juga ingin memegang stok berasnya sendiri-sendiri, tidak mau menjual karena juga untuk menyelamatkan rakyatnya sendiri-sendiri.

Kita tahu 19 negara sekarang ini telah menyetop, mengurangi, dan lima negara menyetop total ekspor berasnya,sehingga negara-negara dengan penduduk besar itu kesulitan, banyak yang mengalami kesulitan dalam mencari pangan untuk rakyatnya. Dan, kita tahu potensi krisis itu sekarang ada di mana-mana, di hampir semua negara. Negara-negara maju terutama sekarang ini betul-betul berada pada tantangan itu, negara-negara besar di dunia. Jerman misalnya, probabilitas untuk mengalami resesi sudah di angka 72 persen. Kemarin kita tahu, Jepang masuk resesi, Inggris masuk resesi. Tantangan-tantangan seperti itu yang kadang-kadang kita tidak sadar, karena kita masih berada pada posisi normal. Uni Eropa probabilitas untuk masuk ke resesi 60 persen. Dan Indonesia, alhamdulillah,kita patut bersyukur berada di angka 1,5 persen probabilitas resesinya.

Saya menaruh harapan besar pada generasi muda, kepada mahasiswa Buddhis Indonesia, kepada Himpunan Mahasiswa yang berorientasi pada kebangsaan yang selalu menjaga persatuan, yang selalu menjaga Pancasila, yang selalu menjaga NKRI. Karena, itulah kunci kekompakan ini akan membawa negara kita melompat menjadi negara maju.

Itu saja yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan dengan memohon anugerah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada sore hari ini secara resmi Kongres ke-12 Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia tahun 2024 saya nyatakan resmi dibuka.

Terima kasih.
Sadu, sadu, sadu.

Sambutan Terbaru