Pemenang Hackathon Pamer Aplikasi Perdagangan Dan Distribusi Di Istana Merdeka
Para komunitas programmer se-Indonesia yang menjadi pemenang Hackathon memamerkan lima aplikasi yang mereka janjikan sebulan lalu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/9) siang.
Baru saja teman-teman pemenang Hackathon sebulan lalu melaporkan hasilnya kepada Presiden. Jadi ada lima aplikasi, yaitu empat bersifat informasi laporan dari peran serta masyarakat, dan satu mulai mengarah kepada e-commerce, kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara kepada wartawan usai mendampingi para Hackathon menemui Presiden Jokowi.
Menurut Menkominfo, pertemuan Hackathon dengan Presiden Jokowi itu dihadiri oleh Menteri Perdagangan Thomas Lembong, dan Menteri Pertanian Arman Sulaiman karena aplikasinya berkaitan dengan perdagangan, distribusi, dan pangan.
Menkominfo memberi salah satu contoh yang dikembangkan adalah bagaimana partisipasi masyarakat menyampaikan informasi tentang harga pangan, ataupun produk di daerah, kemudian informasi tersebut akan di pool ke pusat di Jakarta, sehingga bisa dilakukan analisis harga di setiap daerah tertentu, berdasarkan kode-kode wilayah.
Jadi manfaatnya, kita mengetahui secara riil harga di pasar seperti apa. Oleh karena itu, kami juga mengajak partisipasi masyarakat, karena manfaatnya juga untuk masyarakat, kata Menkominfo.
Rudiantara menyebut nama Ainun Najib sebagai orang yang berinisiatif untuk mengadakan Hackathon pertama di Indonesia yang dilakukan sebulan lalu di Gedung Krida Bhakti dan diikuti oleh 300 peserta. Hackathon berikutnya akan dilakukan 24-25 Oktober 2015 di 18 lokasi di seluruh Indonesia.
Code4Nation
Ainun Najib sendiri mengatakan, komunitas programmer se-Indonesia pada 23-24 Agustus 2015 lalu telah berhasil mengadakan Hackathon bersama Kantor Staf Presiden (KSP). Nama kami Code4Nation ingin berkontribusi untuk negeri dengan cara mengadakan lomba membuat aplikasi yaitu Hackathon Merdeka. Selama 24 jam membuat aplikasi oleh 300 lebih peserta dari usia 11-62 tahun yang terbagi dalam 80 tim, ungkapnya.
Dari Hackathon Merdeka itu, lanjut Ainun, didapat lima pemenang yang diberi waktu sebulan oleh Presiden untuk menyempurnakan aplikasinya. Dan pada Selasa (22/9) ini, mereka demo presentasi aplikasi finalnya.
Menurut Ainun, waktu itu Hackathon Merdeka 1 problem statement-nya adalah masalah harga komoditas pangan dan aplikasi yang dipresentasikan hari ini akan di follow up bersama kementerian terkait.
Untuk nanti Hackathon Merdeka 2.0, kata Ainun, edisinya adalah Sumpah Pemuda, karena itu rencananya akan dilaksanakan serentak di 18 kota di Indonesia, jong Sumatera sampai jong Maluku untuk mencoba menyelesaikan masalah data kependudukan. Misalnya data penduduk miskin, data anak terlantar, data anak putus sekolah, BPJS, KTP, dsb, terang Ainun.
Solusi Revolusioner
Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong menilai, aplikasi yang ditampilkan para komunitas program itu yang berkaitan dengan produk petani, produk pangan, juga ada aplikasi yang berkaitan dengan hasil laut adalah solusi yang kita cari.
Inilah solusi abad ke-21 untuk berbagai masalah pangan, harga pangan, disparitas harga pangan, dan distorsi di dalam distribusi nasional. Saya anggap ini suatu solusi yang revolusioner dan akan memanfaatkan masyarakat secara partisipatif. Kami sangat bersyukur atas inisiatif ini dan kami akan dukung sepenuhnya, kata Mendag.
Menurut Mendag, Presiden Jokowi memberikan arahan agar aplikasi yang dihasilkan dari para Hackathon itu dapat segera diterapkan. Pasti dari pihak-pihak kementerian, seperti perdagangan, pertanian, dan kelautan, harus segera. Mentan sudah mengundang tim ini ke kantor beliau, besok pagi, ujarnya.
Ia menyebutkan, keuntungan bagi pemerintah adalah sistem ini sifatnya desentralisasi, sifatnya crowdsourcing. Jadi benar-benar gerakan grassroot, dari bawah. Jadi sudah eranya, eranya internet, apalagi mobile internet.
Jadi data dari masyarakat itu sudah pasti lebih akurat daripada data dari atas ke bawah. Dan ini real time, jadi kecanggihannya ini menggunakan geotagging, menggunakan lokasi dengan sistem kode pos, bahkan juga bisa mengambil data GPS atau BTS kalau untuk SMS. Jadi langsung secara geografi juga ketahuan, terang Mendag.
Soal kredibilitas harga, Mendag mengemukakan, para Hackathon itu telah memberikan contoh, yaitu bawang merah di Brebes. Di petani jualnya cuma di harga Rp 6-7 ribu, tapi di pasar di Jakarta bisa sampai Rp 20 ribu.
Disparitas harga ini yang minimum dengan aplikasi ini bisa lebih transparan. Jadi petani di Brebes bisa tahu harga jual di Jakarta kok tinggi sekali, kok saya tidak kebagian. Dan sebaliknya, konsumen di Jakarta juga tahu, kok petani jualnya murah sekali, kenapa di sini jadi tinggi harganya. Itulah transparansi yang kita harapkan, pungkas Mendag. (DND/RAH/ES)