Pembukaan Kongres Nasional XXXII dan Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota XXXI Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), di Samarinda Convention Hall, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, 22 Juni 2022

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Juni 2022
Kategori: Sambutan
Dibaca: 900 Kali

Syalom,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Ketua DPR RI Ibu Puan Maharani,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir bersama saya Pak Menteri Sekretaris Negara, Bapak Menpora, Pak Menteri Investasi,
Yang saya hormati Gubernur Provinsi Kalimantan Timur beserta seluruh jajaran forkopimda, Pak Wagub, Pak Ketua DPRD,
Yang saya hormati Ketua PMKRI Adinda Benediktus Papa beserta seluruh jajaran pusat sampai ke daerah, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,
Yang saya hormati Yang Mulia Bapak Uskup Agung Keuskupan Samarinda Monsinyur Yustinus Harjosusanto, M.S.F.,
Bapak-Ibu sekalian hadirin dan undangan yang berbahagia,
Dan tak lupa juga Pak Wali Kota beserta Bapak Bupati yang hadir,

Tadi saya baru saja dari Ibu Kota Nusantara (IKN). Ini adalah sebuah mimpi lama, gagasan lama yang belum dieksekusi. Sekarang telah kita eksekusi dan ada backup undang-undangnya, yaitu Undang-Undang Ibu Kota Negara. Jadi kalau ada yang masih meragukan jadi pindah atau tidak, undang-undangnya sudah ada. Ada yang bertanya lagi, “Ini nanti 2024 dilanjutkan atau tidak?” Loh, sudah ada undang-undangnya didukung oleh 93 persen di DPR, di parlemen. Kurang apa lagi?

Karena memang sejak Bung Karno memiliki gagasan dan saat itu memang ingin beliau memindahkannya ke Palangkaraya, gagasan itu selalu muncul di setiap kepemimpinan presiden. Karena apa? Memang logikanya, hitung-hitungannya memang harus pindah.

Yang pertama, Pulau Jawa itu bebannya terlalu berat. Satu, dari sisi populasi, 56 persen populasi Indonesia 270 juta, itu ada di Jawa 56 persen, 149 juta ada di Jawa, di Pulau Jawa, padahal kita memiliki 17 ribu pulau. Satu pulau diisi 56 persen dari penduduk kita, sehingga bebannya Jawa ini berat sekali. Kemudian dari sisi ekonomi, PDB ekonomi, GDP ekonomi 58 persen itu ada di Jawa. Terus, rakyat kita yang ada di luar Jawa itu, yang berada di 17 ribu pulau itu, dibagi berapa persen? Ini yang sering saya sampaikan, ini adalah pemerataan ekonomi. Dan yang paling penting, memang kita ingin Indonesia-sentris, bukan Jawa-sentris. Kita garis dari barat ke timur, dari utara ke selatan, ketemu di paling tengah itu yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Setelah beberapa provinsi juga kita, saat itu kita cek semuanya.

Apa yang ingin saya sampaikan? Bahwa Ibu Kota Nusantara ini kita tidak ingin hanya memindahkan fisik gedung dari Jakarta ke IKN kita, bukan itu. Mengganti dengan gedung-gedung yang megah, juga bukan itu. Karena ini nanti adalah milik Saudara-saudara semuanya dan masa depan Indonesia pintu gerbangnya ada di sini. Karena memang kita harus mengubah mindset, mengubah pola pikir kita, demokrasi harus berubah, cara kerja baru harus datang, platform baru dalam mengorganisasi birokrasi kita juga harus semuanya dengan menggunakan cara-cara baru, yaitu teknologi, dan ini adalah milik anak-anak muda.

Di sinilah akan kita mulai future economy, green economy, future technology, future knowledge, semuanya memang ingin kita lakukan di sini. Rumah sakit ya rumah sakit internasional, universitas ya universitas yang kelasnya betul-betul internasional, dan kita harapkan ini juga bisa membuka yang namanya future jobs dan future skill. Itu siapa nanti yang mendapatkan? Saudara-saudara semuanya dari PMKRI.

Kita harapkan ini nanti dengan desain yang telah disiapkan, Ibu Kota Nusantara ini kita harapkan akan menjadi talent magnet, bukan hanya dari lingkup Indonesia kita harapkan, betul-betul menjadi magnet untuk talent-talent digital dan lain-lain. Karena memang di sini semuanya akan, di IKN ini akan disiapkan fasilitas-fasilitas yang, misalnya kayak listrik dari green energy, dari hydropower yang ditarik nanti dari Sungai Kayan ke Ibu Kota Nusantara. Sehingga di IKN ini 70 persen itu harus area hijau, 80 persen itu harus transportasi publik dan ramah lingkungan artinya listrik. Energinya juga tadi saya sampaikan energi hijau artinya energi terbarukan (renewable energy), dan dari satu titik ke titik itu transportasinya harus bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit artinya 10-minute city, entah dengan transportasi pribadi maupun transportasi umum. Ini desain-desain kota masa depan yang saya kira ini adalah miliknya anak-anak muda.

Oleh sebab itu, fasilitas yang ada di Ibu Kota Nusantara ini yang diprioritaskan, yang pertama adalah fasilitas pejalan kaki, fasilitas pejalan kaki. Yang kedua, adalah fasilitas untuk yang senang naik sepeda. Yang ketiga, penggunaan transportasi publik ini yang diprioritaskan. Kalau terpaksa harus memakai mobil, mobil sendiri, mobilnya pun juga harus mobil listrik, sehingga kota ini betul-betul kota yang net zero emission dan kalau bisa bukan hanya zero, tetapi bisa minus. Karena produksi dari 70 persen hutan nanti justru memproduksi lebih daripada oksigen yang digunakan, dan enggak ada ibu kota seperti ini di dunia mana pun.

Yang kedua, saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya, seluruh anggota PMKRI. Hati-hati, saat ini kita tidak berada pada posisi normal. Dunia tidak berada pada posisi normal, penuh dengan ketidakpastian, sulit dihitung dan sulit diprediksi. Kita belum sembuh dari COVID-19, COVID-19 masih ada sekarang ini. Dua minggu yang lalu, kita masih berada di angka 200-300 kasus harian, dalam lima hari belakang ini sudah naik lagi ke 1.200 (kasus harian). Recovery/pemulihan belum selesai, ekonomi belum full kembali pulih, muncul yang namanya perang Ukraina-Rusia menjadikan semuanya tidak pasti lagi. Harga pangan di semua negara naik, harga energi di semua negara naik, inflasi di semua negara naik semuanya. Hati-hati mengenai ini. Ini sesuatu yang tidak mudah.

Ada yang bertanya pada saya, ”Pak, di sini bensin Pertalite enggak naik masih Rp7.650, solar masih harganya harga lama, LPG juga masih harganya harga lama.” Hati-hati itu bukan harga keeekonomian, bukan harga yang seharusnya. Itu adalah harga yang sudah disubsidi dan tahun ini diperkirakan kita akan mengeluarkan subsidi, karena tidak menaikkan BBM, gas, dan listrik yang di bawah 3.000, kita harus menyubsidi ke sana, dari Rp152 triliun melompat kepada Rp502 triliun. Ini besar sekali. Coba bandingkan, kita bandingkan harga BBM di Indonesia dan harga BBM di luar negara kita; di Singapura harga sudah Rp31.000, di Jerman harga sudah Rp31.000, di Thailand harga sudah Rp20.000 kalau dirupiahkan, di Amerika Rp17.000. Kita masih Rp7.650. Dari mana harga ketemu ini? Ya tadi, disubsidi. Tapi sampai kapan kita tahan, APBN kita, fiskal kita kuat menahan ini? Ya kan kita akan bekerja keras untuk menggeser anggaran-anggaran yang memang harus dimasukkan ke sini.

Hati-hati dengan yang namanya pangan, hati-hati. Januari, tiga negara setop/tidak ekspor pangan, dipakai sendiri sudah, distok sendiri untuk jaga-jaga. Hari ini sudah 23 negara, dari tiga melompat menjadi 23 negara. Sama, setop. Saya enggak mau beras saya kita jual ekspor ke negara lain. Gandum, setop. Disimpan semuanya karena semuanya jaga-jaga, semuanya, dan diprediksi sampai tahun ini sudah 13 juta orang kelaparan. Kita patut bersyukur negara kita, beras sudah tiga tahun kita enggak impor dan kita memiliki banyak alternatif bahan pokok pendamping. Di Papua ada sagu, di NTT-NTB ada jagung dan sorgum, dan di Jawa ada porang, ada umbi-umbian. Ini yang patut kita syukuri, kita dianugerahi oleh Tuhan, betapa melimpah bahan makanan kita.

Saya hanya ingin titip sampaikan kepada masyarakat, kepada rakyat, bahwa yang namanya sekarang ini jangan sampai ada lahan yang terlantar tidak ditanami apa-apa. Tanami yang gampang-gampang saja, jagung tiga bulan sudah bisa panen, singkong nanti juga tiga bulan bisa panen. Tanami yang cepat-cepat itu karena kita tidak tahu situasi perubahan iklim, dan lain-lain. El Niño, La Niña, tidak mengerti kita. Sampaikan pada masyarakat, pentingnya sekarang ini menanam apapun yang berkaitan dengan pangan. Kalau memang nanti melimpah hasilnya, enggak apa-apa diekspor membantu negara lain, tapi juga bayar.

Inilah situasi dan keadaan yang apa adanya harus saya sampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya. Sekali lagi kita harus hati-hati, kita harus waspada, dan bersama-sama menjaga stabilitas keamanan, stabilitas sosial-politik, dan juga stabilitas ekonomi.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Selamat melakukan kongres. Dan dengan ini Kongres Nasional XXXII dan Sidang Majelis Permusyawaratan Anggota XXXI Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) secara resmi saya nyatakan dibuka.

Terima kasih.
Semoga Tuhan memberkati kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru