Penyaluran Pinjaman Ultra Mikro, 2 Maret 2019, di TPI PPI Sodohoa, Kendari, Sulawesi Tenggara

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 2 Maret 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 3.132 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati Pak Wakil Menteri Keuangan, Pak Gubernur beserta Ibu, Bapak Wali Kota,
Bapak-Ibu sekalian seluruh debitur dan nasabah Ultra Mikro (UMi) yang pagi hari ini hadir,
Serta para pedagang pasar ikan yang tadi saya sudah lihat senang semuanya,
Ibu-ibu sekalian yang saya hormati.

Selamat pagi!
Selamat pagi!
Selamat pagi!
Semangat gitu dong.

Saya tadi subuh sudah lari dengan Pak Wali, dengan Pak Gubernur, lari sudah. Ini masih basah kuyup ini langsung ke sini tadi. Tadi ke Pasar Sentral dulu, terus ke sini.

Saya hanya ingin menyampaikan pada kesempatan yang baik ini, Ibu-ibu yang sudah terima UMi siapa? Ini sudah dapat semua? Oke. Ada yang dapat dua juta tunjuk jari? Ada yang dapat lima juta mana? Ada yang dapat delapan juta mana? Oh berarti ini baru, baru, baru, baru semua. Benar? Yang satu bulan ada? Yang sudah enam bulan lebih ada? Ada. Ada? Yang dapat lima juta ke atas ada? Yang dapat dua juta ke atas mana? Berapa Bu, dapat berapa? Tiga juta? Mana yang dapat tiga juta? Boleh, maju. Sebentar, itu yang belakang. Ada yang dapat satu juta? Dua juta? Dua juta, dua juta, dua juta. Dua juta yang semangat mana? Sebentar, iya boleh itu maju.

Perlu saya sampaikan bahwa pinjaman ultra mikro ini diberikan kepada Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian dalam rangka apa? Agar memiliki usaha yang baik. Tapi jangan lupa yang namanya pinjam itu harus mengangsur, harus menyicil, harus disiplin. Benar? Iya. Hati-hati, ini uang pinjaman.

Saya dulu ingat, saya dulu juga dari ultra mikro. Pinjaman saya dulu pertama sepuluh juta tapi saya disiplin mengangsur, menyicil setiap bulan, mengangsur, menyicil, mengangsur, menyicil, terus. Tambah, karena dipercaya tambah dari sepuluh juta dipercaya lagi menjadi 30 juta. 30 juta dipercaya menjadi 500 juta. Dulu bengkelnya, bengkel saya kecil segini, dapat 500 juta gedein sepuluh kali lipat lagi. Dapat miliar tambah lagi. Setelah itu kita lunasi, gitu. Ya? Setuju ya?

Disiplin, karena kalau kita disiplin mengangsur/menyicil itu kepercayaan akan datang, pembeli akan datang. Orang yang membantu baik pinjaman maupun yang lain juga akan datang. Yang kita bangun ini adalah kepercayaan, kepercayaan, enggak ada yang lain. Jadi kalau orang sudah dipercaya itu cari apapun gampang. Cari modal mudah, cari tambahan untuk usaha mudah, ngambil material dari manapun diberikan. Iya ndak? Tapi kalau sudah enggak dipercaya, bayarnya seret, iya kan, apalagi macet, nah mulai akan tidak dipercaya oleh siapapun. Hati-hati ini.

Sekarang kenalkan, kenalkan.

Ertin Fitriani
Nama Ertin Fitriani. Saya dari nasabah Al-Amin, di Kendari Caddi, Kelurahan Kessilampe, Kecamatan Kendari.

Presiden Republik Indonesia
Kecamatan Kendari? Ya sudah pokoknya dari Kendari ya. Bu siapa tadi? Bu Ertin. Bu Ertin dapat berapa?

Ertin Fitriani
Dua juta.

Presiden Republik Indonesia
Dapat dua juta sudah berapa bulan?

Ertin Fitriani
Sudah lima belas kali.

Presiden Republik Indonesia
Sudah lima belas kali maksudnya? Oh, sudah lima belas minggu berarti?

Ertin Fitriani
Sudah.

Presiden Republik Indonesia
Nyicilnya tiap minggu gitu ya?

Ertin Fitriani
Iya.

Presiden Republik Indonesia
Sudah lima belas minggu berarti sudah hampir empat bulan, benar?

Ertin Fitriani
Iya.

Presiden Republik Indonesia
Iya. Hampir empat bulan. Disiplin, menyicil terus?

Ertin Fitriani
Disiplin.

Presiden Republik Indonesia
Setiap minggu berapa menyicil?

Ertin Fitriani
Rp50.000.

Presiden Republik Indonesia
Rp50.000. Enteng banget kan? Kalau kita, Rp50.000 itu kalau seminggu, ya ndak, sehari hanya ngumpulin tujuh ribu, tujuh ribu, tujuh ribu, tujuh ribu. Masa enggak bisa. Tapi kalau tidak disiplin, “sudah nanti lah saya enggak usah harian, enggak usah nabung, nanti langsung saya lunasi satu minggu,” kadang-kadang luput. Lebih baik menyisihkan uang sepuluh ribu, sepuluh ribu, sepuluh ribu, sepuluh ribu, lima kali sudah, aman untuk nyicil. Ya, karena nanti kalau Bu Ertin nanti nyicilnya disiplin nanti akan ditambah lagi, mau minta lima ditambah, mau minta sepuluh ditambah. Nanti kalau sudah sampai sepuluh, Ibu harus pindah ke KUR. KUR itu bisa sampai 500 juta, ya ndak?

Usahanya apa Bu Ertin?

Ertin Fitriani
Sembako. Sembako.

Presiden Republik Indonesia
Sembako. Di mana jualan sembako?

Ertin Fitriani
Di Kendari.

Presiden Republik Indonesia
Di rumah atau di pasar? Di pasar?

Ertin Fitriani
Di rumah.

Presiden Republik Indonesia
Di rumah. Di rumah jualan sembako ada warungnya gitu?

Ertin Fitriani
Ya.

Presiden Republik Indonesia
Jualan apa saja?

Ertin Fitriani
Sembako terigu.

Presiden Republik Indonesia
Terigu.

Ertin Fitriani
Telur.

Presiden Republik Indonesia
Telur.

Ertin Fitriani
Mie.

Presiden Republik Indonesia
Mie.

Ertin Fitriani
Makanan ringan.

Presiden Republik Indonesia
Makanan ringan.

Ertin Fitriani
Sama rokok juga.

Presiden Republik Indonesia
Sama?

Ertin Fitriani
Rokok.

Presiden Republik Indonesia
Rokok. Beras enggak ada?

Ertin Fitriani
Beras ada.

Presiden Republik Indonesia
Beras ada, oke. Gula?

Ertin Fitriani
Ada.

Presiden Republik Indonesia
Gula ada, ya. Pertanyaan saya, dulu sebelum dapat tambahan dua  juta jualannya apa?

Ertin Fitriani
Nasi online.

Presiden Republik Indonesia
Jualan yang online-online itu ya? Oke. Ya jadi jualan yang online-online, oke. Jualan, terus setelah dapat yang dua juta?

Ertin Fitriani
Langsung pindah ke sembako.

Presiden Republik Indonesia
Langsung pindah ke rumah tadi, ke sembako, oke. Oh bedanya di situ, oke. Keuntungannya berapa per hari atau per bulan atau per minggu?

Ertin Fitriani
Per hari biasa 500 ribu.

Presiden Republik Indonesia
Per hari 500 ribu itu omzetnya kan? Omzet?

Ertin Fitriani
Omzet.

Presiden Republik Indonesia
Omzet. Omzetnya.

Ertin Fitriani
Omzet.

Presiden Republik Indonesia
Perputarannya. Untungnya berapa kira-kira? Kalau penjualan bisa 500 ribu, keuntungannya berapa kira-kira sehari?

Ertin Fitriani
Sehari biasa disimpan seratus karena yang Rp400 ribu kan modal.

Presiden Republik Indonesia
Oh, seratus oke, oke. Nah kalau keuntungan sehari seratus berarti kalau ditabung Rp10.000 kan masih bisa kan?

Ertin Fitriani
Ya.

Presiden Republik Indonesia
Benar? Tapi harus disiplin. Yang kedua saya titip Bu Ertin ya, kalau yang namanya sembako, entah punya usaha apa pun harus dibukukan yang baik. Misalnya saya tanya dua juta dapat pinjaman tadi dipakai untuk apa saja? Beli apa saja?

Ertin Fitriani
Beli terigu.

Presiden Republik Indonesia
Terigu berapa?

Ertin Fitriani
Terigu biasa beli per kilo.

Presiden Republik Indonesia
Ya, berapa kilo, berarti berapa ratus ribu?

Ertin Fitriani
Biasa lima kilo.

Presiden Republik Indonesia
Berapa ribu itu?

Ertin Fitriani
Sekilo kan Rp12.000.

Presiden Republik Indonesia
Berarti Rp60.000?

Ertin Fitriani
Rp60.000.

Presiden Republik Indonesia
Terus, kok sedikit? Berarti masih Rp1.940.000, dipakai untuk apa?

Ertin Fitriani
Biasa gula. Gula. Gula.

Presiden Republik Indonesia
Gula. Gula berapa?

Ertin Fitriani
Biasa beli satu karung.

Presiden Republik Indonesia
Satu karung harganya berapa?

Ertin Fitriani
Hampir delapan ratus lebih. Lima ratus lebih.

Presiden Republik Indonesia
Berapa?

Ertin Fitriani
Lima ratus lebih.

Presiden Republik Indonesia
Lima ratus. Lima ratus berarti baru Rp540.000, masih Rp1.460.000 dipakai untuk apa?

Ertin Fitriani
Telur.

Presiden Republik Indonesia
Telur. Telur berapa?

Ertin Fitriani
Biasa lima rak.

Presiden Republik Indonesia
Berapa?

Ertin Fitriani
Lima rak. Lima rak. Lima rak. Lima rak telur.

Presiden Republik Indonesia
Lima rak itu apa?

Ertin Fitriani
Lima rak telur.

Presiden Republik Indonesia
Iya. Lima rak itu berapa?

Ertin Fitriani
Rp50.000 satu.

Presiden Republik Indonesia
Rp50.000 berarti kali lima, berarti Rp250.000, ya kan, berarti masih berapa tadi? Masih Rp1.200.000. Masih banyak lho. Jangan sampai karena enggak di…, harus direncanakan ya, mau buat toko di rumah, warung di rumah, itu direncanakan untuk beli gula berapa, beli berasnya berapa, beli telurnya berapa rak, beli gandumnya, dirinci benar. Jangan sampai nanti kalau enggak dirinci sisa, waduh masih sisa Rp1.200.000, nah, punya keinginan lain, waduh saya mau beli ini baru, baju baru. Iya mesti kayak gitu, kalau ndak, waduh ini kita beli ini. Iya gitu, saya tahu, saya tahu. Jadi hati-hati, ini uang pinjaman, gunakan seluruhnya untuk modal usaha, untuk modal kerja, jangan dipakai dulu untuk yang lain-lain. Titipan saya, ya. Ingat, ini ingat betul. Karena kalau sudah keliru melangkah, mengembalikannya itu sulit. Percaya saya, kalau ada keuntungan, seperti tadi Bu Ertin, disisihkan keuntungannya ndak apa-apa, tabung, keuntungannya ditabung, ditabung, kalau sudah numpuk jadi berapa juta, baru mau beli apa silakan, mau gedein warung lebih baik, mau dipakai untuk jualan online lagi silakan, karena yang online-online itu sekarang baru laris. Ya?

Ya silakan Bu, kenalkan. Bu Ertin bagus.

Sukmawati
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Sukmawati
Kenalkan nama saya Ibu Sukmawati. Saya kasih jalan barang, Pak. Kasih jalan barang. Kasih cicil barang. Dagang, kasih kredit sama orang.

Presiden Republik Indonesia
Oh, gitu, jadi jualan pakaian dikreditkan?

Sukmawati
Ya.

Presiden Republik Indonesia
Ya gitu loh, apa ya, belum nangkep-nangkep saya, belum, enggak nangkep. Oke, jadi jualan pakaian dikreditkan. Oke enggak apa-apa, enggak apa-apa. Ini  namanya dagang itu bisa macam-macam. Oke, Ibu sebelumnya jualan apa? Itu?

Sukmawati
Iya.

Presiden Republik Indonesia
Setelah sekarang dapat berapa juta?

Sukmawati
Tiga juta, sekarang.

Presiden Republik Indonesia
Dapat dari UMi tiga juta.

Sukmawati
Ya.

Presiden Republik Indonesia
Oke. Tiga juta dipakai untuk memperbesar apa?

Sukmawati
Usaha.

Presiden Republik Indonesia
Usaha? Untuk apa?

Sukmawati
Kasih kredit barang. Kasih usaha. Gugup.

Presiden Republik Indonesia
Enggak usah grogi, wong ditanya, ya kan. Memperbesar?

Sukmawati
Usaha.

Presiden Republik Indonesia
Dagangan. Memperbesar usaha ya kan?

Sukmawati
Ya.

Presiden Republik Indonesia
Dulu yang dijual berapa pakaian, sekarang berapa? Mesti harus berbeda wong tambah tiga juta. Dulu berapa?

Sukmawati
Dulu ya seadanya. Sekarang alhamdulillah setelah ada UMi, usaha semakin maju.

Presiden Republik Indonesia
Usaha semakin bagus. Oke. Kalau muter pakai apa? Muter gitu pakai apa?

Sukmawati
Saya kasih jalan barang sekitar rumah, Pak.

Presiden Republik Indonesia
Oh, sekitar rumah, tetangga-tetangga kanan-kiri

Sukmawati
Iye.

Presiden Republik Indonesia
Belum keluar kampung?

Sukmawati
Belum.

Presiden Republik Indonesia
Kenapa belum keluar kampung?

Sukmawati
Harus usaha banyak itu Pak Jokowi. Harus usaha banyak kalau keluar kampung.

Presiden Republik Indonesia
Harus usaha?

Sukmawati
Banyak. Modalnya mau ditambah.

Presiden Republik Indonesia
Lho kan sudah tambah tiga juta, kenapa enggak bisa keluar kampung? Kan memperbesar usaha? Gimana? Belum?

Sukmawati
Transpornya Pak Jokowi.

Presiden Republik Indonesia
Belum? Oh, transpornya belum?

Sukmawati
Iya.

Presiden Republik Indonesia
Oke enggak apa-apa. Semua itu dimulai dari kecil. Untuk besar itu yang bagus dimulai dari kecil. Sehingga kokoh, akarnya kuat. Hati-hati jangan dipikir Bapak-Ibu nanti, Ibu-ibu ini jangan dipikir nanti tidak ada yang gede, banyak yang akan menjadi besar kalau disiplin, rajin. Jangan membayangkan kita kecil terus, jangan. Saya mengalami, mulai dari mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, menengah menjadi gede, tapi memang itu perlu kerja keras, perlu kerja keras. Enggak mungkin Ibu-ibu pedagang biasa-biasa kemudian bisa menjadi besar, jangan bermimpi itu, semuanya harus lewat kerja keras. Setuju ndak Ibu-ibu?

Ya? Disiplin, jujur, kerja keras. Disiplin, jujur, kerja keras. Penting, ingat-ingat ini. Penting ini. Ya? Nih biasanya yang saya suruh maju saya beri sepeda, tapi sekarang tidak boleh karena mau pilpres, tidak boleh ngasih sepeda, jadi saya enggak ngasih sepeda. Beneran karena ini aturan dari KPU enggak boleh ya saya senang saja sepeda saya utuh. Tapi sebagai gantinya saya beri foto. Nih, tunjukkan ke sana, nih. Foto ini kalau ditukar dengan sepeda bisa lebih dari sepuluh sepeda. Enggak percaya? Silakan coba. Karena albumnya ini ada tulisannya ini, nih, nih, nih, nih. Coba dibaca, ‘Istana Presiden Republik Indonesia’, nih, sudah, sudah, silakan kembali, sudah, baik. Foto? Wong sudah foto, itu mau foto lagi.

Ya, jadi, UMi ini, UMi ini, kita harapkan nanti kita ketemu lagi tahun depan itu Ibu-ibu sudah bisa sampai yang lima juta, bisa sampai yang sepuluh juta, atau bisa yang sudah melampaui sepuluh juta, kita senang. Berarti Ibu-ibu harus dipindahkan ke KUR agar bisa sampai ke Rp500 juta. Tapi hati-hati, sekali lagi bahwa ini adalah uang pinjaman yang harus dikembalikan ya? Ingat-ingat itu.

Ada yang ingin bertanya? Bertanya, bukan mau, bukan disuruh maju, bertanya. Bertanya apa, apa pertanyaannya? Sebentar, jangan minta sepeda dan minta album.

Yusnawati
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami.

Presiden Republik Indonesia
Ya.

Yusnawati
Nama saya Ibu Yusnawati dari Kelurahan Poasia, Kecamatan Abeli.

Presiden Republik Indonesia
Bu Yusna? Iya, Bu Yusna, apa?

Yusnawati
Yang terhormat Bapak Joko Widodo telah hadir di Bumi Anoa, Kota Kendari.

Presiden Republik Indonesia
Bumi Anoa, ya.

Yusnawati
Pertanyaan saya Pak, sedikit, kebetulan kami dari nasabah Ultra Mikro, yang ingin kami tanyakan kepada Bapak, karena kami, sepengetahuan kami Bapak, sebelum menjadi orang nomor satu di Indonesia, Bapak berasal dari kalangan pengusaha. Jadi pertanyaan kami Pak, kiat-kiat apa yang Bapak lakukan sebelum menjadi orang nomor satu di Indonesia? Terima kasih, Pak. Agar kami Pak, ada lagi tambahan, agar kami bisa menjadi contoh, atau bisa mencontoh Bapak meskipun kami tidak bisa menjadi orang nomor satu, setidaknya kami bisa menjadi momentum di masyarakat kami sendiri, Pak. Terima kasih. Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia
Wah pertanyaan Bu Yusna ini sulit. Tadi sebagian kan sudah saya ceritakan, saya ini lahir di pinggir kali kecil di Kota Solo. Keluarga saya sangat sederhana sekali. Kalau yang namanya susah, menderita, itu makanan sudah sehari-hari. Bapak saya jualan bambu dan kayu, kadang-kadang nyambi jadi supir, nyupir. Ya sudah, berarti bisa dibayangkan ya saya dulu seperti apa.

Saya, alhamdulillah saya syukuri betul saya bisa sekolah, bisa kuliah. Saya enggak tahu orang tua saya jumpalitan mencari uang seperti apa tapi alhamdulillah saya lulus kuliah. Nah setelah lulus, saya kerja sebentar di perusahaan BUMN. Terus setelah itu menikah dengan Bu Jokowi, ya Bu Jokowi. Kemudian memulai usaha di Solo lagi, sudah pindah ke Aceh pulang ke Solo memulai usaha dari betul-betul bukan nol tapi minus. Karena memulai usaha dari pinjaman, artinya minus kalau dari sisi aset. Enggak punya agunan yang ditaruh bank, sehingga dari pinjaman itulah saya mulai berangkat usaha.

Jangan membayangkan Ibu-ibu juga tidak bisa menjadi naik tingkatnya, dari mikro menjadi kecil, dari kecil menjadi menengah, dari menengah nanti menjadi besar. Jangan berpandangan seperti itu. Semuanya harus memiliki optimisme, memiliki semangat bahwa kitapun memiliki kesempatan untuk menjadi besar, untuk menjadi gede, untuk menjadi tingkatannya lebih baik lagi. Jangan mikir kalau yang kecil-kecil enggak bisa gede. Bisa. Tapi memang perlu kerja keras.

Saya berikan contoh, dulu saya lihat teman-teman saya yang usaha sepantaran saya, dia kerja jam delapan sampai jam empat. Saya lihat, oh teman-teman saya kerja jam delapan sampai jam empat. Ada lagi yang satu jam delapan sampai jam empat. Karena saya merasa tidak memiliki kekuatan tidak punya apa-apa, kerja saya dari subuh sampai tengah malam sampai subuh. Ibu percaya boleh, tidak boleh. Jadi saya sudah terbiasa seperti itu. Jangan harap teman Ibu bekerja jam delapan – jam empat, kemudian Ibu juga bekerjanya jam delapan sampai jam empat, ya sudah sama-sama kayak teman-teman Ibu. Tapi kalau Ibu mau melebihkan dibandingkan dengan teman-teman Ibu, Ibu pasti akan punya kelebihan nantinya. Suatu saat pasti Ibu, “lho teman-teman saya kok masih jauh saya sudah di sini, sudah di atas.” Itu, nanti akan terlihat di situ. Ya.

Tetapi sekali lagi, yang paling penting adalah menjaga kepercayaan. Jangan kehilangan kepercayaan gara-gara misalnya enggak nyicil kalau pinjam, enggak nyicil kalau kita punya kredit. Harus disiplin dengan cara apapun kita harus angsur itu.

Yang kedua, kejujuran itu juga nomor satu, jangan melupakan ini. Kalau jualan ngomong barangnya A, kirimnya juga A. Kalau ngomong barangnya B, kirimnya juga B. Jangan ngomong barang A, yang dikirim barang C, hati-hati. Atau ngomong jualan satu kilo tapi ternyata hanya sembilan ons, hati-hati. Secara agama juga tidak dibenarkan, secara bisnis seperti itu juga akan dilihat orang, hati-hati. Jangan mengurangi apapun yang namanya takaran itu jangan sampai. Kalau ngomong A, kualitasnya ya A kirim, sehingga itu yang namanya kejujuran.

Yang ketiga, tadi kerja keras tadi sudah saya contohkan. Ya. Kalau kita ini yang kecil kerjanya biasa-biasa, mau gede lupakan, lupakan, lupakan. Kalau kita yang kecil-kecil mau gede memang harus kerja dua kali lipat, tiga kali lipat dari yang lain. Tolong ini diingat, saya mengalami. Saya dulu mungkin lebih menderita dari Ibu-ibu semuanya.

Ya cukup Bu ya. Nanti kalau sudah tiga ini kita dapat menjaga, timbul yang namanya kepercayaan. Saya dulu kalau beli bahan baku harus bayar dulu, tapi begitu dipercaya, saya ngambil di manapun bahan baku itu semua orang memberi, “Sudah Pak ini gunakan dulu Pak, enggak usah bayar. Pak, ini pakai saja, enggak usah bayar. Bayarnya sebulan enggak apa-apa, dua bulan enggak apa-apa, tiga bulan enggak apa-apa.” Karena dipercaya, tapi awal-awal sebelum dipercaya kita suruh naruh uang dulu baru diberi bahan baku. Inilah bedanya, membangun kepercayaan itu memang sangat mahal dan sangat penting. Percaya? Ya, itu saja. Pertanyaannya bagus.

Sudah ya? Saya rasa itu yg bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya terima kasih sebesar-besarnya atas pertemuan yang sangat baik ini, silaturahmi yang sangat baik ini. Kita berharap nantinya bertemu lagi ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dari Ibu-ibu ini semua ada yang melompat menjadi menengah, melompat menjadi gede. Saya ingin melihat itu. Ya? Itu yang bisa saya sampaikan.

Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru