Penerbangan Menuju Destinasi Pariwisata

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 September 2017
Kategori: Opini
Dibaca: 109.685 Kali

arif-khOleh: M. Arief Khumaedy

Penerbangan menuju Destinasi Pariwisata perlu ditingkatkan, dalam rangka mendukung kontribusi sektor pariwisata dalam meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan rakyat. Seperti diketahui sektor pariwisata di harapkan mampu memberi kontribusi pada pembangunan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya di berbagai kesempatan menyatakan bahwa Pariwisata merupakan penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling murah dan mudah.  Hal senada juga terdapat dalam pembahasan di sidang kabinet yang dipimpin Presiden, bahwa “pariwisata merupakan sektor yang paling cepat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah harus all out dalam mengembangkan industri pariwisata.  Semua kementerian  harap mendukung terhadap program pariwisata”. Pada tahun 2015 sektor pariwisata mampu menyumbangkan 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. Memang Indonesia masih menduduki peringkat ke empat ASEAN pada tahun 2015 dari sudut jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, yaitu sejumlah 10.406.759 orang, namun Indonesia berada pada peringkat tertinggi dari sisi kontribusi terhadap PDB yang mencapai USD 82,4 miliar. Apabila di bandingkan dengan Thailand yang jumlah kunjungan wisatawan mancanengara mencapai 29.881.091 orang (tertinggi di ASEAN), namun di lihat dari sisi kontribusi terhadap PDB hanya sebesar USD 81,6 Miliar.  Pada tahun-tahun berikutnya kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB ini diharapkan semakin meningkat.

Pertumbuhanan positif sektor pariwisata Indonesia juga terlihat dari peningkatan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Sektor pariwisata pada tahun 2015 berada pada peringkat keempat  penyumbang devisa nasional, sebesar 9,3% dibandingkan dengan industri lainnya. Pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata tertinggi yaitu 13%, dibandingkan industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit yang mengalami pertumbungannya negatif. Sektor pariwisata mampu menyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan atau sebesar 8,4% secara nasional dan menempati urutan ke empat dari seluruh sektor industri. Terkait dengan penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata mampu tumbuh sebesar 30% dalam waktu 5 tahun. Sektor pariwisata ini mampu berperan menciptakan lapangan kerja dengan biata termurah, yaitu hanya dengan US$ 5000 per satu pekerjaan, dibanding industri lainnya yang rata-rata sebesar US$100.000 per satu pekerjaan.  Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang ditargetkan mencapai 10 juta orang, dalam realisasinya pada tahun 2015 sudah dapat mencapai 10,41 juta orang atau 100,26%, dan meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp9,4 juta orang. Peningkatan kunjungan wisatawan tersebut berpengaruh pada penerimaan devisa yang meningkat mencapai Rp163 triliun,  melampui target Rp144 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 113,2%.

Negara kita Indonesia memiliki potensi sumber daya alam, budaya dan tradisi  yang dapat dikembangkan untuk lebih meningkatkan kepariwisataan nasional. Perkembangan pencapaian di bidang pariwisata sudah mulai tampak. Terjadi peningkatan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global yang sangat signifikan, yaitu dari rangking 70 dunia di tahun 2013 menjadi rangking 50 di tahun 2015 (World Economic Forum/WEF). Penilaian World Economic Forum (WEF) tersebut menunjukkan bahwa pariwisata Indonesia  tumbuh secara positif, namun demikian kita belum boleh berpuas diri karena peringkat pariwisata Indonesia masih di bawah Singapura di peringkat 11, Malaysia di peringkat 25 dan Thailand diperingkat 35. Salah satu penyebabnya adalah penerbangan langsung ke destinasi yang masih rendah di samping pengembangan industri pariwisata di negara-negara Asean tersebut.

Penerbangan langsung yang masih rendah dan terbatas menjadi salah satu penyebab mendasar rendahnya kunjungan wisata ke Indonesia. Menurut catatan Kementerian Pariwisata bahwa telah ada penerbangan yang langsung menuju Indonesia, yaitu dari Australia, Tiongkok, Jepang dan United Kingdom (UK), dengan frekwensi yang tidak lebih banyak dibandingkan dengan negara negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Saat ini belum ada penerbangan langsung ke Indoneia dari negara Eropa seperti negara Perancis dan Jerman, serta dari negara Asia seperti India.  Apabila di cermati keberhasilan negara negara Thailand dalam menarik kunjungan wisata adalah adanya penerbangan langsung dan dengan frekwesi yang tingggi.  Wisatawan dari Malaysia d tahun 2015 tercatat lebih banyak berkunjung ke Thailand, yaitu sebesar 3,408 juta orang, dibandingkan dengan yang berkunjung ke Indonesia yaitu sebanyak 1,504 juta orang. Faktor jumlah penerbangan langsung dari Malaysia ke Thailand dengan frekwensi yang cukup banyak diduga sangat berpengaruh terhadap pencapaian kunjungan wisatawan Malaysia ke Thailand. Kawasan Asia Tenggara juga menjadi tujuan wisatawan dari negara India yang berpenduduk 1,4 miliar tersebut. Salah satu tujuan wisata wisatawan India tersebut adalah Thailand, yaitu  sebagai destnasi yang paling banyak di kunjungi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Kunjungan wisatawan India ke Thailand  di tahun 2015  sebesar 1,060 juta orang, sedangkan  ke Singapura sebanyak 838 ribu orang, ke Malaysia sebarak 785 ribu orang. Sedangkan kunjungan wisatawan India  ke Indonesia hanya sekitar 283 ribu orang. Angka kunjungan wisatawan asal  India ke Indonesia tersebut tercatat sangat jauh dibandingkan ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal tersebut diperkirakan karena faktor tidak adanya penerbangan lansung dari India ke Indonesia.

Hal yang sama tampak dari kunjungan wisatawan Perancis yang lebih banyak berkunjung di Thailand dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Terdapat sekitar 679 ribu wisatawan Perancis yang berkunjung ke Thailand di tahun 2015.  Angka tersebut berbeda jauh jika di bandingkan jumlah kunjungan wisatwan Perancis ke Indonesia sebanyak 221 ribu orang. Pencapaian Thailand dalam menggait wisatawan dari Perancis ini tidak terlepas dari kepopuleran Thailand di hadapan wisatawan dan kemungkinan kemudahan akses menuju Thailand tersebut. Wisatawan dari Australia  lebih banyak berkunjung ke Indonesia di tahun 2011, 2014 dan 2015, sedangkan Singapura menjadi pilihan wisatawan Australia di tahun 2012 dan 2013.  Kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia tersebut mencapi jumlah 1,214 juta orang, sedangkan yang berkunjung ke Thailand sebesar 811 ribu orang, ke Malysia berjumlah 579 ribu orang dan 866 ribu orang ke Singapura. Kunjungan wisatawan Australia tersbeut tidak terlepas dari Destinasi Wisata Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.  Di samping itu dari sisi aksesibiltas dari Australia telah ada penerbangan langsung ke Indonesia.

Negara kita sejatinya mempunyai potensi pariwisata yang luar biasa besar, seperti keindahan alam dan deretan pantai yang indah dan memukau mengitari kepulauan di Indonesia, Geopark, situs, cagar budaya dan peninggalan budaya lainnya, serta tradisi dan kehidupan masyarakat yang spiritualistik tersebar di Nusantara. Potensi tersebut perlu dikembangkan, seperti yang kemukakan Presiden Joko Widodo bahwa “Pariwisata menjadi salah satu sektor yang akan dikembangkan, karena potensi pariwisata Indonesia.  Oleh karena itu, perlu perhatian terhadap promosi, perbaikan produk-produk pariwisata, dan marketing. Upaya terpenting yang harus dilakukan di bidang pariwisata, yaitu membangun positioning, diferensiasi, branding, dan promosi yang benar”. Maka pada saat ini sedang dan terus dibangun dan dikembangkan assebilitas, amenitas dan atraksi. Bandara-bandara  di Indonesia, termasuk yang menuju akses destinasi wisata dibangun dan di kembangkan, rute dan jumlah penerbangan ditambah, yang ditujukan dalam rangka mendukung  akses wisatawan ke Destinasi wisata. Untuk mendukung dan memudahkan kunjungan wisatawan manca negara tersebut salah satunya adalah penerbangan langsung ke Indonesia.

____

Asisten Deputi pada Kedeputian Bidang Kemaritiman, Sekretariat Kabinet

Opini Terbaru