Peninjauan Program Mekaar Binaan Permodalan Nasional Mandiri (PNM), 1 Februari 2019, di Alun-Alun Cepoko, Kabupaten Magetan, Jawa Timur

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 1 Februari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.349 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati Ibu Menteri BUMN, Pak Sekretaris Kabinet, Bapak Gubernur Jawa Timur beserta Ibu, Bapak Bupati Kabupaten Magetan beserta Ibu, Pak Dirut PNM,
Serta Ibu-ibu semuanya seluruh nasabah Program Mekaar yang pagi hari ini hadir di sini.

Sugeng enjing
Ibu-ibu.
Sae sedanten nggih?
Alhamdulillah.

Program Mekaar?
(Jujur, Disiplin, Kerja Keras!)
(Jujur, Disiplin, Kerja Keras!)
(Jujur, Disiplin, Kerja Keras!)

Ya, jujur, disiplin, dan kerja keras. Kenapa Ibu-ibu ini diberikan Program Mekaar dengan uang yang tidak sedikit lho? Ada yang Rp2 juta, tadi ada yang Rp3 juta, ada yang Rp4 juta tadi. Kenapa diberi? Karena Ibu-ibu dianggap jujur dan bisa dipercaya. Karena dapat Rp4 juta, dapat Rp3 juta, dapat Rp2 juta pakai agunan ndak? Artinya Ibu-ibu itu dipercaya, nggih mboten? Itu yang harus dijaga, kepercayaan itu harus dijaga. Kalau sudah dicap tidak bisa dipercaya, sulit sekali akan mendapatkan pinjaman bantuan seperti ini.

Oleh sebab itu, harus mengangsurnya tepat waktu, tepat waktu. Kalau bisa setiap hari itu menabung, menabung Rp20.000, Rp20.000, Rp20.000, Rp20.000, nah seminggu bisa, nih, enggak usah tiap nanti siang mau pertemuan, sekarang wuah wuah wuah cari sana, cari sini. Itu namanya tidak disiplin. Kalau yang disiplin tiap hari. Misalnya cicilannya Rp130 ribu misalnya, ya kan, ya menabung, Rp20.000, Rp20.000, Rp20.000, Rp20.000, berarti seminggu dapat Rp140.000. Pas hari H-nya tinggal, nih, begitu. Bukan nanti siang pertemuan, masih pagi masih pencak silat ke sana, pencak silat ke sini. Ada yang begitu ndak? Tapi kelihatannya senyum-senyum. Enggak ada nggih? Enggak ada. Enggak lah, kalau di Magetan enggak ada seperti itu.

Yang ketiga kerja keras, kerja keras. Kalau kita memiliki usaha tanpa dibarengi dengan semangat kerja keras, lupakan, kalau ingin maju, enggak akan bisa maju. Enggak akan. Percaya. Harus dengan kerja keras.

Saya ceritakan, diri saya sendiri saja. Saya dulu memulai juga sama seperti Ibu-ibu,  jangan dipikir ujug-ujug begitu, ndak. Ujug-ujug terus dadi, nduwe perusahaan gede. Mboten. Ndak. Mboten ngoten. Dulu juga sama, orang saya juga enggak punya agunan. Enggak punya agunan, benar, enggak punya agunan. Terus apa yang saya jual? Kepercayaan, bisa dipercaya. Pinjam sepuluh (juta), pertama saya dulu sepuluh (juta), dapat. Dipercaya, tapi saya jaga itu. Tambah jadi tiga puluh (juta), tapi bekerjanya juga setelah subuh sampai tengah malam. Benar. Begitu sudah mulai meningkat, meningkat itu, kadang saya tidur di tempat kerja. Enggak percaya, tanya Bu Jokowi. Pulang sudah tengah malam, pulang tengah malam. Nggih ngoten memang. Dipikir, malas-malasan bisa maju. Enggak akan. Percaya saya, enggak akan. Kerja keras lah, kita ini akan bisa maju. Setuju mboten?

Nah, begitu. Kalau orang normal nggih tho misalnya ini, kerja jam delapan sampai jam tiga, kita juga kerja normal jam delapan sampai jam tiga, jangan berpikiran untuk maju, ya normal mawon ning mboten maju. Saya alami, kerja betul-betul dari pagi sampai tengah malam, sampai pagi, biasa. Biasa saya. Jadi kalau badan saya sampai kurus begini ya  karena itu.  Lho benar niki.

Jadi saya titip itu, tiga hal itu betul-betul kita hayati betul: jujur, disiplin, kerja keras. Nggih.

Ini ada yang dapat Rp2 juta mana? Dapat Rp2 juta, ini berarti banyak yang baru.
Yang dapat Rp4 juta tadi ada? Rp4 juta, oh udah agak banyak berarti.
Yang dapat Rp3 juta? Oh ya banyak juga.

Nah, nanti kalau sudah naik Rp4 juta, naik lagi, ingin yang lebih gede, Rp25 juta, kita pindah ke KUR. Pindah kelas ke KUR, KUR itu bisa Rp25 juta sampai ke Rp500 juta. Lho kalau ingin punya toko yang gede, kalau enggak dapat Rp500 juta dari mana? Kita ini punya pilihan, nggih, pilihan, “oh saya ini dari gerobak, saya ingin punya warung kecil.” Pilihannya ada dua, kita menabung setiap hari, nggih mboten? Nabung, nabung, nabung, nanti 20 tahun kita baru beli, iya kan? Atau kita pinjam sekarang untuk beli warung, tapi menyicil juga, sama saja. Nggih mboten? Bedane pengin saiki opo pengin besok 20  tahun lagi atau 30 tahun lagi. Nggih mboten? Nah yang penting itu tadi, jujur, disiplin, kerja keras.

Dan punya hitung-hitungan. Oh kalau saya pinjam Rp2 juta ini, saya berarti harus menyicil setiap hari, menabung berapa dihitung. Mampu ndak, bisa ndak, kalau ndak jangan. Enggak usah mengambil, kalau mampu, oh tapi mampu, tapi saya biasa kerja jam delapan pagi sampai jam dua belas siang, berarti saya harus melipat kerjanya dua kali. Ngoten mawon. Hitung-hitungannya harus ada lho. Ibu-ibu pakai pembukuan mboten? Pakai Nggih. Pembukuan ada uang keluar, uang masuk, dicatat, catat.

Coba yang dapat Rp4 juta tadi, tunjuk jari, maju. Cobi Bu, maju.
Yang dapat Rp2 juta coba tunjuk jari, maju Bu.
Yang dapat Rp3 juga, mriki Bu, kok niko, enggak apa sudah semangat, mriki pun.

Nah, saya beri contoh ini, produknya siapa tadi ya, Ibu Nggih, Nggih. Saking pundi? Pundi? Kepolorejo. Kepolorejo Nggih. Bu sinten? Bu Andreasari. Panggilannya? Bu Andre. Bukan Bu Sari, Bu Andre. Nah, Bu Andre itu punya produk seperti ini, saya melihat ini brambang goreng nggih, brambang goreng. Produknya ini bagus, nggih, kerso nggih. Saya belum mencoba, tapi saya melihat, oh barang ini bagus, nggih. Tapi barang bagus itu belum cukup, pembeli mesti tanya harganya berapa. Berapa Bu? Rp6.000. Nggih. Rp6.000, pasti orang akan membandingkan di tempat lain berapa, di sini ada Rp8.000, oh pasti beli yang Rp6.000. Jadi menentukan harga itu hati-hati. Menentukan harga itu hati-hati, dilihat pesaingnya siapa, jualnya berapa. Nggih. Nah barang yang sama, murah ini beli ini.

Terus orang akan juga melihat, kemasannya seperti apa, kemasan, nggih. Oh ini dikemas dengan plastik, oh bagus, sehat, kelihatan tidak kotor, bagus, tapi ada yang kurang, apa ini yang kurang? Apa? Izin Dinkes? Izin boleh. Mereknya Nggih? Nah. Penting yang namanya nama ini penting, didesain yang bagus, di sini begitu ya, kemudian diberi nama, Brambang Goreng Bu Andre. Sambil ada yang di sini gambarnya tersenyum begitu. Nah. Ini penting seperti itu, setiap produk itu mesti mulai diberi nama, tapi namanya yang bagus, Brambang Goreng Bu Andre. Bagus. Setuju? Nggih.

Sekarang dikenalkan Bu, nama.

(Dialog Presiden RI Perwakilan Peserta Program Mekaar)

Tapi saya titip Ibu-ibu, nggih, titip, kalau dapat pinjaman Rp2 juta, gunakan semuanya untuk modal usaha, untuk modal kerja, nggih. Jangan dipakai untuk lain-lainnya. Semuanya. Kalau dapat keuntungan, baru kalau mau dipakai untuk apa saja. Tapi jangan dari modal pinjaman tadi. Itu untuk modal kerja, modal usaha. Jangan sampai dapat Rp2 juta, yang Rp1 juta untuk beli ini. Nggih. Apa tho ini? Nggih. Atau untuk beli ini. Nggih. Saya titip betul. Pakai semuanya untuk modal kerja, modal usaha, nggih.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih Ibu-ibu.

Oh ini, sebentar. Ini karena biasanya saya ngasih sepeda. Nggih mboten? Sekarang enggak boleh karena mau pilpres. Jadi saya beri ini saja, foto. Ini fotonya. Lebih bagus foto. Karena ini fotonya ini ada tulisan tuh di sini ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Yang lain ingin? Tadi enggak maju.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terakhir saya minta yel-yel lagi untuk Ibu-ibu Mekaar.

Ibu-ibu Mekaar?
(Jujur, Disiplin, Kerja Keras!)

Ibu-ibu Mekaar?
(Jujur, Disiplin, Kerja Keras!)

Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru