Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin Tahun 2022, di Flores Ballroom, Hotel Borobudur Jakarta, 2 Desember 2022

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Desember 2022
Kategori: Sambutan
Dibaca: 951 Kali

Bismillahirahmanirahim.

Assalamu’laikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Ketua Umum Kadin beserta seluruh jajaran dan Ketua Umum Kadin Provinsi, para peserta Rapimnas yang saya hormati,
Yang saya hormati Pak Menko beserta para menteri yang hadir,
Bapak-Ibu sekalian hadirin yang berbahagia.
Saya tadi waktu naik tangga kok lihat garisnya kuning, di bawahnya ada kuning. Saya tengok, kuning juga. Saya baru sadar, karena Ketua Umum Golkar ada di sini.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya tidak ingin menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kita pesimis, artinya saya tidak ingin cerita lagi bahwa dunia ini baru kena ini, baru kena ini baru… Memang itu betul faktanya seperti itu, tetapi saya nggak akan cerita lagi. Saya ingin cerita yang optimis-optimis. Karena Managing Director-nya IMF sendiri menyampaikan bahwa Indonesia ini adalah titik terang di kesuraman ekonomi global. Hati-hati. Di tengah kesuraman ekonomi global, Indonesia adalah titik terangnya, dia ngomong seperti itu. Apa alasannya dia berbicara seperti itu? Karena dia baca angka-angka.

Coba dilihat inflasi kita, inflasi terjaga 5,7 persen. Dunia sudah di atas 10-12 [persen] semuanya, bahkan ada yang sudah lebih dari 80 persen. Kenapa kita harus pesimis kalau angkanya terjaga seperti itu? Kita harus optimis. Kemudian juga pertumbuhan ekonomi/growth, kuartal III kita tumbuh 5,72 persen. Proyeksi untuk dunia di 2022, 3,2 persen. Kita tumbuh 5,72 persen. Kenapa kita tidak optimis dengan angka-angka itu? Harus optimis.

Purchasing Managers’ Index kita juga pada level yang ekspansif. Semua negara terkontraksi, rata-rata dunia sudah di bawah 50. Kita angka terakhir yang saya tahu 51,8 masih di atas 50 persen. Kenapa kita tidak optimis dengan angka-angka level ekspansif seperti itu? Harus optimis. Ini kita baca angka terus.

Kemudian, neraca dagang. Neraca perdagangan kita sudah surplus 30 bulan berturut-turut, yang sebelumnya selalu negatif defisit. Sejak Mei 2020, 30 bulan berturut-turut. Artinya, ekspor kita lebih besar dari impor. Kenapa kita harus tidak optimis? Harus optimis.

Transaksi berjalan, yang ini mengendalikan ini sangat sulit sekali, kita 2019 itu masih defisit USD30 billion (miliar), minus 2,7. Sekarang, sudah surplus menjadi USD4,4 billion (miliar) dan plus 1,3. Sekali lagi, kenapa kita tidak optimis kalau angka-angkanya menunjukkan seperti ini? Harus optimis. Jangan sampai ada yang menyampaikan pesimisme. Baca angka-angka tadi, harus optimis. Saya tidak ingin berbicara dunia atau negara lain, karena kalau mengaca kepada itu, bisa menarik kita menjadi pesimis nanti.

Ke depan, negara ini mempunyai potensi dan kekuatan besar yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Coba kita lihat, ini bisa melompatkan kita kalau kita memiliki satu visi bersama: 2045 Indonesia Emas. Kita lihat kekuatan kita, kita lihat. Kita ini populasi nomor 4 di dunia 278 juta, ini adalah pasar yang sangat besar, baru kita bicara diri kita sendiri Indonesia. Kalau masuk ke kanan kiri kita ASEAN 600 juta, ini pasar yang sangat besar sekali. Ini kekuatan, kekuatan kita yang sering tidak kita lihat, sering kita lupakan, sehingga pasar kita dimasuki oleh negara lain. Ndak. Pasar kita harus kita lindungi, agar bisa kita pakai untuk melompat maju. Pertama, pasar.

Yang kedua, geografis. Ini yang sering tidak kita sadari, kita ini berada pada jalur perdagangan dunia yang tentu saja sangat menguntungkan produk-produk Indonesia. Yang kedua.

Yang ketiga, SDA (Sumber Daya Alam), apa yang tidak kita miliki. Yang keempat, SDM bonus demografi kita. [Tahun] 2030 kita akan memiliki kekuatan tenaga kerja kita yang produktif itu 201 juta, sangat besar sekali, dan kelas menengah yang sangat besar sekali.

Inilah yang harus kita manfaatkan. Jangan dibiarkan kekuatan besar kita, potensi besar ini. Dan, sekarang ditambah satu lagi yang ini sulit diperoleh, trust dari internasional, kepercayaan dari internasional. Saya kira Pak Ketua Kadin merasakan energi positif di saat B20 itu kelihatan sekali. Saya dua hari ini kedatangan tiga delegasi dengan delegasi besar bertanya bagaimana mengenai transisi energi, tanya mengenai transformasi digital, tanya mengenai ekonomi hijau kita, juga tanya mengenai bagaimana program EV battery kita. Ini kekuatan yang harus kita sadari, harus kita sadari.

Sehingga beberapa kali saya sampaikan, yang kita bangun ke depan ini adalah sebuah ekosistem besar bukan proyek kecil-kecil. Oh, ini ada proyek di Morowali, ini ada proyek di Batang, bukan itu. Yang ingin kita bangun adalah sebuah ekosistem besar. Sebagai contoh, ekosistem EV battery untuk mobil listrik maupun sepeda motor listrik. Apa yang tidak kita punyai? Untuk mencapai kesana kita punya nikel, punya tembaga, punya bauksit, punya timah, yang enggak punya kita hanya litium. Yang tidak kita miliki hanya litium, karena yang grafit itu kita sudah menyiapkan juga di Morowali. Kurang satu, litium. Ada dimana barang ini? Di Australia.

Saat B20, saya sampaikan saat itu dan saya bisikin lagi kepada Perdana Menteri Albanese bahwa kita harus bisa bekerja sama. Tapi, ternyata ada yang dari kita sudah memiliki tambang di sana. Orang-orang kita ini pintar-pintar loh, belum kejadian sudah beli di sana. Ini saya harus angkat jempol, bisa melihat opportunity secepat itu dan itu bagus.

Kalau ini diintegrasikan, yang sulit itu kan mengintegrasikan, nikel ada di Morowali di Weda Bay dan tempat-tempat lainnya. Tembaga ada di Papua, ada di Sumbawa. Kemudian, bauksit ada di Kalimantan Barat, ada di Bintan. Timah ada di Bangka Belitung. Yang sulit dari dulu sampai sekarang, yang tidak pernah kita kerjakan adalah mengintegrasikan itu menjadi sebuah ekosistem besar. Itu yang tidak pernah kita kerjakan. Proyek jalan sendiri, ini jalan sendiri, sehingga tidak memiliki nilai tambah yang besar. Dan, akhirnya kita dimain-mainkan oleh negara lain.

Akhirnya, contoh saja, tembaga sudah lebih dari 50 tahun di Papua, smelternya kok ada di Jepang, di Spanyol. Loh loh loh, kita dapat apa? Dan, kita diam saja. Terus, yang pengusaha daerah dapat apa? UKM kita dapat apa? Ini gerbong besar. Inilah nanti ekosistem besar ini yang kita bangun, kalau bisa mengintegrasikan itu. Saya akan berusaha sekuat tenaga, agar ini terintegrasi dan menjadi leap frog, lompatan negara kita menuju ke peradaban baru.

Kalau baterainya jadi, saya tadi pagi sudah menyampaikan, kalau baterainya jadi, EV battery-nya jadi, kita enggak usah mutar-mutar. Pak Arsyad enggak usah me-marketing-i investasi. Menteri Investasi Pak Bahlil enggak usah mutar-mutar, Orang akan datang kesini, percaya saya. Karena ekosistem besarnya ada di sini. Saya pernah hitung-hitung 60 persen nanti produksi EV battery dunia itu ada di Indonesia. Ada di Indonesia, percaya saya. Sehingga siapapun yang ingin membangun mobil listrik, kendaraan listrik, sepeda motor listrik pasti akan ke sini, karena akan lebih efisien. Semua barangnya ada. Tembaganya ada, bauksitnya, untuk sasis, untuk mobil, untuk badan pesawat semuanya ada di sini.

Dan, yang lebih mendukung lagi adalah potensi green energy kita, renewable energy kita, sehingga betul-betul hasil dari produk itu sebuah hasil yang premium. Ini yang dikejar orang-orang ke kita itu, ini. Dan, kita enggak sadar bahwa kita sedang berada pada kepemimpinan puncak global di sisi ekonomi. Trust-nya itu kita baru saja dapat, ini jangan dilewatkan. Sehingga saya senang kalau Kadin nanti merumuskan roadmap SDM, roadmap industri tekstil, roadmap industri logam, roadmap semuanya ada peta jalannya, sehingga jelas kita akan menuju ke mana, jelas visi kita akan ke mana.

Ini akan menarik dan menggerakkan ekonomi dalam negeri. Ini akan menjadi sebuah lokomotif besar yang bisa menarik pengusaha daerah, menarik UMKM, semuanya akan ketarik kalau ini jadi. Dan, yang paling penting menciptakan nilai tambah.

Ini sudah bolak-balik saya ceritakan mengenai nikel yang dulu ekspor mentah hanya USD1,1 miliar berarti kira-kira Rp18 triliun, sekarang sudah lebih dari Rp320an triliun, 18 kali. Itu hanya urusan dari nikel mentah menjadi stainless steel, belum kalau jadi EV battery, kemudian menjadi mobil atau menjadi pesawat, industrinya ada di sini. Saya enggak tahu berapa puluh kali lipat, nilai tambah itu akan muncul.

Saya rasa, itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim acara Rapimnas Kadin Tahun 2022, saya nyatakan resmi dibuka.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru