Penyaluran Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), 14 Maret 2019, di Grha Sasana Kasih, STMIK Atma Luhur, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kabupaten Bangka Belitung
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati Bapak Menteri Sosial, Bapak Kepala Staf Kepresidenan,
Yang saya hormati Bapak Gubernur Bangka Belitung beserta Ibu,
Bapak Ketua DPRD Provinsi, Bapak Wali Kota Pangkal Pinang beserta Ibu, Pak Pangdam, Pak Kapolda,
Bapak-Ibu sekalian penerima manfaat PKH yang siang hari ini hadir serta SDM PKH yang saya hormati,
Hadirin yang berbahagia.
Ibu-ibu bulan Januari sudah terima transfernya? Sudah? Masih ada saldo banyak? Habis, sudah habis. Insyaallah nanti di awal Bulan April dilihat saldonya, insyaallah sudah ditransfer lagi. Ya berarti kan kurang dua minggu lagi, tinggal sebentar, dua minggu lagi ditransfer lagi.
Dan perlu saya ingatkan lagi bahwa yang namanya Program Keluarga Harapan (PKH) ini diberikan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan juga kesehatan, gizi. Untuk beli seragam sekolah boleh? Untuk beli sepatu boleh? Sepatu sekolah? Boleh. Untuk beli buku sekolah? Untuk beli pulsa? Siapa yang bilang boleh tadi? Maju ke depan saya beri sepeda. Silakan maju, beli pulsa boleh silakan maju. Janjian kita begitu ini untuk beli pulsa kita cabut ya. Hati-hati, hati-hati, hati-hati. Untuk beli ikan boleh? Gizi? Untuk beli ikan boleh? Bagi anak-anak kita boleh ya. Untuk beli sayur boleh? Untuk beli telur boleh? Dimasak untuk siapa? Untuk suami? Untuk Ibu sendiri? Untuk anak? Untuk suami boleh, untuk Ibu juga boleh, tapi anak tolong diberikan prioritas.
Saya, ini pengalaman saya, kecilan saya dulu, saya itu lahir di pinggir kali, rumah saya tahun 70-an pernah digusur, saya harus mengontrak dengan keluarga saya, pindah, pindah, sampai empat kali, pernah saya alami semuanya. Dulu saya ingat, kalau beli telur satu begini, kecil-kecil, segini-segini, saya kebagian kecil segini. Saya ingat betul. Ini jangan, Ibu kan sudah dapat PKH, beri anak telur satu gitu, ikan satu gitu. Jangan kayak masa kecil saya, telur satu saja waduh, dirajang-rajang jadi delapan, jadi empat, jadi enam. Saya alami semuanya hal-hal seperti itu.
Jadi kita tidak ingin anak-anak kita ini kurang gizi, anak-anak kita ini stunting. Tahu ya stunting ya? Kerdil. Enggak boleh. Anak-anak kita harus kita beri gizi sebanyak-banyaknya agar sehat, agar pintar, agar cerdas, agar bisa sekolah.
Oleh sebab itu, diberikan PKH. Jangan sampai PKH untuk beli ininya Ibu. Ini (baju), tahu ya ini ya, nah. Atau untuk beli ini (bedak). Tidak boleh, tidak boleh.
Ini yang saldonya masih lebih dari satu juta ada? Enggak ada? Ada yang lebih dari Rp500.000? Masih ada? Yang sudah habis tunjuk jari? Waduh, semua tunjuk jari. Aduh, aduh, aduh, aduh, masyaallah. Senang saya habis, asal manfaatnya tepat sasaran, untuk pendidikan, untuk bayar sekolah, untuk beli gizi anak-anak kan enggak apa-apa, enggak apa-apa.
Coba yang habis tunjuk jari sekali lagi mana? Habis semuanya ini, ya Allah. Ini coba maju Ibu, sini maju sini. Ibu sini maju. Habis juga? Maju yang habis. Yang masih isi Rp500.000 ada ndak? Enggak ada. Masih berapa ini? Rp500.000. Oh ini masih Rp500.000, boleh. Habis, habis, Rp500.000, nah kita tanya satu-satu.
