Pembukaan Silaturahmi Nasional Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Tahun 2022, di Istora Senayan, Provinsi DKI Jakarta, 29 Maret 2022

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Maret 2022
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.728 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati pimpinan dan anggota DPD RI yang hadir;
Yang saya hormati Pak Menko Kemaritiman dan Investasi, beserta para menteri yang hadir;
Yang saya hormati Ketua Umum DPP APDESI Bapak Surta Wijaya, beserta seluruh jajaran pengurus APDESI, Dewan Pembina, Majelis Pertimbangan Organisasi, seluruh jajaran pengurus DPD dan DPC APDESI;
Bapak-Ibu hadirin undangan yang berbahagia.

Tadi yang terakhir yang disampaikan mengenai Bapak Pembangunan Desa. Yang layak itu Bapak-Ibu semuanya, bukan saya. Karena yang membangun desa itu Bapak-Ibu semuanya, yang bekerja keras membangun desa Bapak-Ibu semuanya. Saya itu bagian policy di atas, sudah itu. Jadi bapak pembangunannya itu, Bapak-Ibu semuanya.

Masuk ke urusan COVID-19, saya ingin informasikan perkembangan COVID-19 per hari ini. Coba kita lihat waktu COVID-19 pas tinggi-tingginya yang Omicron ya, yang Omicron. Dulu Delta kita pernah 56.000 (kasus) kemudian turun, turun, turun, hilang. Ganti Omicron, varian Omicron 64.000 (kasus) saat tinggi-tingginya, saat itu di pertengahan Februari.

Tadi siang saya telepon, berapa? Kemarin sore 2.700 alhamdulillah, dari 64.700 turun menjadi 2.700. Ini juga berkat kerja keras Bapak-Ibu semuanya dalam memberitahu masyarakat, dalam menganjurkan masyarakat untuk vaksinasi, untuk memakai masker, untuk menjaga jarak, untuk cuci tangan. Peran Bapak-Ibu sekalian ini yang tidak ada di negara-negara lain. Enggak ada, negara lain enggak ada. Mereka terkonsentrasi penyelesaiannya di rumah sakit, kita ini tidak, gotong-royong sampai ke jajaran yang paling bawah.

Kemudian yang kedua, perlu saya sampaikan, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh kepala desa, di mana sampai hari ini yang telah diberikan suntikan, suntikan yang telah diberikan kepada masyarakat totalnya itu sudah 374 juta vaksin, yang telah disuntikkan pada masyarakat. Itu juga berkat Bapak-Ibu semuanya dalam mengajak masyarakat untuk ikut divaksin, 374 juta itu bukan angka kecil lho. Menyuntikkan 374 juta kali itu bukan gampang, tapi kita bisa melakukan karena sekali lagi, gotong-royong kita.

Saya titip, untuk yang vaksin booster ini masih berada di angka 9,6 persen, baru 20 juta. Mari kita dorong lagi masyarakat untuk ikut vaksin booster. Agar apa? Memproteksi/melindungi rakyat kita dari COVID-19, dari varian-varian baru yang ada. Kalau kena pun, kalau sudah booster itu kalau kena pun ringan, bahkan banyak yang tidak merasa kena padahal dia kena.

Yang ketiga, yang berkaitan dengan Dana Desa. Sekali lagi saya ulang, sampai tahun ini dana yang disalurkan untuk desa itu Rp468 triliun ke desa. Jangan dipikir ini uang kecil lho, ini uang gede sekali, besar sekali. Dalam sejarah negara ini berdiri, desa diberi anggaran sampai Rp468 triliun itu belum pernah. Oleh sebab itu, hati-hati dalam mengelola/me-manage duit yang sangat besar sekali ini.

Sebetulnya kemarin kalau tidak ada COVID-19 di 2020, saya sudah berpikir akan menambah, melompatkan anggaran desa itu lebih gede lagi, tapi Tuhan belum mengizinkan. Karena uang yang dipakai COVID-19 di 2020 sudah Rp690 triliun, gede sekali, gede sekali. [Tahun] 2021 Rp740 triliun, gede sekali. Sehingga dana seluruh kementerian juga kita potong, kemudian dana untuk desa juga sedikit kita potong, sedikit lho ya, sedikit kita potong, tidak banyak, sedikit. Nanti tahun depan, insyaallah dikembalikan atau dinaikkan lagi.

Dari Rp468 triliun tadi, saya tadi bisik-bisik ke Pak Surta, “Pak Presiden, mbok ya di pemerintahan desa ini diberi dana operasional desa.” Sudah saya jawab di depan, tapi nanti saya ulang lagi waktu sambutan.

Pak Surta minta, “Pak kalau bisa ya 4 persen atau 5 persen dari total anggaran.” Ndak, ndak, ndak, ndak, ndak. Untuk yang pertama ya saya berikan 3 persen, nanti tahun berikut bisa ke 4 atau 5 persen. Ini tolong dicatat.

Bapak-Ibu semuanya kan juga sudah dapat dari pemerintah kabupaten, iya kan? Ini ada khusus untuk dana operasional, untuk Dana Desa-nya. Tapi saya menyadari betul kerja keras Bapak-Ibu sekalian karena hasilnya tadi sudah disampaikan oleh Pak Mendagri, Pak Tito, jadi jalan desa berapa, jadi embung berapa, jadi irigasi berapa, jadi jembatan berapa, semuanya jelas, konkret, fisik ada. Ini akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di desa, maupun nanti diagregatkan menjadi pertumbuhan ekonomi nasional.

Jalan desa, coba lihat jalan desa 227 ribu kilometer jalan desa, ada yang tidak percaya. “Pak, 227 ribu kilometer itu panjang sekali lho.”

Ya saya jawab, ya panjang, tetapi itu masih sedikit karena kalau dibagi dengan jumlah desa yang ada di negara kita 74.900, artinya itu baru 3 kilo(meter) per desa kira-kira, iya ndak? Kan biasa dalam satu desa ada tambahan 3 kilo(meter), tapi sebuah pekerjaan yang besar ini 3 kilo(meter) buat saya. Tapi itu pun masih ada yang sangsi. Ya kalau tujuh 74.900 kali 3 kan sudah kira-kira ya angka itu. Jadi masih ada banyak jalan-jalan di desa yang memang baru dibangun dan diperbaiki, utamanya dan utamakan jalan-jalan produksi yang menuju ke sawah, ke kebun itu yang didahulukan. Embung, irigasi, dan lain-lain, jembatan, pasar desa, BUMDes, tambatan perahu, banyak sekali, sudah saya cek satu persatu.

Kemudian yang berkaitan dengan kualitas hidup, banyak sekali. Pembangunan air bersih, posyandu, polindes, drainase, sumur, PAUD, MCK. Ini juga dari Dana Desa dan itu akan memperbaiki kualitas hidup, kualitas SDM dari masyarakat di pedesaan. Jangan ada yang menyangsikan betapa sangat bermanfaatnya Dana Desa yang telah kita kucurkan ke desa-desa, dan itu sekali lagi, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di desa, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

Saya hanya titip, ini sudah bolak-balik saya sampaikan, kalau membangun fisik atau pun nonfisik gunakan bahan-bahan material dari desa itu, dari desa Bapak-Ibu semuanya, paling jauh itu dari kecamatan. Mau beli semen ada di desa, beli di desa. Mau beli batu bata ada di desa itu, beli di desa kita sendiri. Supaya apa? Uang itu berputar terus di desa kita, paling jauh itu ke kecamatan kita. Jangan sampai uang itu kembali ke kota, apalagi kembali ke Jakarta, hati-hati. Kembali lagi ke sini, hati-hati. Berarti pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dan berkelanjutan, itu akan juga kembalinya ke pusat lagi. Usahakan ini, ini penting sekali.

