Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), di Istana Negara Ibu Kota Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur, 25 September 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 September 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 340 Kali

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 25 September 2024

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbil ‘alamin, washalatu wasalamu ‘ala asrafil ambiya’i wal mursalin, sayyidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammadin, wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Yang saya hormati Pak Menteri Perhubungan, Pak Menteri Pariwisata, Pak Wamen [Wakil Menteri] Kementerian Agama, Pimpinan Otorita IKN;
Yang saya hormati Ketua Baznas Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA, beserta para pimpinan Baznas Provinsi, Kota, dan Kabupaten dari seluruh Tanah Air Indonesia;
Bapak/Ibu, hadirin dan undangan yang berbahagia.

Sejak saya masuk tadi saya melihat wajah-wajah Bapak-Ibu semuanya cerah semuanya, kelihatan senang sekali gitu. Saya lihat kelihatan senang banget, gembira sekali.

Ya, inilah Ibu Kota Nusantara. Saya sering mendapatkan tamu perdana menteri, presiden dari negara lain, yang saya sering risau kalau sudah bertanya, masuk ke istana di Jakarta, “Presiden Jokowi, waduh istananya bagus, ya, indah.” Saya mau jawab apa gitu? “Ya, memang bagus, memang indah,” tapi enggak saya teruskan, “tapi ini yang buat kolonial, lho”. Yang buat kolonial Belanda, baik yang ada di Jakarta, di Bogor, di Yogyakarta, itu semuanya adalah bangunan kolonial Belanda, warisan dari kolonial Belanda. Sehingga, kadang-kadang kita merasa inferior gitu, “waduh, ini istana sebuah simbol negara, tetapi bikinan kolonial”.

Sehingga betul, Bung Karno tahun 60-an itu sudah menggagas untuk kepindahan ibu kota. Pak Harto juga menggagas kepindahan ibu kota. Kalau saya itu hanya mengeksekusi. Jadi gagasan itu sudah gagasan panjang, sudah lama. Kemudian kita cek lagi saat itu, setelah dilantik 2014, saya memerintahkan kepada Kepala Bappenas untuk dilihat lagi gagasan-gagasan mengenai ibu kota baru sejak zaman Bung Karno, dilihat. Dulu Bung Karno, kenapa memutuskan Palangkaraya, coba dicek.

Dan setelah melalui beberapa studi, diputuskan ada tiga kandidat calon ibu kota baru Indonesia. Yang pertama Palangkaraya, yang kedua di Kalimantan Selatan, yang ketiga di Kalimantan Timur, dan tambah satu ada di Sulawesi, Mamuju. Didetailkan lagi, kemudian saya cek di lapangan enggak sekali, dua kali, tiga kali, kemudian bismillah saya putuskan di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Sebuah keputusan yang tidak mudah, tetapi itulah yang sudah kita putuskan. Kita juga izin kepada DPR, saya menyampaikan lisan di dalam Rapat Paripurna tanggal 16 Agustus,  kemudian diikuti dengan pengajuan undang-undang mengenai Ibu Kota Nusantara, dan itu disetujui 93 persen dari fraksi yang ada di DPR. Jadi, ini bukan keputusan presiden saja, tetapi juga keputusan seluruh rakyat Indonesia yang diwakili oleh seluruh anggota DPR yang ada di Jakarta. Ini supaya jangan ada kekeliruan persepsi bahwa ini adalah proyeknya Presiden Jokowi, bukan, itu sudah melalui tahapan, tahapan, tahapan, yang baik dalam kita berbangsa dan bernegara.

Dan, kepindahan kita ke Ibu Kota Nusantara ini juga, sekali lagi, bolak-balik saya sampaikan, kita ini bukan ingin pindah fisiknya, pindah istana, pindah fisik gedung kementerian, bukan itu. Tapi yang kita inginkan dalam tonggak peradaban kita sebagai sebuah bangsa sejak kemerdekaan, itu ada tonggak, tonggak, pancang, pancang, pancang, tahapan-tahapan kita berbangsa dan bernegara dalam jangka menengah dan panjang.

Yang ingin saya sampaikan adalah, pindahnya ke sini  itu adalah pindahnya pola pikir baru kita, pindahnya mindset baru kita, pindahnya cara kerja baru kita, pindahnya semangat kerja baru kita, pindahnya spirit kerja baru kita, dengan sistem yang sudah dibangun sejak awal. Karena bangunan-bangunan juga dibangun dengan perencanaan mulai dari nol, mestinya sistemnya bisa kita bangun dengan baik, mulai dari nol. Artinya, nantinya ASN masuk ke sini, sistemnya itu sudah siap. Karena dalam kompetisi global, kompetisi antarnegara saat ini, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan negara maju mengalahkan negara berkembang, tapi negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Dan, kita ingin menjadi negara yang cepat, kita ingin menjadi negara yang cepat.

