Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) VIII Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, 30 Juni 2021, di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara yang hadir;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir bersama saya Pak Menko Perekonomian, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Perdagangan, Menteri Investasi;
Yang saya hormati Gubernur Sulawesi Tenggara beserta Ibu Wakil Wali Kota Kendari;
Yang saya hormati Panglima TNI yang juga hadir bersama saya sore hari ini, seluruh Forkopimda yang hadir;
Yang saya hormati Ketua Umum Kadin Indonesia, beserta seluruh jajaran Pengurus Kadin Pusat, dan juga seluruh Ketua Kadin dari Sabang sampai Merauke dari Miangas Sampai Pulau Rote yang hadir pada sore hari ini, serta para peserta Munas VIII Kadin se-Indonesia di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara;
Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.
Saat-saat ini adalah saat yang sangat sulit, saat yang tidak mudah bagi dunia usaha, bagi ekonomi kita, maupun ekonomi global. Betul-betul sangat sulit dan tidak gampang menyelesaikan persoalan karena tidak hanya satu soal urusan ekonomi, tetapi juga urusan kesehatan. Apalagi dalam minggu-minggu terakhir ini ada lonjakan yang sangat tinggi di dalam penyebaran COVID-19 di negara kita, Indonesia.
Kita tahu yang lonjakannya eksponensial beberapa bulan yang lalu adalah India. India pernah di [tahun] 2020 berada di angka 50 ribu kasus aktif per hari. Kemudian turun menjadi 9 ribu kasus per hari, dan di akhir Januari, awal Februari, naik eksponensial dari 9 ribu menjadi 370 ribu per hari. Lompatan yang sangat eksponensial sekali. Dan saat ini India sudah anjlok lagi turun menjadi 50 ribu kasus per hari.
Kita belajar dari sana. Tanya Pak Menteri Kesehatan, bulan Januari telepon Pak Menteri Kesehatan India, saya pun juga telepon Perdana Menteri Narendra Modi, kenapa bisa kejadian seperti itu? Dua-tiga hari, satu minggu ini juga sama, di negara lain juga lompatan eksponensial terjadi di Inggris, di UK, kemudian di Israel yang sebetulnya sudah turun kemudian melompat lagi. Israel sudah turun, vaksinasinya sudah lebih dari 70 persen, naik lagi. Australia baru dua-tiga hari ini di Sydney juga lockdown karena juga kenaikannya yang sangat tinggi.
Oleh sebab itu, saya mengajak betul-betul kita semuanya hati-hati, jangan lengah, semuanya harus waspada. Jangan hanya berbicara ekonomi, ekonomi, ekonomi tapi tidak melihat kesehatan. Tapi juga jangan hanya melihat kesehatan, kesehatan, kesehatan tapi tidak melihat ekonomi. Dua-duanya ini harus berjalan beriringan.
Coba kita lihat perkembangan kasus aktif di Indonesia. Kita, saat Januari kita telepon India kita belajar dari sana. Pada saat itu, awal Februari, akhir Januari, kasus kita juga naik sampai 176 ribu kasus, 176 ribu kasus. Pernah turun di Mei pertengahan, 18 Mei saya ingat, sudah turun menjadi 87 ribu kasus, sudah turun dalam empat bulan pelan, pelan, pelan, pelan turun sampai 87 ribu. Tetapi begitu ada liburan, liburan Lebaran kemarin, plus varian baru, hari ini kita naik melompat dua kali lipat lebih menjadi 228 ribu.
Inilah yang saya sampaikan, kita harus hati-hati, kita harus tetap waspada, kita tidak boleh lengah. Harian ini terus kita pelajari karena kita tidak bisa bekerja makronya saja, tapi detail mikronya harus tahu, angka-angkanya harus tahu, posisinya di mana, bergeraknya juga harus kita ikuti.
