Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ketahanan Pangan dan Aksi Ekonomi Untuk Rakyat, 27 Februari 2019, di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 27 Februari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 3.423 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Gubernur Jawa Barat, Wakil Gubernur Jawa Barat, rukun ini berdua Gubernur dan Wakil Gubernur,
Yang saya hormati Bupati Kabupaten Tasikmalaya, Wali Kota Tasikmalaya,
Yang saya hormati Bapak Kiai Haji Abdul Aziz Affandi Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda. Saya sudah bertemu dengan Pak Kiai ini enggak tahu sudah berapa kali, baik di Tasik maupun di Bandung maupun di Jakarta,
Bapak-Ibu semuanya para penerima KUR, para santri, para santriwati yang saya cintai,
Bapak-Ibu tamu undangan yang berbahagia.

Sore hari ini alhamdulillah kita bisa bersilaturahmi di Pondok Pesantren Miftahul Huda dalam keadaan sehat walafiat. Saya senang karena saya tadi dapat laporan, mau saya cek, katanya sore hari ini telah dibagikan kredit usaha rakyat (KUR) kepada petani maupun peternak sebanyak enam ratusan orang. Benar?

Yang dapat KUR hari ini siapa tunjuk jari? Kok hanya sedikit? Katanya enam ratus. Ini hanya berapa ini? 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10… Oh itu dapat juga? Dapat? Dapat? Dapat? Dapat? Dapat? Benar dapat? Di sini ada yang dapat? Enggak dapat? Belum berarti.

Ya, jadi begini, pemerintah sekarang ini punya program-program ekonomi umat, program ekonomi rakyat. Yang pertama, ada yang namanya Program Mekaar. Pinjamannya memang hanya sedikit, dua juta, mengangsurnya baik menyicilnya baik jadi empat juta, naik. Empat juta, bagus cicilannya, naik menjadi delapan juta. Ini yang kredit mikro untuk pedagang asongan, untuk yang jualan nasi uduk, untuk yang jualan bakso, bisa mengambil yang Program Mekaar. Yang kedua, juga ada program yang namanya UMi, UMi (Ultra Mikro). Ini lebih kecil lagi. Juga sama, bisa dipakai untuk usaha-usaha kecil-kecil yang di rumah, bisa mengambil ini. Kemudian kalau naik lebih banyak mengambilnya harus KUR, Kredit Usaha Rakyat, yang bisa pinjamannya sampai lima ratus juta.

Nah, ini saya titip, yang namanya meminjam itu harus bayar, ya. Yang namanya pinjam itu harus bayar. Yang namanya pinjam itu harus menyicil, harus mengangsur, disiplin. Kalau disiplin, namanya baik, nah bisa tambah ke atas. Saya titip, ini kalau pinjam, pinjam KUR… Bunganya berapa sih KUR? Tujuh persen setahun, bukan sebulan lho itu, setahun, harus tahu. Karena kalau bukan KUR itu mahal, bukan segitu. Ini KUR, jadi karena di subsidi dari pemerintah. Saya titip, kalau pinjam misalnya dapat tiga puluh juta, pinjam KUR dapat tiga juta, senang ya kan, dari bank bawa tiga puluh juta, nah pulang. Besoknya, mikir, malamnya kan mikir, besoknya pergi ke dealer sepeda motor. Hati-hati, ini kebiasaan kita hati-hati. Yang namanya uang pinjaman itu hati-hati menggunakannya. Itu pinjaman, harus mengembalikan, harus mengangsur, harus menyicil.

Jangan sampai dapat tiga puluh juta besoknya pergi ke dealer sepeda motor, pulang naik sepeda motor, gagah. Padahal sepeda motornya masih nyicil juga, juga KUR-nya juga nyicil juga ke bank. Paling-paling muter-muter gagah, muter kampung, muter desa enam bulan. Enam bulan enggak bisa nyicil ke dealer enggak bisa mengangsur ke bank, sepeda motornya diambil dealer, KUR-nya juga diambil asetnya. Nah hati-hati, hati-hati.

Oleh sebab itu, ini yang peternak mana? Yang dapat KUR yang peternak? Siapa lagi yang peternak? Kok sedikit yang petenak yang dapat KUR? Peternak? Peternak? Peternak? Ya, peternak. Kalau yang… mana lagi peternak? Peternak? Peternak? Ya, Ibu sini. Peternak? Peternak kan? Sini.

Yang bukan peternak, yang petani? Sebentar, kok senang banget sih kalau disuruh maju? Sini, kelihatannya kok senang banget ingin maju. Tapi janjian ya, yang maju tidak mendapat sepeda. Saya salaman saja, dapat salaman, sudah. Sebentar, sini yang satu sini, Ibu sini. Ya, sudah, begitu.

Sebentar, Ibu ya dikenalkan dulu, kok mau salaman lagi, tadi sudah salaman juga. Ya dikenalkan nama, dari desa mana, kabupaten mana.

Irawati (Petani dari Desa Dangdeur, Kabupaten Garut)
(Irawati memperoleh kredit sebesar Rp5.000.000 dan sudah dilunasi. Sekarang hendak meminjam lagi sebesar Rp7.000.000 untuk modal bertani seperti untuk beli pupuk, upah buruh tani, sewa traktor. Pinjaman tersebut akan dikembalikan pada saat panen lima bulan mendatang.)

Presiden Republik Indonesia
Mau pinjam mesti punya perencanaan, oh nanti saya membayarnya pakai ini, begitu. Belum tapi harus direncanakan, begitu lho. Kalau yang sudah, sudah lunas, bagus. Nanti saya beri hadiah.

Patonah (Peternak dari Desa Batusumur, Kabupaten Tasikmalaya)
(Patonah memperoleh kredit sebesar Rp7.000.000 yang digunakan untuk melunasi pembelian sapi dan kerbau. Pinjaman tersebut akan dilunasi dalam waktu satu setengah tahun).

Presiden Republik Indonesia
Satu tahun setengah bisa melunasi? Sudah hitung-hitungannya? Dihitung ya? Benar? Enggak dibelikan ini, enggak? Ini, enggak

Patonah (Peternak dari Desa Batusumur, Kabupaten Tasikmalaya)
Enggak.

Presiden Republik Indonesia
Enggak. Oke. Saya kadang-kadang begitu, saya tanya, “terus sisanya apa Pak?” “Saya beli pakaian.” Enggak boleh. Uang pinjaman itu harus semuanya dipakai untuk modal usaha. Semuanya harus dipakai untuk modal kerja kita. Jangan sampai dipakai yang lain. Kalau nanti usahanya sudah untung, untungnya berapa silakan, mau beli baju silakan, mau beli kebaya silakan. Dari keuntungan, bukan dari uang pinjaman.

Ini Ibu ini apa tho? Ya, selfie-selfie. Sudah? Tidak usah selfie, ini saya beri fotonya. Ini coba lihat. Ini foto cepat. Dilihat dulu, belum dilihat. Sudah? Ini Bu, ini, oke. Fotonya ini ya saya beritahu, foto ini kalau ditukarkan sepeda bisa dapat sepuluh sepeda ini. Karena ini lho, enggak percaya, coba ditukar sepeda. Ini di belakang ada tulisan, ‘Istana Presiden Republik Indonesia’, yang mahal ini, bukan fotonya. Sudah terima kasih. Sudah. Bonus? Ini hadiahnya, kok bonus lagi? Sudah diberi hadiah minta bonus lagi, masyaallah, Bu Irawati, Bu Irawati. Aduh, aduh, aduh.

Jadi, kita juga memiliki yang namanya Bank Wakaf Mikro, yang didirikan di pondok-pondok pesantren. Memang belum semuanya, tapi Bank Wakaf Mikro ini telah didirikan di 44 pondok pesantren. Satu pondok diberikan modal kurang lebih delapan miliar, tapi itu untuk pinjaman ibu-ibu di pondok maupun di lingkungan pondok pesantren. Ini sudah berjalan dua tahun. Mau kita evaluasi, kita perbaiki, kita koreksi, nanti pondok-pondok yang lain juga akan diberikan Bank Wakaf Mikro.

Kemudian juga dalam rangka pembangunan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tahun ini juga akan dibangun seribu BLK komunitas di pondok-pondok pesantren.  Untuk apa? Agar santri-santri kita ini juga belajar keterampilan. Ada yang IT, berarti nanti dibuatkan gedung plus isinya yang berkaitan dengan digital, komputer, dan lain-lain. Kalau mau BLK-nya komunitas itu ingin desain, garmen, ya dikirim ke sana mesin-mesin jahit, mesin obras, dan desainer untuk memberikan keterampilan kepada para santri kita sehingga kita harapkan nantinya mereka juga bisa membangun sebuah industri kreatif. Juga yang berkaitan dengan perbankan, dengan industri keuangan, ada juga. Sehingga kita harapkan santri-santri kalau bekerja misalnya di bank syariah itu nantinya juga bisa naik kelasnya naik, naik, naik, naik. Ada yang jadi manager bank syariah, kenapa tidak. Ini yang akan kita mulai pada tahun ini, kita bangun kurang lebih seribu BLK Komunitas. Tahun depan rencana kita akan kita bangun tiga ribu BLK Komunitas di pondok-pondok pesantren. Bukan hanya untuk santri tapi juga untuk lingkungan di sekitar pondok pesantren.

Kita ini sekarang berhadapan dengan sebuah persaingan antarnegara, kompetisi antarnegara, sehingga kita, keterampilan kita ini harus diperbaiki, di-upgrade, ditingkatkan. Caranya apa? Ya tadi, dengan training-training, dengan pelatihan-pelatihan sehingga nanti yang berkaitan dengan pengolahan pertanian, yang berkaitan dengan peternakan, yang berkaitan dengan industri kreatif, industri fashion, semuanya kita bisa memasuki pasar-pasar, bukan hanya pasar dalam negeri tapi juga pasar luar.

Karena apa? Harga-harga yang diproduksi oleh usaha kecil kita ini kompetitif, harganya bisa bersaing dengan negara-negara lain. Hanya memerlukan sebuah pelatihan-pelatihan agar kualitasnya lebih baik, kemasannya juga diperbaiki lebih baik. Kalau harga kita bisa kompetisi dengan negara-negara lain. Bahkan yang katanya China itu harganya murah kita masih bisa bersaing dengan mereka. Inilah kekuatan yang ingin kita bangun ke depan sehingga seluruh masyarakat itu betul-betul bekerja. Ada yang bekerja di industri peternakan silakan, industri pertanian silakan, ada yang industri garmen silakan, IT silakan. Karena ruang-ruang itu memang harus kita isi tetapi memang harus dengan meningkatkan kualitas sumber daya kita yang kita miliki.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi saya harapkan nantinya program seperti yang kita berikan pada sore hari ini bisa terus kita perbanyak, kita tingkatkan. Sehingga ekonomi rakyat, ekonomi umat betul-betul mendapatkan manfaat dari setiap program yang ada.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru