Penandatanganan Perjanjian oleh Indonesia Investment Authority (INA) Tahun 2022, di Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan, Provinsi DKI Jakarta, 14 April 2022
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati para Menko, para Menteri, Direktur Utama Waskita Karya, Hutama Karya, Waskita Toll Road,
Bapak Ibu sekalian yang saya hormati.
Sudah sering saya sampaikan, betapa pentingnya yang namanya infrastruktur. Daya saing kita, produk-produk yang diproduksi di negara kita, akan sulit berkompetisi dengan negara lain apabila infrastruktur kita tidak baik. Empat puluh tahun lebih kita membangun jalan tol dan dalam 40 tahun kita telah membangun 780 kilometer jalan tol.
Kemudian 2014, kita dorong betul agar jalan tol ini segera semuanya tersambungkan, baik yang Trans Jawa maupun Trans Sumatra, dan beberapa di Kalimantan dan Sulawesi. Saya enggak tahu sampai terakhir hari ini. Pak Menteri PU, sudah berapa kilometer yang dibangun dalam tujuh tahun ini? 1.900 kilometer. Yang sebelumnya 40 tahun, 780 kilometer.
Apa yang berbeda dari situ? Saya lihat problemnya adalah selalu pembiayaan. Tidak mencari alternatif-alternatif pembiayaan. Ketergantungan pada APBN. Ketergantungan pada keuangan yang dimiliki oleh BUMN-BUMN kita atau diserahkan kepada swasta, yang juga ternyata dalam sekian tahun juga tidak berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, karena pentingnya yang namanya infrastruktur, yang multiplier effect-nya akan ke mana-mana, kita munculkan yang namanya INA, sovereign wealth fund kita, Indonesia Investment Authority yang dikomandani oleh Pak Ridha.
Ini adalah sebuah alternatif, scheme pembiayaan yang sebelumnya enggak pernah kita pikirkan, muncul, dan hari ini saya sangat senang telurnya pecah. Sudah ditandatangani tadi, nilainya kurang lebih Rp39 triliun lebih. Ini akan memberikan efek kepercayaan/trust dari domestik maupun dari internasional, terhadap cara-cara pengelolaan keuangan kita, manajemen yang kita harapkan nanti governance yang ada di INA, tata kelola yang ada di INA betul-betul memang bisa menumbuhkan sebuah trust/kepercayaan dari internasional maupun domestik. Banyak akan investasi masuk lewat INA, dan INA bisa nanti bekerja sama dengan BUMN maupun swasta yang kita harapkan akan memberikan efek ekonomi terhadap negara kita.
Saya senang karena membayangkan yang namanya Jalan Tol Trans Sumatra dari Lampung sampai ke Aceh, 2.900 kilometer. Kalau hitung-hitung biayanya per kilometer 90-100, 10 miliar per kilo(meter)nya, kebutuhan anggarannya berapa? Gede sekali.
Dan saya senang, hitung-hitungan terakhir yang Bakauheni sampai Terbanggi Besar, Terbanggi Besar sampai ke Kayu Agung, IRR-nya (Internal Rate of Return)-nya sudah mencapai mungkin berapa, 9 sampai 10 betul, Pak Ridha? Sembilan sampai 10. Dan yang di Jawa, kalau di Jawa biasanya sudah 12-13, sudah pasti dapat. Kombinasi ini, Trans Jawa digabungkan dengan Trans Sumatra sehingga bisa diterima secara bisnis oleh INA.
Inilah saya kira scheme model pembiayaan yang akan terus kita kembangkan dan kepercayaan itu akan muncul, setelah telur ini pecah. Insyaallah akan semakin besar investor-investor yang akan masuk ke Indonesia lewat INA, bukan hanya jalan tol tetapi untuk proyek-proyek besar yang memberikan efek ekonomi terhadap negara kita.
Sekali lagi, saya menyampaikan selamat kepada INA (Indonesia Investment Authority), Hutama Karya, Waskita Karya, Waskita Toll Road yang semuanya sudah saling percaya dan kita harapkan nanti pembangunan tol di ruas-ruas yang lain bisa lebih dipercepat.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.