Kemudian perkembangan bed occupancy rate (BOR) nasional. Di pertengahan Januari kita pernah berada di angka 66 persen, cukup tinggi saat itu. Kemudian di Mei pertengahan turun menjadi 28 persen. Dari 66 persen turun menjadi 28 persen. Kecil sekali, hampir betul-betul keterisian tempat tidur di rumah sakit itu menjadi sangat kecil. Tetapi tidak ada satu bulan, melompat menjadi hari ini 72 persen, nasional. Hati-hati mengenai ini.
Saya biasanya yang saya pakai patokan itu [RSDC] Wisma Atlet, tiap jam sepuluh, jam dua belas malam coba tanya ke sana. Saya selalu telepon dokter tugas atau Kolonel Arifin mengenai keterisian bed di Wisma Atlet. Pernah September itu 92 persen, saya betul-betul sudah gemetar dan grogi betul, 92 persen. Tapi bisa turun, turun, turun, bahkan di pertengahan bulan Mei, 18 Mei itu mencapai 15 persen. Dari 92 [persen] sudah turun menjadi 15 persen. Sudah senang sekali kita saat itu. Tapi begitu ada liburan, hari ini, saya harus ngomong apa adanya, 90 persen. Inilah angka-angka yang harus saya sampaikan apa adanya.
Tapi memang seperti tadi disampaikan oleh Pak Rosan, Pak Ketua [Kadin Indonesia] tadi menyampaikan, memang terus kita akan kejar yang namanya vaksinasi. Sampai hari ini sudah 42 juta dosis yang sudah disuntikkan. Dan per hari, target mulai Juli, satu juta [dosis] per hari. Harus! Karena kemarin-kemarin kita masih 200-300 ribu per hari. Sekarang tidak ada tawar-menawar, saya sudah sampaikan satu juta harus! Agustus, dua juta harus! Karena kunci dari pemulihan ekonomi adalah urusan COVID-19 ini harus bisa kita selesaikan.
Dan kita kalau melihat dunia, 215 negara lebih yang terkena COVID-19, untuk urusan vaksinasi Indonesia itu di urutan kesebelas. Cukup baik, urutan kesebelas. Dan saya yakin di Juli-Agustus ini akan naik, enggak tahu naiknya ke ranking berapa, tapi pasti akan naik karena target satu juta dan target dua juta itu sudah berkali-kali saya sampaikan.
Saya juga berterima kasih kepada Kadin yang juga telah ikut bersama-sama dalam program vaksinasi ini, dalam kerangka Vaksin Gotong-Royong. Meskipun targetnya, ini kita targetnya 22 juta, tapi karena vaksinnya juga belum datang, yah inilah yang akan kita kejar nanti dengan ketua dan jajaran pengurus Kadin yang baru agar angka Vaksin Gotong Royong 22 juta itu bisa dikejar dalam bulan Juli-Agustus dan bulan-bulan berikutnya.
Ini target yang telah saya berikan ke depan, jadi ada tiap bulan berapa, berapa, semuanya ada semuanya. Juli kurang lebih 34 juta, Agustus 43,7 juta, kemudian September 53 juta, Oktober 84 juta, November 80,9 juta, dan Desember 71,7 juta. Memang ini target yang tidak kecil, tetapi kemarin setelah kita coba sehari bisa 1,3 juta, saya meyakini, meningkatkan menjadi angka 2,5 juta itu bukan sebuah hal yang sulit. Asal, satu kuncinya, vaksinnya ada. Kita dulu waktu 300 ribu per hari saja sudah merasa menaikkan sulit, tapi ternyata hari Sabtu kemarin bisa kita lakukan 1,3 juta.
Inilah upaya-upaya yang terus kita lakukan. Dan hari ini ada finalisasi kajian untuk kita melihat, karena lonjakan yang sangat tinggi, dan kita harapkan selesai karena diketuai oleh Pak Airlangga, Pak Menko Perekonomian, untuk memutuskan diberlakukannya PPKM Darurat. Enggak tahu nanti keputusannya apakah seminggu atau dua minggu, karena petanya sudah kita ketahui semuanya. Khusus hanya di Pulau Jawa dan di Pulau Bali, karena di sini ada 44 kabupaten dan kota serta enam provinsi yang nilai asesmennya empat. Kita adakan penilaian secara detail, yang ini harus ada treatment khusus sesuai dengan yang ada di indikator laju penularan oleh WHO.