Saya senang saat beberapa kali saat Baznas mengadakan acara di Istana, semuanya sudah digitalizedsudah digitalisasi. Bentuk-bentuk kecepatan seperti itu yang kita inginkan dalam kita berpemerintahan di negara yang kita cintai ini. Dan, sudah beberapa tahun terakhir ini Baznas selalu menyelenggarakan acara besar, Gerakan Cinta Zakat di Istana Negara di Jakarta setiap tahunnya.

Dan hari ini Baznas menyelenggarakan acara besar yaitu Rakornas Baznas, tapi bukan di Istana Negara di Jakarta, diadakan di Istana Negara Nusantara. Acaranya di Balikpapan, tapi pembukaannya di IKN. Saya tahu, saya tahu, sebetulnya yang dituju itu ya IKN, ingin melihat karena tiap hari di tv, tiap hari di YouTube, di tiap hari di Instagram, semua keluar semua, kan juga banyak yang ingin melihat penasaran, gitu.

Saat rapat koordinasi juga dengan TNI dan Polri sebanyak 800 peserta juga sama, acaranya sebetulnya di Jakarta, ya sudah di Jakarta saja, “sudah, Pak, mau kita geser, Pak, ke IKN saja”, “ndak, ndak, ndak di Jakarta saja, saya sampaikan, di Jakarta saja lah”. “Ndak, Pak. Ini dari Dandim, dari Kapolres, dari Danrem, dari Pangdam, dari Kapolda, semuanya menginginkan di IKN”. Ya sudah saya kalah, karena pengin sekali melihat Istana Negara di Nusantara.

Sekali lagi selamat datang di Ibu Kota Nusantara. Tadi sudah ada yang ambil foto di [depan] belum? Ya, nanti setelah ini nanti kita bersama-sama [berfoto], tapi kalau mau ambil foto yang bagus itu ngambilnya di Sumbu Kebangsaan, kelihatan semua. Jadi dari sini nanti bergeser ke Sumbu Kebangsaan. Saya tahu ini oleh-oleh pulangnya, ya itu.

Dan, sejak dimulainya Gerakan Cinta Zakat di 2021, pertumbuhan zakat, infak, dan sedekah di Indonesia rata-rata naik kurang lebih 30 persen per tahun, seperti tadi yang disampaikan oleh Bapak Ketua [BAZNAS]. Ini angka pertumbuhan yang cukup besar. Untuk itu, saya mengapresiasi, sangat menghargai kerja keras seluruh jajaran di Baznas, sehingga pertumbuhan tersebut mampu terus dicapai.

Dan, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sekarang penduduk kita 236 [juta], penduduk muslim kita 236 juta, sebuah jumlah yang sangat besar, tentu saja potensi zakat kita juga masih sangat besar untuk bisa kita gali dan kita kelola dengan baik.

Oleh sebab itu, saya berharap Baznas ke depan dapat melakukan terobosan-terobosan, baik melalui edukasi kepada masyarakat, yang paling penting adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk membangun sebuah tata kelola yang baik, tata kelola yang profesional, dan kalau masyarakat percaya, semuanya zakat akan disalurkan lewat Baznas, itu tujuan kita. Kalau sudah dipercaya itu enak, semua sudah, mau zakat, mau infak, mau sedekah, semuanya lewat Baznas. Itu yang kita inginkan, karena memang potensinya, terakhir dihitung berapa, Pak Prof? Rp300-an triliun, sangat besar sekali. Dan, Indonesia menurut survei internasional yang terakhir itu adalah negara yang paling dermawan di seluruh dunia. Paling dermawan, ranking satu, itu luar biasa, alhamdulillah.

Dengan cara seperti apa kita membangun kepercayaan, membangun tata kelola yang profesional dan transparan tersebut? Dengan percepatan digitalisasi layanan yang sudah saya lihat beberapa kali di istana, yang mempermudah, yang membuat semuanya mudah dan gampang, yang menjangkau lebih banyak mustahik dan muzaki. Dengan pembangunan sistem dan budaya kerja yang inovatif, yang cepat tanggap, yang tidak monoton, yang tidak business as usual, semangat itu yang saya ingin Bapak-Ibu bawa pulang sekembalinya dari Ibu Kota Nusantara. Yang tidak hanya dibangun fisiknya tapi budaya kerja dan pola pikirnya.

Selain itu, saya juga titip, tadi sudah disampaikan banyak oleh Bapak Ketua untuk mengembangkan program-program zakat yang memperkuat ekonomi umat, utamanya usaha mikro, usaha kecil, pemberdayaan kepada perempuan dan disabilitas. Sehingga nilai manfaat dari program-program zakat bisa semakin terasa di masyarakat, bisa semakin terasa di rakyat, dan secara kumulatif bisa kesejahterakan rakyat kita, mengurangi kemiskinan, dan mempersempit ketimpangan yang ada.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Rapat Koordinasi Nasional Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Tahun 2024, saya nyatakan dibuka secara resmi.

Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru