Pembukaan Sidang Komisi ke-78 United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), di Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta, 23 Mei 2022
Yang Mulia Sekretaris Eksekutif UNESCAP, para delegasi.
Pertama-tama, selamat kepada UNESCAP atas ulang tahunnya yang ke-75. Momen ini penting di tengah upaya kawasan untuk keluar dari tantangan besar akibat dari pandemi, perubahan iklim, dan perang.
Pertama, ekonomi sejumlah negara Asia-Pasifik belum pulih, masih di bawah tingkat pra pandemi, 70 persen dari total pengangguran baru terjadi di kawasan kita dan 85 juta penduduk kembali masuk ke jurang kemiskinan ekstrem. Yang kedua, pertumbuhan ekonomi kawasan tahun ini, sebagaimana prediksi IMF, turun 0,5 persen menjadi 4,9 persen. Inflasi juga diperkirakan mencapai 8,7 persen, naik 2,8 persen dari perkiraan semula. Yang ketiga, pencapaian SDGs semakin tertunda. Kawasan kita diperkirakan baru dapat mencapai SDGs paling cepat pada tahun 2065, dan menurut Global Climate Risk Index, enam dari 10 negara paling terdampak perubahan iklim dalam jangka panjang ada di Asia-Pasifik.
Menjawab tantangan ini, saya mendukung sepenuhnya upaya UNESCAP memajukan “A common agenda to advance sustainable development”. Izinkan saya menyampaikan beberapa pandangan.
Yang pertama, penanganan pandemi harus dilanjutkan dan kesenjangan vaksinasi di kawasan harus ditutup. Kawasan ini memiliki negara dengan pencapaian vaksinasi tertinggi dan juga terendah di dunia. Keberhasilan vaksinasi menentukan reaktivasi ekonomi nasional dan konektivitas dengan perekonomian dunia. UNESCAP dapat mendukung terbentuknya jaringan fasilitas produksi dan distribusi vaksin regional, mengatasi tantangan logistik, dan mempersingkat rantai pasok.
Yang kedua, pendanaan untuk akselerasi SDGs harus diperkuat. ADB memperkirakan kebutuhan 1,5 triliun Dolar AS setiap tahunnya untuk memastikan SDGs tercapai di Asia-Pasifik tahun 2030, sementara ketersediaan pendanaan global hanya 1,4 triliun Dolar AS. Kesenjangan besar ini harus ditutup. Investasi sektor swasta harus didorong. Meskipun Asia-Pasifik merupakan kawasan terbesar bagi penanaman modal asing inbound dan outbound, namun nilai investasi ke kawasan sendiri masih kecil. UNESCAP perlu mendorong penguatan investasi intrakawasan, mendukung kemudahan berusaha, promosi dan business matching di antara negara anggota. Pendanaan inovatif perlu terus dimajukan. Kolaborasi UNESCAP dengan ADB dan lembaga pendanaan lainnya sangat diharapkan. Indonesia sendiri memajukan berbagai pendanaan inovatif termasuk SDG Indonesia One, Green Sukuk, dan Ekonomi Karbon.
Yang ketiga, sumber-sumber pertumbuhan baru harus diperkuat. Digitalisasi, pemberdayaan UMKM, dan pertumbuhan hijau adalah masa depan kita bersama. Optimalisasi digitalisasi perdagangan akan memangkas biaya perdagangan di kawasan setidaknya 13 persen. Akses UMKM pada financial inclusion dan rantai pasok kawasan perlu didorong. Dukungan bagi upaya pertumbuhan hijau sangat diperlukan, termasuk transisi energi, dan kapasitas pajak perlu harus diperkuat, termasuk carbon tax.
Yang Mulia,
Presidensi G20 Indonesia kami manfaatkan untuk memperjuangkan kepentingan negara berkembang, terutama bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi. Kami berterima kasih atas dukungan dan kontribusi UNESCAP dalam upaya ini. Dengan bekerja bersama, kita dapat mempercepat pemulihan kawasan dan dunia menuju masa depan berkelanjutan.
Recover together, recover stronger.
Terima kasih.