Kondisi-kondisi seperti ini harus kita sampaikan apa adanya. Saya berikan contoh, peta misalnya di Jakarta Barat. RT/RW dan kelurahan yang terkena COVID-19 Bapak, Ibu, Saudara-saudara bisa lihat [slide peta sebaran kasus COVID-19]. Sudah seperti itu. Sudah seperti itu, artinya sudah merata, sehingga memang harus ada sebuah keputusan yang tegas untuk menyelesaikan masalah ini.
Jadi, setelah kita lihat secara detail betul kenaikan kasus COVID-19 ini selalu berpengaruh kepada indeks kepercayaan konsumen (IKK). Selalu. Begitu pembatasan ketat dilakukan, kemudian mobilitas turun, kasusnya ikut turun misalnya, itu indeks kepercayaan konsumen (IKK) pasti naik. Tetapi begitu kasusnya naik, indeks kepercayaan konsumen pasti selalu turun. Selalu kita lihat seperti itu.
Kenaikan kasus juga mempengaruhi indeks penjualan ritel, ini di Indonesia maupun negara lain. Misalnya di Indonesia dan Thailand sama, begitu ada penambahan kasus harian, indeks penjualan ritelnya juga mesti turun. Di Thailand pun juga sama, ada penambahan kasus harian naik, indeks penjualannya pasti turun. Sehingga kunci dari urusan ekonomi yang kita hadapi ini adalah bagaimana COVID-19 ini dikurangi, ditekan, agar hilang dari Bumi Pertiwi ini.
Kalau melihat angka-angka, misalnya Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk manufaktur. Dibanding sebelum pandemi, sekarang ini berada pada posisi yang tinggi sekali. Sebelum pandemi itu 51, sekarang pada posisi 55,3 di bulan Mei kemarin. Tinggi sekali. Artinya ada optimisme di situ.
Sisi suplai juga sama, produksi mulai menggeliat. Ekspor tumbuh 58 persen. Impor bahan baku tumbuh 79 persen, tinggi sekali. Impor barang modal tumbuh 35 persen. Ini angka-angka seperti ini yang setiap hari setiap pagi masuk ke saya. Saya enggak pernah sarapan tapi sarapannya angka-angka.
Konsumsi listrik untuk industri juga tumbuh 28 persen. Ini optimisme ada tetapi problemnya ada di COVID-19 yang belum bisa kita tekan, kita kurangi, dan kita selesaikan.
Sisi demand juga sama, sisi permintaan juga sama. Konsumsi terus menguat, indeks kepercayaan konsumen yang dulu di Februari 85, sekarang sudah 104,4. Mobilitas bulanan (mobility index) juga sama, yang dulu Februari masih minus 2, sekarang sudah 5,2. Ini optimisme ada.
Oleh sebab itu, kebijakan PPKM Darurat ini mau tidak mau harus kita lakukan karena kondisi-kondisi yang tadi saya sampaikan.
Indeks penjualan ritel juga tumbuh 12,9 persen. Konsumsi semen juga tumbuh 19,2 persen. Penjualan kendaraan niaga tumbuh 783 persen. Ini angka-angka yang menurut saya sangat fantastis kenaikannya.
Oleh sebab itu, sekali lagi, seperti tadi disampaikan juga oleh Ketua Kadin, kita semua masih optimistis bahwa di kuartal II, dari yang sebelumnya kuartal I minus 0,74 [persen], di kuartal II kita masih optimistis akan tumbuh insyaallah kurang lebih 7 persen.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Munas VIII Kadin Indonesia pada sore hari ini saya nyatakan dibuka. Selamat ber-Munas.
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.