Peninjauan Program Mekaar Binaan Permodalan Nasional Mandiri (PNM), 10 Januari 2019, di Stadion Gongseng, Cijantung, Jakarta Timur

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 10 Januari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.684 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati Pak Menko Perekonomian, Pak Gubernur DKI Jakarta, para Menteri Kabinet Kerja yang hadir, Pak Kepala Bekraf, Pak Dirut PNM beserta seluruh jajaran Direksi PNM, serta Bapak-Ibu sekalian seluruh nasabah Program Mekaar yang sore hari ini hadir di sini.

Ini semuanya sudah dapat pinjaman? Berapa? Rp2 juta, Rp3 juta, Rp4juta. Rp 5 juta ada? Rp10 juta ada? Yang dapat Rp2 juta sudah berapa bulan? Berapa? Ada tiga minggu. Yang Rp4 juta sudah berapa bulan? Dua minggu, satu bulan, oke enggak apa-apa.

Yang paling penting Program Mekaar ini diberikan kepada Ibu-ibu agar kegiatan usahanya menjadi lebih besar lagi. Kalau sekarang masih pada posisi super mikro nanti bisa naik ke mikro, bisa naik ke usaha kecil, usaha menengah, dan seterusnya.

Ada yang buka warung? Ada? Silakan. Kalau dulunya warungnya kecil kalau sudah dapat Rp2 juta mestinya barang-barangnya menjadi lebih banyak dan lebih gede. Jangan dulu warungnya gede dapat Mekaar malah jadi kecil. Jangan seperti itu.

Saya lihat di Bogor, ada ibu-ibu jualan gorengan dapat dari Mekaar Rp2 juta, setelah itu seminggu dia sudah membuka lagi nasi uduk, nah ini benar, ini berkembang. Ada yang jualan nasi uduk dapat Rp2 juta kemudian dia ngembangin lagi di sebelahnya jualan bakso, nah ini benar. Tapi jangan sampai yang sebelumnya jualan bakso dengan jualan nasi uduk, dapat Rp2 juta malah hanya nasi uduk, berarti yang ini ke mana? Kemarin juga ada yang di Tambora, ketemu juga dengan ibu-ibu Program Mekaar, punya warung seperti ini dapat Rp2 juta. Saya tanya, “Bu kok dagangannya sedikit?” “Enggak Pak, ini Rp2 juta kita pakai semuanya.” “Ya, mana barangnya?” “Ini Pak,” dibuka ternyata di dalam banyak sekali. Itu benar.

Jadi uang itu betul-betul gunakanlah untuk usaha. Kalau ada untung alhamdulillah Rp2 juta misalnya, omzetnya per hari Rp500.000 dapat untung Rp100.000 misalnya, tabung, dapat untung Rp200.000 tabung, alhamdulillah. Dapat untung Rp150.000, tabung, alhamdulillah, seperti itu.

Setiap minggu mengangsurnya berapa? Rp90.000? Ya Rp90.000, kecil kalau itu. Kalau usahanya jalan, kecil, enteng dan kecil. Oleh sebab itu, saya titip jangan sampai dapat Rp2 juta, nah yang Rp1 juta untuk beli pakaian. Ini hati-hati, jangan sampai seperti itu, enggak bisa mengembalikan, hati-hati. Ini dibeli tadi dari keuntungan bisa, tapi bukan dari pokok pinjaman. Dapat Rp2 juta yang Rp1 juta untuk beli ini, apa? Enggak tahu, ini pokoknya. Itu juga tidak boleh, Itu hanya dipakai untuk usaha. Kalau mengangsurnya baik-baik, meningkat lagi menjadi bisa Rp4 juta, meningkat lagi Rp4 juta menjadi menjadi naik lagi. Kalau sudah di atas Rp8 juta Ibu-ibu semuanya dilepas dari Program Mekaar untuk masuk ke bank, ke program KUR. Silakan, mau dapat Rp25 juta bisa, dapat Rp15 juta bisa, naik lagi jadi Rp50 juta bisa. KUR sekarang paling banyak berapa ya? Kalau mikro sampai Rp25 juta, kalau yang kecil sampai Rp500 juta. Itu meningkat, meningkat itu, dari super mikro Rp2 juta, nanti masuk menjadi mikro Rp25 juta, masuk lagi menjadi usaha kecil sampai Rp500 juta, usahanya berkembang terus. Jangan sampai yang namanya usaha itu tetap enggak berkembang-berkembang, tahu-tahu hilang, habis. Usaha itu kalau enggak berkembang pasti nanti akan hilang dan habis. Itu rumus. Hati-hati. Jadi usaha itu harus dikembangkan terus.

Ini kan ada pendampingnya kan? AO (account officer)-nya mana? Ketemuan berapa hari sekali? Sebulan sekali? Seminggu sekali? Oke, oke. Bisa diikuti terus? Nasabah-nasabah ini bisa diikuti terus? Bisa? Benar? Oke.

Sekarang maju AO satu, sini.
Yang nasabah yang sudah dapat Rp3 juta siapa, silakan Bu maju.
Ada yang jualan gorengan? Ada? Mana? Ada yang jualan nasi uduk?

(Dialog Presiden RI dengan Penerima Program Mekaar)

Siti Ayuningtyas (Account Officer Program Mekaar di Jagakarsa)
(Siti Ayuningtyas menceritakan bahwa bertanggungjawab terhadap sekitar 120 orang nasabah, ada pertemuan mingguan dengan nasabah untuk mengambil angsuran dan memberikan arahan, misalnya mengingatkan nasabah agar dana yang diterima digunakan untuk usaha.)

Presiden Republik Indonesia
Pokoknya diingatkan terus ya, diingatkan, diingatkan agar Ibu-ibu ini usaha lancar, angsurannya juga lancar. Oke. Hati-hati, saya dulu awal juga seperti Ibu-ibu semuanya lho. Waktu saya masih mikro, saat itu dapat pinjaman Rp10 juta, naik lagi setelah dua tahun menjadi Rp30 juta, naik lagi, naik lagi, naik lagi. Tapi usahanya menjadi lebih gede karena naik kelas, naik kelas, naik kelas, begitu. Jangan sudah bertahun-tahun hanya Rp2 juta, berarti usahanya enggak berkembang.

Ya, silakan. Bu.

Mani Mayanti (Pedagang Kasur Lantai)
(Mani Mayanti menjual kain kasur lantai seharga Rp50.000-60.000 dengan keuntungan per minggu berkisar Rp200.000-Rp300.000 dan cicilan Rp135.000.)

Presiden Republik Indonesia
Berarti masih ada sisa, oke. Yang penting harus ada sisa, jangan untungnya hanya Rp100.000 dipakai untuk menyicil Rp135.000, tekor namanya. Untungnya lebih tinggi dari angsuran yang akan kita cicil, harusnya seperti itu.

Silakan Bu.

Dahlia (Penjual Nasi Uduk dan Gorengan)
(Dahlia sebelumnya hanya berjualan gorengan, sekarang juga menjual nasi uduk dan makanan lainnya karena adanya tambahan dana dari Program Mekaar.)

Siti Ayuningtyas (Account Officer Program Mekaar di Jagakarsa)
Kita setelah pencairan libur dua minggu. Selama dua minggu kita nanti minta daftar notanya, belanja apa saja.

Presiden Republik Indonesia
Hati-hati Ibu-ibu ya, kita ini memulai memberikan pelatihan untuk pembukuan, meskipun sangat sederhana. Ada pembukuan, ada uang masuk, uang keluar untuk beli apa, untuk apa? Nanti kalau Ibu naik kelas masuk ke KUR, ke bank itu sudah punya pembukuan, tinggal dikasih ke bank, “ini, untungnya di situ tercatat ini.” Bank sudah, kalau ada pembukuannya. Memang harus belajar seperti itu. Jangan Rp2 juta beli ini, beli ini, beli ini, ditanya untuk beli apa, beras lima kilogram, enggak bisa dihapalin, tercatat, dicatat. Beli minyak berapa kilogram, berapa liter, dicatat, sehingga menjadi jelas hitungannya.

Ibu-ibu ini mau meningkat ndak sih? Mau meningkat? Ingin meningkatnya cepat atau lama? Cepat? Ya sudah, silakan kembali. Terima kasih.

Jadi yang maju biasanya saya beri sepeda tapi kali ini enggak boleh membagi sepeda karena sudah mau pemilu. Jadi tidak boleh membagi sepeda jadi sekarang saya membaginya foto. Ini, lebih bagus foto. Ini foto ini lebih mahal, ini foto Istana. Ini ada tulisannya ini, ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Pak Dirut saja tidak punya. Ini, terima.

Baik, saya rasa itu Ibu-ibu ya. Saya ingin nanti setahun lagi atau dua tahun lagi kita ketemu, Ibu-ibu sudah meningkat pada tingkatan yang lebih tinggi. “Pak, saya sekarang sudah punya nasi uduk, gorengan. Ada yang jualan bakso, “warung saya tidak satu, sekarang warung saya sudah lima,” harus sudah bisa cerita seperti itu dengan saya. Jangan sampai kita ketemu masih nasi uduk, ketemu nanti nasi uduk lagi, itu yang kita enggak mau.

Saya rasa itu yang bisa sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, selamat berusaha, berkarya, semoga Ibu-ibu semuanya meningkat ke level yang lebih baik.

Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru