Peninjauan Program Mekaar Binaan Permodalan Nasional Mandiri (PNM), 25 Januari 2019, di Lapangan Alun-Alun Kota Bekasi, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 Januari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.366 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu was salamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati Ibu Menteri BUMN, Pak Menteri Sekretaris Negara, Pak Sekda Provinsi Jawa Barat, Pak Wawali Kota Bekasi, serta Pak Dirut PNM,
Serta Ibu-ibu semuanya seluruh penerima Program Mekaar yang siang hari ini hadir serta para AO.

Tadi yelyelnya sebetulnya apa ya? Mekaar ya? Coba yelyelnya lagi.

Ibu Mekaar!
Jujur!
Disiplin!
Kerja Keras!
Itu kuncinya kalau Ibu-ibu ingin sukses dan berhasil dalam usaha.

Apa tadi?
Jujur!
Disiplin!
Kerja Keras!
Kalau tiga hal itu tidak dilakukan, jangan berharap Ibu-ibu sukses.

Saya dulu juga memulai usaha dari uang yang sangat kecil sekali. Ini berapa pinjamannya? Rp2 juta? Saya dulu Rp10 juta, bedanya itu saja.  Dari Rp10 juta meloncat lagi menjadi Rp30 juta. Ini juga sama, Ibu-ibu ini kan baru memulai, ya kan? Diberi Rp2 juta dulu, kalau nanti setengah tahun – setahun disiplin, baik, mau naik kelas menjadi Rp4 juta, silakan. Nanti kalau sudah Rp4 juta bagus lagi, naik lagi silakan. Kalau masuk di Program Mekaar sudah enggak bisa, berarti loncat ke KUR yang bisa Rp25 juta sampai Rp500 juta.

Tapi sekali lagi, yang namanya program ini adalah harus disiplin mengembalikan, disiplin mengangsur. Jangan sampai dapat Rp2 juta, yang Rp1 juta untuk beli ini, tidak boleh. Rp2 juta penuh 100 persen harus semuanya dipakai untuk modal kerja, untuk modal usaha. Jangan dipakai untuk yang lain-lain. Beli ini nanti kalau sudah ada keuntungan. Atau beli ini, tidak dulu, tidak dulu. Kalau nanti usahanya sudah berkembang, keuntungannya sudah kelas, silakan ambil, tapi dari keuntungan bukan dari pinjaman pokok. Hati-hati, hati-hati, hati-hati. Karena kita itu sering seperti itu.

Dulu tetangga saya juga seperti itu, dapat Rp30 juta. Waduh pulang senang, duit banyak, satu tas Rp30 juta. Besoknya beli sepeda motor Rp15 juta. Saya sudah mikir, ini nanti pasti enam bulan sepeda motornya diambil, pinjamannya tidak bisa mengembalikan. Benar, waktu sebelum enam bulan, sebulan – dua bulan masih waduh gagah, mutar-mutar. Mutar kampung gagah, mutar RT sepeda motornya baru. Enam bulan, enam bulan, enam bulan, setelah itu bingung tidak bisa mengembalikan, baru bingung, tapi sudah terlambat.

Jadi saya titip, ini gunakan betul Rp2 juta kalau sebulan masih bisa menabung, menabung. Rp500 ribu, tabung alhamdulillah. Ada sisa Rp300 ribu, tabung alhamdulillah. Nah ini nanti yang keuntungan ini kalau sudah gede dipakai lagi mengembangkan usaha yang lain. Misalnya, sekarang jualan nasi goreng, dari keuntungan-keuntungan bisa mengembangkan menjadi tambah nasi uduk. Berkembang lagi untungnya, tambah lagi gorengan, terus berkembang. Dulunya belum punya warung bisa punya warung, begitu lho. Itu  yang namanya berkembang seperti itu.

Saya mengalami, saya mengalami perjalanan seperti itu. Jangan tergesa-gesa. Tergesa-gesa itu ya tadi, dapat Rp2 juta, yang Rp1 juta biar tambah cantik beli ini. Sudah, ini sudah. Ya tambah cantik, tapi enggak bisa mengembalikan. Hati-hati, saya titip itu saja.

