Penyaluran Bantuan Sosial Program Ketahanan Keluarga dan Bantuan Pangan Non Tunai, 22 Februari 2019, di GOR Laga Tangkas, Bogor, Jawa Barat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati Pak Menteri Sosial, Pak Sekretaris Kabinet,
Yang saya hormati Pak Wakil Gubernur, Ibu Bupati Kabupaten Bogor, Pak Ketua DPRD Kabupaten Bogor,
Serta Bapak-Ibu sekalian, utamanya Ibu-ibu penerima Program PKH dan Bantuan Pangan Non Tunai yang sore ini hadir,
Serta para pendamping SDM PKH,
Ibu-Bapak sekalian yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Tadi di depan ada yang ngambil, nih ngambil ATM. Saya tanya, ambil berapa, Bu? Rp100.000. Ada lagi datang, ambil berapa, Bu? Rp50.000. Saya bisik-bisik, saldonya masih berapa? Habis Pak, tinggal Rp160.000, saya ambil Rp100.000 tinggal Rp60.000.
Januari, telah kita kirimkan PKH tahapan pertama, betul? Ada yang menerima Rp1,6 (juta), ada yang menerima Rp1,2 (juta), ada yang menerima dua koma, betul? Tapi ternyata sudah habis. Enggak apa-apa, yang paling penting penggunaannya harus tepat. Hati-hati, menggunakannya harus tepat karena tahapan kedua akan dicairkan masih awal Bulan April. Diingat-ingat, awal Bulan April. Jadi masih kira-kira sebulan lebih, sebulan lebih.
Yang paling penting, sekali lagi, anggaran PKH ini sudah ada. Nanti dikirimkan terus kepada Ibu-ibu semuanya, gunakan untuk kepentingan-kepentingan sesuai dengan yang sudah kita sampaikan. Untuk beli seragam sekolah, boleh? Untuk beli buku sekolah, boleh? Untuk beli tas sekolah, boleh? Untuk bayar sekolah, boleh? Untuk beli telur, boleh? Untuk beli ikan, boleh? Boleh, tapi untuk anak kita biar gizinya baik, biar sehat, biar pintar.
Kalau untuk bapaknya untuk beli rokok, boleh? Siapa yang ngomong tidak boleh tunjuk jari. Siapa yang ngomong, ayo tunjuk jari. Untuk beli rokok suami boleh ndak? Tunjuk jari, enggak boleh. Mana yang enggak boleh? Itu ada yang enggak ngacung berarti boleh? Tidak boleh. Hati-hati, kalau ketahuan, dikirim Rp1.600.000, ambil Rp1.000.000, diberikan suami Rp200.000 untuk beli rokok, hati-hati, ini bisa kita cabut, ya. Ini janjian ya, janjian, janjian, janjian, tidak boleh. Kalau ada yang ngomong ke Ibu-ibu, lho, berarti tidak cinta suami, Pak? Cinta, pada suami cinta, tetapi untuk PKH tidak boleh.
Beri tahu baik-baik ke suami, Pa, uang ini tidak boleh untuk beli rokok, Papa/Bapak, cari sendiri. Ngomong-nya yang halus gitu, jangan dibentak-bentak, enggak boleh! enggak boleh! Katanya Pak Jokowi enggak boleh! Jangan gitu, nanti bapaknya marah kepada saya. Beri tahu halus, hati-hati, Pak tidak boleh, meskipun hanya Rp50.000 enggak boleh, nanti kalau ketahuan ini bisa dicabut. Jadi untuk beli rokok benar-benar tidak boleh, sudah, itu.
Ini ada yang menerima Bantuan Pangan Non Tunai? Ada? Mana? Siapa? Oh, hampir semua ya? Ya enggak semua lah, hampir semua menerima. Berarti menerima Bantuan Pangan sekaligus PKH? Enak banget. Tadi saya di depan masih bingung, ini kok ambil PKH kemudian juga ambil di beras tadi. Baru tahu saya kalau dapatnya dua, iya kan? Oh, oke, tahu, tahu, tahu.
Oke sekarang coba maju ke depan. Sebentar, sebentar, maju ke depan yang menerima Bantuan Pangan Non Tunai. Terima? Siapa yang terima lagi? Semua? Belum tentu. Ada yang enggak tapi ya sebagian besar dapat. Ya, silakan Bu maju, sini.
Yang dapat PKH tapi saldonya masih di atas lima ratus ada ndak? Enggak ada? Ampun. Habis semua? Ada? Sebentar, ada, sebentar, sebentar, sebentar, duduk dulu, duduk dulu. Yang saldonya masih di atas satu juta ada ndak? Enggak ada? Di atas satu juta ibu? Oke, sebentar. Ada yang di atas satu setengah juta saldonya masih? Lho, masih? Rp1.700.000 masih? Sebentar, ini Ibu ini berarti masih ditabung atau mau digunakan sesuatu. Oke, berarti maju, silakan sini, maju Bu.
Ada yang PKH-nya dipakai untuk tambahan usaha, ada ndak? Tambahan usaha, ada? Ya maju Bu, ya maju, untuk usaha. Ini bagus, ini harus cerita ke yang lain, ya. Ya, memang beda-beda, ya.
Silakan Bu dikenalkan dulu nama.
(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Penerima PKH dan BPNT)
Uci (Dari Babakan Madang, Kabupaten Bogor)
(Uci memiliki saldo PKH ditabungannya sekitar Rp1.700.000)
Presiden Republik Indonesia
Lha ini, ini bagus ini, direm, direm pengeluarannya sehingga punya tabungan Rp1.746.000, betul. Yang lain saya mau cek ini, coba. Kok senyum itu, berarti kosong ini. Hati-hati ya, jangan sampai uang PKH ini, saya titip… Terima kasih Bu Uci. Jangan sampai uang PKH itu dibelikan ini. Jangan sampai uang PKH itu dibelikan ini. Ndak, ya enggak boleh lho ya. Kalau bisa direm pengeluarannya. Pengeluaran yang tidak penting-penting jangan dipaksakan untuk mengambil dari ini. Kalau bisa direm, ditabung. Ini tadi karena menabung terus ini, saya lihat. Bu Uci ini bagus. Saya pikir tadi tujuh ratus diambil lima ratus tinggal dua ratus, ternyata tabungan sebelumnya masih banyak sehingga… Mengerem pengeluaran itu juga penting sehingga suatu saat bila kita butuh, misalnya untuk sekolah anak atau untuk tambahan modal kerja itu punya tabungan.
Hati-hati ya, PKH ini sekarang Ibu-ibu diberikan kiriman jumlah yang besar dibanding tahun yang lalu, benar ndak? Ingin diteruskan ndak ini? PKH ingin diteruskan ndak? Ingin? Nah, ini hati-hati betul penggunaannya, hati-hati, saya titip hati-hati. Contoh tadi bagus Bu Uci, bagus. Karena tahun kemarin di seluruh Indonesia ini yang kita bagi Rp19 triliun, tahun ini Rp34 triliun, dua kali lipat. Nanti tahun depan kita lihat lagi, ada anggaran tambah lagi kalau diperlukan. Mungkin PKH-nya atau mungkin juga Bantuan Pangan Non Tunai kita tambah. Didoakan Ibu, ya, biar bisa tambah lagi. Nanti saya hitung-hitungan, oh anggaran APBN-nya masih, masih, ya oke tambah. Itu kayak tahun ini kita tambah dua kali lipat lho, hati-hati.
Tapi Ibu-ibu juga penggunaannya hati-hati betul, hati-hati betul. Nah kalau bisa, kalau ada peluang usaha, itu bisa dikembangkan. Misalnya jualan kelontong di rumah, jualan sembako di rumah, misalnya. Atau buka warung di rumah, warung soto boleh, warung bakso boleh, jualan gorengan di rumah. Itu akan berkembang usahanya.
Biasanya yang saya suruh maju ke sini saya beri sepeda. Tapi sekarang tidak boleh memberikan sesuatu karena mau pilpres, enggak boleh. Katanya memberi sepeda enggak boleh, ya sudah, malah enggak kehilangan sepeda saya. Enggak boleh sama KPU, Bawaslu enggak boleh. Jadi saya beri ini saja, saya beri foto. Ini, Bu, ini, ini. Ini Bu Retno. Ini foto ini jangan dipikir murah ini, fotonya mahal. Ini ya, ditukar sama sepeda bisa dapat sepuluh. Enggak percaya? Bukan fotonya, ini lho tulisannya Istana Presiden Republik Indonesia, ini yang mahal. Sudah silakan duduk. Terima kasih Bu, terima kasih. Oke, terima kasih, terima kasih. Terima kasih.
Sudah. Sudah jelas semuanya ya, penggunaan PKH hati-hati, kalau bisa agak direm sehingga ada tabungan. Dan kita harapkan nanti awal April kita akan kirim lagi tahapan yang kedua kepada Ibu-ibu semuanya, ya. Nanti Pak Menteri Sosial akan mengabari, sudah tanggal sekian bisa diambil, breg, ngambil bareng, breg, tapi jangan banyak-banyak ngambilnya, diatur.
Ini kalau pas dikirim, saya lihat dikirim Rp1,6 juta, langsung semangat banget saya lihat. Saya lihat dari jauh kelihatan ini, semuanya berbondong-bondong ke ATM ngambil semua, waduh. Ya enggak apa-apa sebetulnya tapi kalau bisa merencanakan penggunaan keuangan itu kan baik. Oh ini, sebagian ini, sisihkan nih. Misalnya dapat Rp1,6 juta, oh ini Rp300 ribu saya pakai untuk anak sekolah, 300 ribu untuk makan, gizi anak-anak kita, ini sisanya nanti untuk misalnya tambahan usaha, sisanya lagi… dibagi-bagi gitu. Jangan langsung brek untuk satu keperluan. Pengaturan uang seperti itu kalau ibu-ibu memiliki pengaturan yang baik, manajemen yang baik itu akan menambah saldo yang ada di tabungan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, gunakan uang PKH dan Bantuan Pangan Non Tunai ini betul-betul untuk kesejahteraan kita semuanya.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.