Dikenalkan nama Bu.
(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Perwakilan Penerima PKH)
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Nama saya Ibu Rojiah. Dari Kelurahan Lontong Pancur, Pangkal Balam, Pangkalpinang, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Pangkalpinang. Iya, Pangkalpinang. Saya diberitahu kelurahan-kelurahan ini enggak tahu di mana. Dijelasin sana, sana, mana juga saya enggak ngerti. Tahunya Pangkalpinang, tahunya Bangka Belitung, gitu. Karena negara kita ini provinsi saja ada 34, kota/kabupaten ada 517, pulau kita punya 17.000 pulau. Kelurahan/desa kita memiliki 75.000. Masa saya bisa hafal?
Sekarang pertanyaan, Ibu Bulan Januari dapat transfer berapa?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Rp1.150.000.
Presiden Republik Indonesia
Rp1.150.000, wah gede. Dipakai untuk apa?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Untuk biaya sekolah anak. Untuk jajan anak sekolah, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Biaya sekolah anak berapa?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Yang SMA Rp60.000 satu bulan. Beli baju sekolah anak, Pak. Baju sekolahnya, seragamnya, Rp1.650.000. Seragam pelayaran, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Oh, seragam pelayaran, ya mahal, betul. Berarti ininya habis?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Habis, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Habis sama sekali?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Ada Rp6.000 lebih.
Presiden Republik Indonesia
Tinggal Rp6.000 lebih ya namanya habis. Rp6.000 lebih, masyaallah, masyaallah. Tinggal Rp6.000, oke tinggal Rp6.000.
Nanti awal April akan ada transfer lagi ya, kurang lebih sama mungkin sama, mau dipakai apa? Harus gini lho ya, hati-hati ya, Ibu-ibu hati-hati, kalau sebelum dapat transfer itu sudah punya perencanaan dipakai untuk apa. Nomor satu dipakai untuk beli seragam, dua dipakai untuk bayar sekolah, tiga dipakai untuk beli telur, empat dipakai… Harus dirinci begitu lho ya. Jangan nanti ada transfer langsung kaget, waduh ini transfer ini sudah keluar lagi satu juta, langsung bingung beli. Jangan seperti itu lho. Direncanakan, uang ini harus tepat sasaran. Direncanakan, satu untuk beli apa, dua untuk beli apa, tiga untuk beli apa, empat untuk beli apa, lima untuk beli apa, direncanakan. Mulai merencanakan keuangan keluarga, direncanakan. Jangan nanti baru ditransfer kita baru bingung untuk apa ya, untuk apa. Bisa nanti beli ini, beli ini nanti, hati-hati, hati-hati. Ketahuan nanti SDM PKH, pendamping PKH, hati-hati lho. Ya.
Untuk apa Bu?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Untuk menambah biaya baju sekolah anak, masih kurang Rp1.350.000.
Presiden Republik Indonesia
Berarti masih sisa lagi delapan ratusan, untuk beli apalagi?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Uang sekolahnya Pak, belum bayar.
Presiden Republik Indonesia
Uang sekolah Rp60.000, masih sisa lagi.
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Iya. Masih sekolah, buku-bukunya Pak.
Presiden Republik Indonesia
Buku-buku juga murah, enggak ada Rp100.000. Dipikir saya enggak tahu?
Rojiah (Dari Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Beli bukunya itu langsung, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Masih Rp700.000, untuk beli apalagi? Nah, ini, ini, saya titip direncanakan, untuk apa itu direncanakan.
Silakan Bu.
Titik Suwarti
Assalamualaikum, Bapak Presiden. Nama Ibu Titik Suwarti. Alhamdulillah, banyak-banyak mengucapkan terima kasih sudah dapat PKH. PKH, Program Keluarga Harapan. Banyak-banyak terima kasih. Semoga Bapak sehat, panjang umur, dilindungi oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Presiden Republik Indonesia
Ya, ini, ini saya lihat saldonya wah benar ini masih Rp586.000. Nanti berarti ditransfer lagi kan, awal April, dua minggu lagi ditransfer lagi. Yang paling penting saya titip pemakaian uang PKH ini hati-hati betul. Contohnya Ibu Titik bisa mengendalikan sehingga masih ada sisa saldo Rp580.000, ini bagus.
Titik Suwarti
Kemarin diambil Rp200.000 buat modal, bikin jualan pempek-pempek sama itu bakwan. Ada untungnya Rp20.000 simpan itu di celengan buat lebaran.
Presiden Republik Indonesia
Bagus, dicelengin kan? Betul, bagus, itu…
Silakan, silakan Bu. Kenalkan Bu namanya.
Pariyana (Dari Kelurahan Gabek II, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Nama saya Ibu Pariyana, dari Gabek II.
Presiden Republik Indonesia
Oke, Ibu di Januari ditransfer berapa dari kita?
Pariyana (Dari Kelurahan Gabek II, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Rp1.250.000, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Rp1.250.000. Sekarang masih berapa?
Pariyana (Dari Kelurahan Gabek II, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Habis, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Habis itu berapa? Masih sisa saldo berapa?
Pariyana (Dari Kelurahan Gabek II, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Rp60.000 lebih.
Presiden Republik Indonesia
Rp60.000, ya masih bagus dibanding yang Rp6.000, masih bagus. Oke. Nanti kalau awal April ditransfer lagi, jreg, kurang lebih sama, mau dipakai untuk apa?
Pariyana (Dari Kelurahan Gabek II, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Untuk keperluan sekolah, Pak. Untuk beli baju baru, Pak. Kan mau itu untuk kenaikan. Baju baru sekitar dua ratus, Pak. Itu anaknya ada dua, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Oh anaknya ada dua, dua ratus. Oke, oke Rp200.000, berarti masih satu juta.
Pariyana (Dari Kelurahan Gabek II, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
SMK-nya Pak, SMK-nya kan lebih mahal Pak. SMK-nya sekitar, kalau mau beli baju itu kan sekitar tujuh ratusan, Pak.
Presiden Republik Indonesia
Baiklah. Jadi sisanya untuk? Tadi kan masih sisa.
Pariyana (Dari Kelurahan Gabek II, Kecamatan Pangkal Balam, Kota Pangkalpinang)
Untuk itu Pak, keperluan untuk kita pangan Pak. Keperluan makan.
Presiden Republik Indonesia
Oke. Terima kasih Bu.
Ini saya beri hadiahnya ini, ini, ini. Ini, ini kalau ditukar TV juga dapat ini. Benar. Dulu biasanya kan kalau saya suruh maju saya beri sepeda. Ini kalau ditukar sepeda bisa dapat dua puluh. Ini lho, album foto ini, albumnya ini, ini kan cepat ini tadi sudah ada, tapi yang mahal itu ini lho, ada tulisannya, Istana Presiden Republik Indonesia, ini. Enggak percaya, tukar sepeda akan dapat dua puluh.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, saya minta agar dana yang ada di tabungan Ibu-ibu semua betul-betul dipakai untuk hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, baik yang berkaitan dengan pendidikan, baik yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi anak. Jangan keluar dari situ. Untuk beli pulsa tidak boleh. Suaminya minta untuk beli rokok tidak boleh. Boleh ndak untuk beli rokok? Boleh ndak untuk beli rokok suami? Enggak cinta suami. Boleh ndak beli rokok untuk suami? Tetap enggak boleh, benar. Tapi diberitahu baik-baik suaminya, Pak, tidak boleh untuk beli rokok. Ini untuk anak-anak kita biar sehat, biar pandai, biar pintar. Beritahu baik-baik bapaknya, Bapak cari sendiri, gitu, beritahu begitu.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.