Penyaluran Dana Bergulir Untuk Koperasi Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional, 23 Juli 2020, di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden, Pak Menko, Pak Menteri Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), para Menteri;
Bapak-Ibu sekalian para pelaku koperasi, penggerak koperasi, dan para pelaku UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah); serta
Yang saya hormati, Dirut dan jajaran Direksi LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) yang saya hormati.
Kita tahu semuanya, keadaan sekarang adalah keadaan yang tidak mudah, keadaan yang sangat sulit. Bagaimana mengendalikan COVID-19 dan ekonomi ini supaya berjalan beriringan, bukan hal yang mudah. Tiga bulan yang lalu, saya telepon kepada Managing Director-nya IMF (International Monetary Fund), dia mengatakan kepada saya, “Presiden Jokowi, kemungkinan tahun ini, ekonomi global akan minus 2,5 (persen) dari yang sebelumnya 3-3,5 (persen) plus sekarang diperkirakan tahun ini, minus 2,5 persen”. Kemudian dua bulan yang lalu, saya telepon Bank Dunia, beda lagi jawabannya, bahwa pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan tumbuh minus 5 persen, bukan tumbuh, minus 5 persen, growth-nya. Dua minggu yang lalu, saya telepon OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), beda lagi. Pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan tumbuh minus, tumbuh tapi minus, minus 6 (persen) sampai minus 7,6 persen. Gambaran apa yang ingin saya sampaikan? Bahwa setiap bulan selalu berubah-ubah, sangat dinamis dan posisinya tidak semakin mudah tetapi semakin sulit. Minus 2,5 (persen), ganti sebulan berikutnya minus 5 persen, satu bulan berikutnya minus 6 (persen) sampai minus 7,6 persen. Gambaran kesulitannya seperti itu.
OECD juga menyampaikan, coba kita lihat beberapa negara. Perancis akan minus 17 persen, Inggris (minus) 15 persen, Jerman (minus) 11 persen, Amerika (minus) 9,7 persen, Jepang (minus) 8,3 persen, Malaysia minus 8 persen. Bayangkan, isinya hanya minus, minus, minus, minus, minus, dan minusnya itu adalah dalam posisi yang gede-gede seperti itu. Kita, Indonesia, di kuartal pertama masih plus. Sebelumnya kita plus 5 (persen). Kuartal pertama (tahun) 2020 masih plus 2,97 persen, plus tapi di kuartal kedua, kita sudah akan jatuh minus, kita harus omong apa adanya, bisa minus 4,3 persen sampai mungkin (minus) 5 (persen).
Apa yang harus kita lakukan? Oleh sebab itu, tadi Pak Menteri Koperasi dan UKM menyampaikan, secepat-cepatnya, saya juga sudah perintah cepat berikan yang namanya relaksasi, berikan yang namanya restrukturisasi kepada UKM, kepada koperasi, secepat-cepatnya. Agar tidak kena imbas dari pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. Karena 215 negara itu sama keadaannya, kena pandemi COVID-19, kena krisis ekonomi, sama persis. Oleh sebab itu, kita berharap, di kuartal yang ketiga ini, kita sudah harus naik lagi. Kalau ndak, enggak ngerti saya, betapa akan lebih sulit kita. Oleh sebab itu, saya mengajak kepada kita semuanya untuk bergerak, menumbuhkan ekonomi agar tidak semakin turun, semakin…, tapi bisa diungkit kembali, naik.
Dan saya senang, karena setiap hari saya itu dapat angka-angka, setiap pagi sarapannya angka. Kalau Bapak-Ibu mungkin sarapannya nasi goreng atau roti, kalau saya sarapannya angka-angka, setiap hari. Saya senang bahwa sudah ada angka-angka yang baik, konsumsi sudah mulai terungkit naik, artinya…, mungkin peredaran uang yang ada di bawah karena ada BLT (Bantuan Langsung Tunai) Desa, ada bansos (bantuan sosial) tunai, ada bansos sembako, itu akan sangat memengaruhi daya beli dan konsumsi rumah tangga, konsumsi masyarakat.
Saya juga melihat, aktivitas ekspor juga trennya naik dibanding bulan Mei, dibanding bulan Juni, ini juga baik. Nah, momentum-momentum ini jangan kita lewatkan. Koperasi juga sama, saya ingin agar indikator-indikator yang tadi saya sampaikan, itu juga diikuti gerakan koperasi secepat-cepatnya juga memberikan dorongan pinjaman kepada para pelaku-pelaku usaha, utamanya pelaku UMKM. Saya senang tadi, bahwa disiapkan oleh LPDB (sebesar) Rp1 triliun, betul, Pak Dirut? Ya. Rp1 triliun, ini segera berikan kepada koperasi-koperasi yang baik agar dari koperasi juga diberikan kepada anggota-anggotanya, pelaku-pelaku usaha, secepat-cepatnya. Kita hanya punya waktu untuk ungkitan ini, (bulan) Juli, Agustus, (dan) September. Kalau kita bisa mengungkit ini, insyaallah nanti di kuartal keempat lebih mudah, tahun depan kita akan jauh lebih mudah. Kesempatan kita di bulan Juli, Agustus, (dan) September. Dan ini saya sampaikan juga kepada semua menteri untuk belanja yang belanja dari anggaran APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) ini juga tiga bulan ini. Ini kesempatan kita ada di sini.
Dan Bantuan Modal Kerja (BMK), ini akan memperbaiki likuiditas dari koperasi. Tadi disampaikan oleh Pak Menteri Koperasi, nilainya dari Rp2 miliar sampai Rp50 miliar, ini alhamdulillah. Bunganya tadi juga disampaikan, 3 persen menurun. Ini kan juga sangat kompetitif sekali. Jadi koperasi diberikannya ke anggota, pelaku usaha juga jangan tinggi-tinggi. Berapa biasanya diberikan kepada ini… anggota? Kalau dari LPDB 3 persen, ke sana berapa? 12 persen? Nah, 12 persen, berarti baik, syukur bisa di bawah itu, lebih baik lagi. Ini yang kita inginkan. Jadi semuanya…koperasinya bergerak, UMKM-nya juga…, sebentar lagi, di awal (bulan) Agustus ini akan kita berikan kepada 12 juta UMKM, kita namakan Bantuan Modal Kerja (BMK) Produktif kepada 12 juta UMKM yang kita harapkan juga akan mengungkit ekonomi kita, nggih.
Total nilainya yang diberikan, tadi disampaikan Pak Menteri Koperasi (dan UKM), kurang lebih Rp381 miliar, ya. Saya kira ini juga angka yang…, dan jangan berhenti, besok tambah lagi, besok tambah lagi, minggu depan tambah lagi, minggu depan tambah lagi, sehingga koperasi-koperasi yang kita miliki betul-betul likuiditasnya baik dan bisa memberikan pinjaman kepada para anggotanya. Prosesnya saya harapkan, baik di LPDB maupun di koperasi, prosesnya yang sederhana dan cepat, sudah. Ini kita butuh kecepatan, salurkan cepat, sederhanakan prosesnya. Saya enggak ingin, ini Pak Menteri, koperasinya tutup baru dibantu, enggak ada artinya, jangan nunggu. Pelaku usaha juga sama, segera bantu mereka. Jadi gunakan tambahan (Bantuan) Modal Kerja Produktif ini untuk menggerakkan ekonomi, utamanya yang berada di daerah.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi saya harapkan, ini adalah awal dari pemberian bantuan likuiditas kepada koperasi dan kita harapkan, jumlah yang tadi saya sampaikan, Rp1 triliun itu betul-betul nanti segera bisa disalurkan secepat-cepatnya kepada koperasi-koperasi yang ada di Tanah Air.
Itu yang bisa saya sampaikan.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.