Pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional Tahun 2021 (secara virtual), dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, 19 November 2021
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Bapak, Ibu, Saudara-saudara yang saya hormati,
Tantangan yang berat yang kita hadapi dalam kekinian kita pastilah bukan, bukanlah tantangan yang pertama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pandemi bukan yang pertama, bencana alam juga bukan yang pertama. Banyak sekali tantangan-tantangan yang sudah dialami oleh bangsa Indonesia, bahkan sebelum republik kita ini berdiri.
Saya ingin menegaskan bahwa banyak hal yang bisa kita pelajari dan harus kita rujuk dari ilmu pengetahuan dan kearifan masa lalu karya nenek moyang kita. Ilmu pengetahuan dan kearifan masa lalu tersebut mungkin tidak tertulis dalam buku literatur atau artikel ilmiah dalam standar modern kita. Tetapi, ilmu nenek moyang kita itu dalam bentuk narasi lisan, skrip drama, dan pewayangan, serta berbagai kebiasaan-kebiasaan. Dan semua itu adalah warisan kebudayaan yang kaya kearifan dan ilmu pengetahuan.
Warisan kearifan dan ilmu pengetahuan tersebut mungkin tidak terjelaskan secara metodologi modern. Justru itulah yang menjadi kewajiban kita, kewajiban kita untuk meneliti dengan bijak semua warisan kebudayaan tersebut dalam nalar modern, dalam metodologi yang kita kembangkan sendiri.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh nenek moyang kita. Letusan gunung berapi, gempa bumi sudah dialami sejak bumi Nusantara ini ada. Penyakit-penyakit tropis, seperti malaria dan berbagai penyakit lain, serta pandemi juga sering dialami sejak masa lalu. Keberagaman etnis, adat istiadat, dan agama, juga karakter masyarakat nenek moyang kita.
Setiap tantangan yang dihadapi nenek moyang kita selalu ada solusi dan caranya untuk mengelola dan menemukan solusi dengan baik. Itulah kebudayaan masyarakat Indonesia yang diwariskan melalui seni dan budaya, yang diwariskan melalui jamu dan berbagai bentuk ilmu pengetahuan lainnya.
Kebudayaan kita tumbuh dari berbagai kesulitan hidup nenek moyang kita. Kebudayaan kita merupakan cara hidup yang tumbuh dalam peradaban kita. Kebudayaan kita dikembangkan dari interaksi nenek moyang kita antarsesamanya dan interaksi nenek moyang kita dengan alam kita.
Selain melestarikan dan belajar dari kebudayaan nenek moyang, saya juga minta untuk terus kita memahami alam kita yang sangat kaya dan sekaligus kompleks ini. Keberagaman hayati laut kita adalah yang terkaya di dunia, keberagaman hayati darat kita adalah yang kedua terkaya di dunia, setelah Brazil.
Kekayaan keberagaman hayati ini juga harus kita lestarikan. Plasma nutfah alam Indonesia harus kita lindungi dan sekaligus kita manfaatkan untuk pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, saya menegaskan bahwa berangkat dari kekayaan kebudayaan dan kekayaan hayati kita, Indonesia memiliki peluang besar, mempunyai peluang besar untuk menumbuhkan ilmu pengetahuan yang berbasis dari peradaban Indonesia. Sebagai misal, Indonesia mempunyai peluang untuk menjadikan jamu sebagai obat modern yang proven, yang terbukti secara ilmiah.
Metodologi ilmu kita tentu harus secara arif menghargai kebudayaan dan peradaban kita. Jangan tergesa menyimpulkan suatu adat atau suatu kebiasaan masyarakat asli kita itu tidak baik atau buruk, bisa jadi hanya karena kita belum mampu menjelaskannya secara ilmiah. Oleh karena itu, pelestarian menjadi kunci yang harus kita lakukan selain pengembangan dan pemanfaatan untuk kemajuan Indonesia.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya buka Pekan Kebudayaan Nasional Tahun 2021.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om santi santi santi om,
Namo buddhaya.