Beli apa-apa semuanya dari desa kita, apa pun. Mau beli telur, misalnya tambahan gizi untuk anak, enggak perlu lah harus ke kota. Cari, mungkin terpaut harganya, terpaut, tapi tetap beli di desa kita, karena nanti uangnya berputar di situ terus, itulah yang akan menghidupi masyarakat kita, masyarakat desa. Pada akhirnya nanti akan menurunkan angka kemiskinan di desa, dan sudah kelihatan. Coba dilihat kurvanya sudah turun, turun, turun, turun terus, turun terus. Kita harapkan ini kalau enggak pandemi sepertinya sudah agak tajam, tapi karena ada pandemi, naik sedikit lagi. Ini yang kita harapkan, kenapa pembangunan itu dimulai dari desa.

Kemudian untuk tahun ini, tahun ini total yang ditransfer nantinya Rp68 triliun. Ini sampai pagi tadi saya cek sudah berapa sih serapannya? Masih 13,5 persen. Mungkin juga tadi keluhan dikarenakan laporan SPJ-nya yang terlalu ruwet dan bertele-tele, betul?

Pak Mendagri, ini coba diurus dengan Kementerian Keuangan agar yang namanya SPJ itu tidak ruwet-ruwet lah. Nanti para kepala desa ini, tidak ngecek jalan, tidak ngecek irigasi, tidak ngecek posyandu, malah urusan buat SPJ saja. Saya itu lihat SPJ sudah pusing juga. Saya aja yang ngeliat aja pusing, apalagi yang melaksanakan. Tapi saya sudah bolak-balik perintah mengenai ini, ternyata enggak mudah juga mengubah sistem akuntansi kita. Tapi moga-moga setelah keluhan ini nanti ditindaklanjuti oleh Mendagri, agar semuanya lebih simpel dan lebih mudah, lebih sederhana.

Kemudian, yang berkaitan dengan BLT Desa. Tadi Pak Ketua APDESI menyampaikan, jangan minimal 40 persen tapi maksimal 40 persen. Ya, saya setuju. Sehingga kepala desa bisa mengkreasi anggaran yang ada juga untuk kemungkinan keperluan-keperluan lain yang mendesak, yang di antara desa dengan desa satu itu berbeda-beda. Diskresi itu yang kita berikan kepada kepala desa.

Kemudian yang terakhir, mengenai stempel. Saya terus terang juga baru tahu, tadi di depan diberitahu Pak Surta, tadi diberitahu, kaget juga saya. Terus gambarnya apa kalau enggak.. Hanya tulisan saja?

Pak Menteri Dalam Negeri, ini dibuatin aja Instruksi Mendagri, capnya pakai burung garuda. Lho itu memang lambang negara kita kok, kalau dipakai oleh kepala desa ya wajar dan wajib toh. Clear semuanya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya sangat menghargai sekali kerja keras Bapak-Ibu semuanya dalam pembangunan di desa-desa yang kita miliki, dan kita harapkan kesejahteraan, kemakmuran di desa-desa kita segera bisa kita wujudkan.

Apa? Apa? Oh, gajinya sebulan sekali. Pak Mendagri, ini masih satu yang belum dijawab. Setiap bulan, sudah. Saya terus terang enggak tahu, masa gaji diberikan tiga bulan sekali. Saya enggak ngerti, saya enggak ngerti. Tapi baru ya sudah, akan segera kita ubah, akan kita usahakan setiap bulan ya.

Masih ada lagi sebelum saya mundur? Aduh ini usulannya banyak sekali, nanti saya jawab, saya jawab. Nanti dikumpulin saja di Pak Ketua APDESI, Pak Surta. Nanti kita kaji semuanya satu-satu, hal-hal yang menyebabkan desa tidak lincah, desa tidak cepat. Kemudian keputusan-keputusan yang bisa didelegasikan ke desa apa, nanti akan kita, semuanya kita ubah.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru