Pemerintah Dorong Batam Jadi Pusat Pengembangan Klaster Industri Elektronik Bernilai Tambah Tinggi

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 April 2018
Kategori: Nusantara
Dibaca: 5.789 Kali
Menperin ketika melakukan kunjungan kerja di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (13/4). (Foto: Kemenperin)

Menperin ketika melakukan kunjungan kerja di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (13/4). (Foto: Kemenperin)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong Batam menjadi pusat pengembangan klaster industri elektronik yang bernilai tambah tinggi.

Upaya ini untuk mendukung implementasi Making Indonesia 4.0, karena industri elektronik merupakan salah satu dari lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan dalam penerapan teknologi di era revolusi industri keempat.

“Hingga sekarang yang telah berkembang di Batam itu industri berbasis perkapalan, yang juga mensuplai marine offshore. Sektor ini terpengaruh dengan siklus harga perminyakan,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, ketika melakukan kunjungan kerja di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (13/4).

Dengan merosotnya harga minyak mentah dunia beberapa waktu lalu, pertumbuhan sektor industri galangan kapal di Batam sempat mengalami penurunan. “Saat ini, perekonomian Batam hanya dua persen. Untuk itu, kami tengah memacu daya saing industri berbasis elektronik. Selain itu, yang juga menjadi potensi adalah industri maintenance, repair, and overhaul (MRO),” papar Menperin.

Peluang besar memajukan industri elektronik di Batam, diyakini Airlangga, karena di kota tersebut terdapat kawasan industri yang 70 persennya diisi oleh produsen elektronik beserta penghasil beragam komponen pendukungnya. “Ini yang akan kami dorong siklusnya untuk melengkapi industri elektronik di Batam, dari industri recycle sampai yang memiliki nilai tambah tinggi,” tuturnya.

Contohnya, di kawasan industri Batamindo, telah berdiri PT Infineon Technologies sejak tahun 1999 yang memproduksi semikonduktor dan solusi sistem untuk kebutuhan komponen elektronik di sektor otomotif, komunikasi dan energi. Salah satu produk unggulan dari perusahaan asal Jerman ini adalah mikroelektronik yang diaplikasikan pada powertrain kendaraan untuk efisiensi mesin listrik atau hibrida.

“Perusahaan ini sebagai top three di dunia. Di bidang energi, produknya nomor satu di pasar. Mereka mampu memenuhi kebutuhan untuk komponen elektronik power plant, smartphone dan otomotif,” ungkap Menperin. Bahkan, produk lainnya dari Infineon, tambah Menperin, juga bisa diaplikasikan untuk mendukung sistem internet of things, yang menjadi salah satu ciri teknologi Industri 4.0.

Secara global, Infineon memiliki 36 pusat R&D dan 18 pabrik. Keuntungan Infineon dari penjualan produk semikonduktor secara global pada tahun 2017 diperkirakan mencapai USD414 miliar atau naik dibanding perolehan tahun sebelumnya sebesar USD339 miliar. Di kawasan Asia Pasifik, Infineon menyerap tenaga kerja sebanyak 18 ribu orang, dengan kontribusi dari Batam sekitar 2.000 karyawan.

Optimalkan kemampuan

Guna mengoptimalkan kemampuan industri elektronik di Batam, menurut Airlangga, pihaknya terus berupaya menarik investor masuk lebih banyak agar semakin memperdalam struktur industrinya dan meningkatkan nilai tambah produknya terutama untuk memenuhi pasar ekspor.

“Kebanyakan industri di Batam itu untuk global market, karena potensinya dekat dengan Singapura dan lokasinya sangat strategis, sehingga harusnya bisa tumbuh lebih tinggi,” ujar Menperin seraya menyampaikan bahwa pasar industri elektronik untuk komponen otomotif masih cukup besar.

Peluang tersebut sejalan dengan upaya pemerintah yang sedang menggenjot sektor kendaraan, seperti pengembangan mobil listrik. Selain industri elektronik, industri otomotif juga ditetapkan sebagai sektor percontohan implementasi Industri 4.0, yang diikuti pula industri makanan dan minuman, kimia, serta tekstil dan pakaian.

Lebih lanjut, komponen elektronik yang juga bernilai tambah tinggi seperti yang digunakan di perangkat smartphone. Terlebih lagi, saat ini pengguna gadget semakin banyak, sehingga dapat mendorong Batam mewujudkan klaster industri yang menghasilkan multiplier effect. “Batam ini kan jadi outsourcing untuk produksi smartphone. Isi dari smartphone kan ada chips, dan chips itu telah diproduksi di Batam,” imbuhnya.

Menperin menyebutkan, empat langkah strategis yang telah disiapkan dan akan dijalankan dalam upaya mengakselerasi pengembangan industri elektronik di Indonesia agar mampu memasuki era Industri 4.0, yaitu menarik pemain global terkemuka dengan memberikan paket insentif menarik, mengembangkan kemampuan dalam memproduksi komponen elektronik yang bernilai tambah tinggi.

Selanjutnya, meningkatkan kompetensi tenaga kerja dalam negeri melalui berbagai program pelatihan agar semakin terampil dan inovatif sesuai kebutuhan dunia industri saat ini, serta mengembangkan pelaku industri elektronik dalam negeri yang unggul untuk mendorong transfer teknologi ke industri serupa lainnya.

“Kami juga terus berupaya agar industri elektronik di Indonesia mengurangi ketergantungan kepada bahan baku atau komponen impor. Untuk itu, kami memacu industri elektronik dalam negeri agar tidak hanya terkonsentrasi pada perakitan, tetapi juga terlibat dalam rantai nilai yang bernilai tambah tinggi,” paparnya.

Selain mengunjungi kawasan industri Batamindo dan meninjau PT Infineon Technologies, dalam agenda kerja di Batam saat itu, sebelumnya Menperin memberikan pemaparan mengenai Implementasi Industi 4.0 di Indonesia pada Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia.

Pengembangan Industri MRO

Pada hari yang sama, Menteri Airlangga melanjutkan kegiatannya untuk melihat secara langsung industri perawatan dan perbaikan pesawat (MRO) milik Lion Group, yakni Batam Aero Technic (BAT) di area Bandara Hang Nadim, Batam. Dengan berdiri di atas lahan seluas 28 hektare, selain menjadi bengkel untuk pemeliharaan dan perawatan pesawat, BAT juga memiliki fasilitas uji pesawat.

Menperin mengatakan, pemerintah sedang mendorong tumbuhnya industri MRO di Indonesia. Hal ini lantaran masih banyak potensi pengembangan sektor ini yang diintegrasikan dengan beberapa bandara di dalam negeri.

“Seperti arahan Bapak Presiden Joko Widodo, industri perawatan pesawat ini sangat penting. Harusnya Indonesia punya daya saing tinggi dan ini menjadi peluang besar kita, dengan banyak jumlah bandara. Karena, kalau ada pesawat dari luar negeri yang rusak, bisa dirawat oleh pekerja kita,” ungkap Airlangga.

Menperin menambahkan, industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.

“Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga sekitar delapan persen dan Indonesia adalah merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India,” paparnya.

Ke depannya, bisnis industri MRO ini juga cukup menjanjikan seiring meningkatnya sektor pariwisata dan perekonomian di Tanah Air. Selain itu, adanya industri perawatan pesawat bisa menurunkan biaya dari industri penerbangan, salah satunya biaya impor komponen pesawat. (BIRO HUMAS KEMENPERIN/EN)

Nusantara Terbaru