Ini yang sudah dapat Rp4 juta ada? Enggak ada?
Rp3 juta ada? Siapa yang dapat Rp3 juta? Oh, ini Rp3 juta semua?
Yang dapat Rp1 juta?
Rp2 juta? Oh, Rp2 juta juga ada?
Oke, coba maju yang dapat Rp2 juta, satu orang saja! Tunjuk jari dulu! Sebentar, ya boleh. Yang dapat Rp2 juta maju, ya Bu maju!
Yang dapat Rp3 juta mana? Dapat Rp3 juta? Dapat Rp3 juta? Sebentar, ya silakan Bu Rp3 juta, maju Ibu. Ini, ini, Ibu. Ya, sudah.

Ini kalau disuruh maju kok pada senang banget ngapain sih? Enggak dapat sepeda lho. Disuruh maju jangan minta sepeda lho ya!  Sudah, sudah.

Silakan dikenalkan Bu, nama.

(Dialog Presiden RI dengan Perwakilan Penerima Program Mekaar)

Siti Badriah (Penjual Nasi Goreng)
(Siti Badriah menyampaikan bahwa ia memperoleh Rp2 juta dari Program Mekaar. Sebelum menerima pinjaman dari Program Mekaar, Siti hanya berjualan nasi goreng, sekarang dia juga berjualan buah-buahan, mie goreng, dan mainan.)

Presiden Republik Indonesia
Ini artinya pinjaman ini ada membuat perkembangan usaha. Benar. Terus seminggu atau sebulan menyicilnya? Setiap minggu atau setiap sebulan.

Siti Badriah (Penjual Nasi Goreng)
Setiap harinya Bapak, saya celengin itu buat bayar mingguan, saya matiin itu sehari Rp20.000.

Presiden Republik Indonesia
Ini disiplin namanya, disiplin. Jadi mengumpulkannya harian. Betul. Bu Badriah betul, disiplin, setiap hari Rp20.000, Rp20.000, terus disiplin. Ini disiplin namanya, disiplin. Benar ini, sudah betul. Kalau bisa harian, disiplin, enteng. Kalau setiap hari bisa disiplin seperti Bu Badriah, enteng. Betul, benar, sudah betul.

Terus nanti kalau sudah Rp2 juta terus berkembang, berkembang, tahun depan Ibu mau tambah ndak ya?

Siti Badriah (Penjual Nasi Goreng)
Insyaallah Pak, kalau diberi kesehatan saya ingin menambah lagi. Menambahnya inginnya kalau dikasih kepercayaan ya Rp4 juta.

Presiden Republik Indonesia
Rp4 juta, oke. Kepercayaan itu munculnya dari Ibu, dari Ibu, dari Ibu, bukan dari kita. Kalau memang cicilannya bagus, angsurannya bagus, artinya Ibu-ibu dapat dipercaya. PNM, Program Mekaar pasti akan memberikan tambahan, itu otomatis. Ini kita ini jualan kepercayaan, yang kita jual ini kepercayaan. Ibu kan tidak diminta agunan kan? Artinya apa? Yang dijual kepercayaan. Hati-hati.

Saya dulu juga enggak punya agunan, yang saya jual juga apa? Kepercayaan. Tapi setelah punya agunan baru bisa gede, bisa gede nanti. Ini menjual kepercayaan. Hati-hati. Begitu Ibu-ibu tidak dipercaya itu konsumen pasti hilang. Begitu Ibu-ibu tidak dipercaya pasti siapapun tidak akan membantu, entah Program Mekaar, entah perbankan, enggak akan. Hati-hati.

Kita ini yang dari kecil seperti ini harus menjual kepercayaan betul. Tunjukkan bahwa kita bisa dipercaya. Hati-hati, kepercayaan itu mahal. Begitu hilang yang namanya kepercayaan terhadap diri kita, sudahlah, mau jualan apa saja sulit. Mau pinjam ke Mekaar, entah ke perbankan juga sulit karena sudah ada tinta hitam, garis merah di situ. Hati-hati.

Saya senang tadi Bu Badriah tadi setiap hari disiplin Rp20.000, Rp20.000, Rp20.000, benar.

Ya sudah, silakan Bu.

Murtiyah (Pemilik Warung)
(Ibu Murtiyah menyampaikan bahwa ia memiliki warung yang menjual minuman kemasan. Dia memperoleh pinjaman Rp3 juta dari Program Mekaar yang digunakan sebagai tambahan modal berjualan, yaitu untuk membeli lemari es dan menambah jenis minuman yang dijual. Jika sebelum memperoleh pinjaman keuntungan usahanya hanya dapat untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, saat ini Murtiyah sudah dapat menabung dari keuntungan tersebut.)

Presiden Republik Indonesia
Sekarang ada lebih, ditabung, dicelengin, sama sebagian untuk angsuran. Ya sudah, pintar Bu Murti.

Bu Murti, ada keinginan apa ketemu saya?

Murtiyah (Pemilik Warung)
Saya ingin ketemu Bapak, ngefans banget Pak. Benar saya demi Allah, Pak, ngefans sama Bapak. Maksudnya suka saja, begitu.

Presiden Republik Indonesia
Ya ngefans lah oke. Karena ngefans saya, saya beri. Karena ini mau pemilu, tidak boleh memberi sepeda. Kalau boleh saya beri tadi, tapi enggak boleh saya beri foto saja. Ini fotonya. Ini. Ini foto ini lebih mahal dari sepeda karena di sini ada tulisannya, ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Ini dari Istana.

Bu Badriah sudah, ini Bu Murti, ini. Sudah. Sudah, silakan kembali.

Oke. Ya saya ingin tadi cerita-cerita dari Bu Murtiyah, dari Bu Badirah, tadi betul-betul memberikan inspirasi kepada kita. Terutama tadi, saya senang tadi setiap hari bisa menabung, nyelengi Rp20.000, Rp20.000, Rp20.000. Jadi waktu mau mengangsur sudah siap. Nih, berikan ke AO, ke Mekaar. Memang harus disiplin seperti itu. Kalau ada keuntungan tadi dipilah. Tadi Bu Murti tadi betul. keuntungan dipilah, ini untuk mengangsur ada, ini yang untuk keuntungan ini ada. Nanti ini dipakai, keuntungan dipakai untuk apa? Mengembangkan usaha yang lebih baik lagi. Memang harus seperti itu.

Dan tolong, yang kedua, ini untuk AO, Ibu-ibu ini diajari pembukuan. Pembukuan kecil lah, pakai buku begitu, uang keluar, uang masuk, barang keluar, barang masuk. Sehingga nanti kalau sudah ada pembukuan mau melompat ke KUR itu sudah siap. KUR mengecek sudah, kita punya pembukuan, “oh ini berarti Ibu-ibu ini rapi, pembukuannya rapi, uang keluar-masuk tercatat semuanya.” Memang harus seperti itu. Kalau mau gede, memang harus disiplin seperti itu. Enggak ada cara lain, enggak ada cara lain. Karena apapun nanti kalau sudah masuk KUR artinya Ibu dicek pembukuannya, bagus enggak. Usahanya bagus tapi pembukuannya enggak bagus belum tentu diberi. Tapi kalau usahanya bagus, pembukuannya bagus, pasti langsung diberi.

Ini di sini hadir dari BNI hadir. Jadi dilihat, Ibu-ibu nanti akan dilihat, kalau sudah kira-kira dengan Program Mekaar sudah mentok, enggak bisa naik lagi, ya meloncat ke KUR.

Saya rasa kemarin yang di Garut, saya juga bertemu dengan ibu-ibu Mekaar banyak yang sudah melompat ke KUR. Bagus, artinya usahanya berkembang. Dulu enggak punya warung, jadi punya warung di pasar. Kan inginnya begitu semua kan? Inginnya begitu semua. Dulu jualan di jalan, menjadi jualan tetap karena memiliki warung. Tapi ya itu, memang untuk melompat ke tempat yang lebih tinggi itu butuh tadi, butuh tiga tadi. Apa? Satu, jujur; kedua, disiplin; ketiga, kerja keras. Itu yang dibutuhkan.

Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru