Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro (UMi), 1 Maret 2019, di Pasar Sentral, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 1 Maret 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 3.288 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Bapak Kepala Staf Kepresidenan, Pak Gubernur, Pak Wali Kota, Pak Bupati,
Ibu dan Bapak sekalian utamanya seluruh pedagang di Pasar Sentral Gorontalo serta nasabah UMi yang pagi hari ini hadir.

UMi, UMi itu ultra mikro, ini diberikan/dipinjamkan kepada Ibu dan Bapak sekalian dalam rangka untuk bisa meningkatkan penjualan, omzet barang-barang yang Bapak-Ibu sekalian produksi atau jual.

Di sini ada yang sudah pinjam lebih dari lima juta ada? Mana? Berapa juta Bu? Tujuh juta? Berapa Bu? Delapan. Delapan. Delapan. Ada yang lebih dari sepuluh juta? Enggak ada. Oke. Sudah berapa bulan meminjamnya? Empat? Satu bulan? Satu bulan? Oh, baru. Yang tujuh mana? Yang sudah lebih dari tuju bulan, ada? Berapa bulan? Tujuh bulan. Oh, ada yang tujuh, ada yang satu? Ibu berapa? Sembilan bulan. Ya, coba maju yang sembilan bulan.

Sini Bu. Ini yang tujuh bulan juga maju, sini. Enggak apa-apa. Sudah, dua orang saja, ya dua, dua orang, sudah. Ibu berapa bulan? Tujuh, ya boleh maju sini. Sudah, tiga. Sini maju, maju saja enggak apa-apa, tapi jangan minta sepeda, disuruh maju nanti mintanya sepeda. Ya, saya mau mengecek. Mana? Ya, silakan maju.

Ya dikenalkan Bu namanya siapa, jualannya apa.

(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Perwakilan Penerima Kredit Ultra Mikro)

Nining Sanggulu (Dari Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango)
(Nining adalah penjual kue yang menitipkan dagangannya di kios-kios.  Ia memperoleh pinjaman UMi sebesar Rp7.000.000 yang digunakan untuk membeli bahan untuk membuat kue dan keperluan lainnya. Sebelum memperoleh Kredit UMi sehari Nining memproduksi 50 buah kue, setelah memperoleh Kredit UMi produksinya meningkat menjadi 200-300 buah.)

Presiden Republik Indonesia
Hati-hati lho, ini uang pinjaman ya, yang namanya uang pinjaman itu harus mengangsur, yang namanya uang pinjaman itu harus menyicil, tiap bulan harus disiplin. Karena kalau ini disiplin naik lagi kelasnya, naik. Ya. Jadi mungkin nanti kalau pinjam naik, bisa kita punya warung sendiri, meskipun tetap masih nitip di warung, punya warung juga sendiri, punya toko juga sendiri. Mestinya harus arah ke sana.

Tapi sekali lagi, kalau yang namanya pinjam, misalnya tujuh juta pinjam, itu harus sudah punya perencanaan dipakai untuk apa. Jangan dapat uangnya baru cari-cari, wah untuk beli gandum satu juta, untuk beli gulanya lima ratus ribu, kok masih lima setengah ya, untuk apa? Untuk apa? Nah ini, biasanya kelirunya di sini. Kok ada pakaian bagus ya, nah, waduh beli, ada orang nawarin sepeda motor, waduh sepeda motor, beli. Hati-hati. Jadi yang namanya pinjam itu harus ada perencanaan digunakan untuk apa, kemudian hitungan per bulan kita bisa mengangsurnya enggak, mengangsurnya dari keuntungan. Ini insyaallah usahanya berkembang kalau cara menghitungnya detail seperti itu.

Tadi baru satu juta untuk beli bahan, masih enam juta untuk apa? Hayo? Hayo? Hayo? Hayo? Untuk apa enam juta? Masih enam juta. Beli bahan, beli bahan, beli gula berapa? Beli apa lagi atau beli alat-alat?

Hati-hati, ya. Alat-alat untuk agar pembuatan kue lebih cepat. Tapi hati-hati, ini pinjaman lho, ini pinjaman lho. Kita yang di provinsi yang lain banyak yang sudah berkembang. Kalau sudah berkembang, sudah gede nanti dilarikan ke KUR, karena KUR ini bisa sampai lima ratus juta.

Saya cerita ya, saya dulu memulai usaha juga sama, kecil sekali .Saya juga pinjam sepuluh juta, naik tiga puluh juta, naik lagi lima ratus juta, naik lagi miliar. Tapi ya lunas akhirnya. Enggak ada masalah, kalau usaha kita berkembang terus ya lunas.

Saya dulu memulai seperti Bapak-Ibu sekalian. Jangan dipikir tahu-tahu bisa usaha gede, ndak. Orang tua saya juga enggak mampu. Sudah tahu Bapak-Ibu saya lahir di pinggir kali, tahu? Iya. Jadi untuk berusaha itu betul-betul dari nol dan pinjam, tapi ya disiplin, mengangsurnya disiplin, sehingga dipercaya, kalau dipercaya pinjam lagi yang lebih gede gampang. Dulu tempat kerja ya seperti ini, separuhnya ini, kecil begitu, tapi lama-lama gede, lama-lama gede, kemudian punya pabrik sendiri. Memang harus seperti itu. Enggak bisa tahu-tahu punya pabrik. Itu kalau orang tuanya kaya baru bisa, tahu-tahu dapat pabrik gitu. Ya. Jadi memang harus kerja keras, jujur, disiplin, harus seperti itu.

Ya silakan Bu.

Asma Mupanggang (Dari Desa Tulenggi, Kabupaten Gorontalo)
(Asma adalah seorang penjual sembako. Ia memperoleh pinjaman UMi sebesar Rp7.000.000 yang dipergunakan untuk menambah jumlah sembako yang dijual. Ia juga memiliki usaha bentor. Setiap bulan ia rutin menyicil sebesar Rp455.000 tanpa pernah telat. Ia berencana akan kembali meminjam saat ini sudah lunas.)

Presiden Republik Indonesia
Oke, oke, oke, oke. Ya memang harus kreatif begitu. Oke, bagus.

Epi Mustapa (Dari Kota Utara, Kota Gorontalo)
(Epi adalah penjual sembako yang memperoleh pinjaman UMi sebesar Rp8.000.000 yang ia cicil setiap bulannya tanpa pernah telat. Dengan adanya pinjaman tersebut ia dapat menambah omzet penjualannya.)

Presiden Republik Indonesia
Ya, harus tambah lho ya, kalau dapat suntikan dana pinjaman seperti itu kalau omzetnya enggak tambah, hati-hati, menyicilnya kesulitan nanti. Harus tambah. Biasanya kalau yang langganannya seratus harus dibuat agar menjadi dua ratus. Bagaimana caranya? Ya itu, kita harus berpikir. Seperti tadi Ibu menggunakan bentor misalnya, itu sebuah cara. Jadi memang harus diperluas pasarnya, jangan sampai sudah pinjam karena omzetnya enggak tambah, enggak bisa nyicil, nah ini berbahaya. Jadi semuanya harus disiplin mengangsur, menyicilnya setiap bulan.

Ya, terima kasih. Silakan kembali. Oh ini, ini sebentar, ini mau saya kasih sepeda tapi enggak boleh. Iya, sama KPU dan Bawaslu enggak boleh. Jadi sekarang diganti dengan foto, tapi foto ini lebih mahal dari sepeda. Ini mungkin dibelikan sepeda dapat sepuluh ini, sepuluh sepeda karena ini di belakangnya ada tulisannya ini, tulisannya ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Itu yang mahal, kalau albumnya murah, yang mahal tulisannya tadi. Ini Bu. Ini fotonya cepat ini tadi, baru saja difoto. Ini, ini Ibu. Ibu ini, ini. Ibu ini, Ibu.

Apa? Dipasang di warung? Warungnya laris nanti kalau dipasang. Oke, silakan kembali, silakan. Oke, ya. Baik-baik. Silakan kembali.

Jadi Ibu dan Bapak sekalian,
Saya titip karena ini kita sedang mengembangkan banyak sekali, ada Program Mekaar yang juga berkaitan dengan ekonomi-ekonomi kecil, ada UMi yang berkaitan dengan usaha-usaha ultra mikro, semuanya, ada juga di pondok pesantren yang namanya bank wakaf mikro. Kita lakukan semuanya agar ekonomi-ekonomi kecil ini bisa tumbuh menjadi ekonomi menengah, harapan kita itu, bisa naik kelas. Kalau sudah masuk ke tengah, nanti bisa lagi masuk lagi menjadi gede, besar. Pasti, insyaallah ada dari sekian yang hadir ini nanti menjadi usaha kecil, usaha menengah, usaha besar, ada satu, dua, tiga, empat. Syukur semuanya bisa naik kelas semuanya, kita harapkan itu. Semuanya memang dimulai dari kecil, jangan ujug-ujug langsung gede, enggak ada. Rumus seperti itu enggak ada. Semuanya harus lewat kerja keras, disiplin, saya rasa kita akan bisa naik ke kelas yang lebih atas.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru