Pengantar Presiden Joko Widodo pada Rapat Terbatas mengenai Pendidikan Vokasi dan Implementasinya, 16 November 2017 Pukul 14.30 WIB Di Istana Kepresidenan Bogor
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Rapat Terbatas sore hari ini akan kita lanjutkan pembahasan mengenai, yang pertama, pendidikan vokasi, dan yang kedua, yang berkaitan dengan undang-undang pendidikan yang menurut saya perlu adanya revisi, agar universitas atau akademi, politeknik luar bisa mendirikan perguruan tinggi di Indonesia.
Tahun 2030 nantinya kita memerlukan tambahan 58 juta tenaga terampil untuk menjadikan ekonomi kita bisa masuk pada peringkat tujuh dunia. Dan kita sekarang memang fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi pada tahapan besar kedua kita akan masuk kepada pembangunan sumber daya manusia. Kita melihat sekarang ini perubahan-perubahan dunia yang begitu sangat cepatnya ini perlu kita antisipasi, sehingga saya berharap pendidikan kita yang sudah mungkin lebih dari 30 tahun tidak ada perubahan-perubahan yang sangat mendasar, ini bisa kita ubah. Sehingga pembangunan sumber daya manusia itu betul-betul bisa mengikuti perubahan-perubahan yang ada di dunia, baik nantinya akan kita fokuskan pada pendidikan vokasi (vocational training), politeknik, dan ini sangat penting sekali dalam menghadapi perubahan yang akan datang.
Pada sore hari ini, kita juga mengundang Mas Nadiem Makarim, plus Mas Adamas Belva Syah untuk juga nantinya memberikan pandangan-pandangan apa yang kita perlukan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang sangat cepat ini, baik pendidikan yang mestinya, saya pernah berdiskusi lama dengan mereka berdua ini, mengenai bahasa-bahasa coding, mengenai bahasa yang berkaitan dengan data, mengenai bahasa-bahasa yang berkaitan dengan apapun ke depan yang diperlukan.
Sering saya sampaikan bolak-balik di universitas, di SMK misalnya, kita lebih dari 30 tahun, misalnya, contoh Fakultas Ekonomi kita jurusannya itu-itu saja. Jurusannya untuk akuntansi, ekonomi perusahaan, atau ekonomi pembangunan, sudah, enggak pernah berubah dari itu. Akuntansi, manajemen, ekonomi pembangunan, sudah. Bu Menkeu dari jurusan apa? Mesti jurusannya tiga itu saja, mesti. Padahal dunia sudah berubah begitu sangat cepatnya. Kenapa enggak ada yang berani, salah satu universitas mendirikan fakultas digital ekonomi, yang jurusannya toko online, misalnya, jurusannya mengenai ritel manajemen, logistik manajemen. Enggak ada saya lihat, 30 tahun kita seperti ini terus. Padahal dunia betul-betul sudah sangat berubah sekali. Inilah saya kira terobosan yang harus kita lakukan.
Dan juga untuk kompetisi persaingan antar universitas, agar ada pembanding-pembanding yang baik, saya juga ingin agar ada universitas dari luar negeri yang bisa mendirikan entah politeknik, entah universitas, yang bisa mendirikan di Indonesia. Biar kita memiliki pembanding, baik dari sisi manajemen, dari sisi kurikulum, dan yang lain-lainnya. Tanpa itu kita enggak akan mempunyai pembanding yang baik. Apakah kita ini sudah benar atau belum benar.
Saya kira itu sebagai pembuka yang bisa saya sampaikan. Mungkin untuk mengawali, mungkin sedikit pandangan, silakan Nadiem sama Belva menyampaikan. Dua menit, dua menit saja.