Penyerahan Banpres Produktif Usaha Mikro, 28 Agustus 2020, di Ruang Kesenian, Istana Kepresidenan Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir di sini Pak Menteri Sekretaris Negara, Pak Menteri BUMN;
Yang saya hormati Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta;
Yang saya hormati para Direktur Bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara);
Dan Bapak-Ibu semua para pelaku usaha mikro, kecil, yang hari ini hadir di sini maupun hadir secara virtual.
Kita tahu semuanya bahwa sekarang ini kita berada pada kondisi yang tidak mudah, kondisi yang tidak gampang, karena COVID-19, karena virus korona. Supaya Bapak-Ibu semuanya tahu bahwa kondisi sulit seperti ini, sulit karena urusan kesehatan karena COVID-19 dan sulit juga karena urusan ekonomi, karena COVID-19 berimbas pada ekonomi. Dan ini dialami tidak hanya negara kita, dialami oleh 215 negara di dunia. Negara yang kaya, yang besar, kena. Negara yang sedang, di tengah, negara berkembang, juga kena. Negara yang miskin juga terkena. Negara kecil juga kena. Semuanya kena. Pelaku usaha di dunia juga sama saja. Pelaku usaha mikro dan kecil juga sama, pelaku usaha di tengah juga sama, pelaku usaha besar juga sulit dan berada pada kondisi yang tidak mudah. Oleh sebab itu, pada kondisi yang seperti ini, kita harus tetap semangat dan tetap harus bekerja keras. Kuncinya di situ. Karena memang, kondisinya tidak gampang dan tidak mudah.
Kita tahu, Bapak-Ibu, pemerintah karena COVID-19 ini telah mengeluarkan semua jurus. Ada yang namanya BLT Desa, ada yang namanya bansos (bantuan sosial) tunai/bansos tunai ada. Ada yang namanya subsidi listrik, digratiskan untuk (pelanggan listrik) yang 450VA, yang bayar 50 persen untuk (pelanggan listrik) yang 900VA. Ada bantuan sembako. Ada yang namanya subsidi bunga, terus kemarin kita keluarkan subsidi gaji. Nah, sekarang kita berikan yang namanya banpres produktif. Banpres produktif ini diberikan kepada pelaku usaha mikro dan kecil, untuk semua bidang usaha. Yang hadir di sini, yang saya tadi dapat informasi, ada yang pedagang minuman, ada yang memproduksi peyek, ada yang pedagang batik, ada yang (pelaku usaha) tambal ban, ada yang penyewaan sound system, ada yang (pelaku usaha) laundry, ada yang pedagang bakpia, ada yang pedagang buah, ada yang (pelaku usaha) warung makan, ada yang (pelaku usaha) jajan pasar, ada yang (pelaku usaha) angkringan, sudah, macam-macam.
Ini, Bapak-Ibu akan diberi bantuan modal usaha sebesar Rp2,4 juta, Rp2,4 juta, diberikan langsung, ya. Tapi, ingat ini harus dipakai untuk modal usaha. Karena kondisinya seperti ini, saya tahu, ada yang omzetnya…biasanya omzetnya Rp500 ribu, sekarang tinggal Rp300 (ribu), sekarang tinggal Rp200 (ribu), ya memang kondisinya memang…, tadi saya sampaikan di awal, tidak mudah dan tidak gampang. Ada yang omzetnya biasanya Rp1 juta, tinggal Rp400 (ribu).
Tapi nanti, insyaallah kalau sudah pada kondisi di mana yang namanya vaksin itu sudah diproduksi dan sudah mulai disuntikkan kepada masyarakat semuanya, nah, itu kita akan berada kembali pada posisi normal. Kemarin Pak Menteri BUMN sudah pergi ke Uni Emirat Arab, pergi ke China juga, untuk memastikan bahwa vaksin itu bisa kita dapatkan, baik dalam bentuk bahan baku yang kita produksi di sini maupun beli jadi. Ini rebutan semua negara, 215 negara itu rebutan vaksin semuanya, untuk bisa kembali ke normal. Tapi saya meyakini insyaallah kita nanti di bulan Januari lah, kita sudah mulai suntik vaksin biar keadaannya masuk kepada kondisi yang normal kembali.
Kembali lagi ke usaha, ya memang…saya kemarin bertemu dengan perusahaan besar, ya kondisinya sulit. Ketemu pengusaha tengah, sama, kondisinya sulit. Jadi ini, akan kita berikan kepada 12 juta orang pengusaha mikro dan kecil, Rp2,4 juta tadi diberikan kepada 12 juta sampai kira-kira nanti di bulan September, jadi setiap hari terus tambah sampai 12 juta orang. Dan Bapak-Ibu patut bersyukur alhamdulillah sudah dapat yang pertama, yang awal. Tapi saya mau tanya ini yang…, apa, tadi ada yang pedagang bakpia, ada, ya? Saya baca ada, (pedagang) bakpia? Ada? (Pedagang) bakpia? Iya, ada lagi yang (pedagang) bakpia? Satu saja yang (pedagang) bakpia. Oh, ada? (Pedagang) bakpia, bakpia…nggih. Coba, Ibu sehari omzetnya berapa? Namanya dulu.
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam.
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Joko Widodo beserta kementerian…, Kementerian Koperasi (dan) UKM, bersama BRI, saya ucapkan terima kasih. Nama saya Tumbariyani, alamat Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Siapa, Bu?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Tumbariyani.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tumbariyani…, oh Bu Tumbariyani.
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Alamat Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jualannya apa, Bu?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Bakpia.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bakpia? Bukan wingko?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Sama.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, sama?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Iya, he’eh, saya jual bakpia sama wingko.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wingko juga, bakpia juga, nggih, nggih. Omzetnya berapa Bu sehari, biasa, kalau normal?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Kalau normal, bisa Rp400-500 (ribu).
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp400-500 ribu?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekarang?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Sekarang cuma Rp50 ribu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nah, masa Bu hanya…? Nggih, Bu?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Kadang enggak…, kadang sampai enggak buka dasar (toko) Pak, saya, sehari.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kenapa? Kok anjloknya bisa sampai dari Rp500 (ribu) ke….
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Enggak ada wisatawan, Pak, enggak ada wisatawan datang ke sini.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hmm, sekarang, ini kan sudah mulai dibuka, pelan-pelan, sudah bisa naik belum?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya, dikit-dikit.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dikit-dikit itu, berapa? Sudah, kemarin saja berapa?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya, bisa nyampe Rp100 (ribu).
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp100 (ribu), ya berarti alhamdulillah sudah naik.
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya, ya, alhamdulillah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nanti mungkin minggu depan sudah naik lagi, jadi Rp200 (ribu), nggih.
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Alhamdulillah ya, Pak, ya, ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Terus gimana?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Saya alhamdulillah dapat banpres ini, pertama-tama saya dihubungi oleh pihak BRI, terus saya di-bilangin sama BRI kalau dapat bansos itu, dapat bansos itu sebesar Rp2,4 juta.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu sudah dapat, ini yang hadir di sini sudah dapat semua?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif
Sudah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Di dalam tabungan?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif
Sudah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dapat Rp2,4 juta, dapat?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Semua sudah dapat?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif
Sudah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sudah diambil?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif:
Belum.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum? Belum ada yang ambil?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif
Belum.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang sudah ambil ada, ndak? Enggak apa-apa diambil. Ibu sudah ambil? Oh, ya, oke, nggih. Ibu belum diambil?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Belum.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, sekarang pertanyaannya…
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dapat Rp2,4 (juta) mau dipakai apa?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Buat tambah modal usaha saya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tambah modal usaha, bukan untuk beli handphone?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Enggak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ndak?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Enggak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hmm…, apa itu berarti? Beli untuk…, beli modal usaha itu apa saja?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Nanti saya beliin dagangan.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dagangan?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hmm, apa itu?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya dagangan saya itu nanti. Ada bakpia, ada yangko, wingko, gitu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Itu membuat sendiri, Ibu?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Yang buat sendiri yang wingko.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wingko. Yang lain ambil dari?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Tiyang (orang lain).
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, nggih, nggih. Untungnya berapa sih, Bu, kalau omzet Rp500 ribu gitu, untung berapa?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Enggak mesti, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak mesti?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sehari untung berapa? Bukan omzet ya, untungnya pinten?
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Ya, itu nanti tergantung kalau laku apa ndak, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau laku, kita penginnya kan laku.
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
He’eh, iya, kalau laku ya bisa Rp40-50 ribu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp40-50 ribu…oh, nggih, mpun, nggih, matur nuwun, matur nuwun, nggih.
Tumbariyani (Pedagang Bakpia)
Nggih.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jadi betul ya, ini semua sudah, sudah, dapat ya? Saya ingin memastikan karena kadang-kadang kan kalau enggak dipastikan dapat semuanya itu kan, katanya dapat ternyata ndak gitu, tadi sudah dapat. Ibu tadi sudah diambil (uangnya)? Sebentar, sebentar. Sebentar, Ibu jualannya apa?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Batik.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Batik, tapi cuma enggak terlalu besar banget.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Batik?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, besar enggak apa-apa juga, bagus.
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Ya, mudah-mudahan nanti, amin saja.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Biar jadi gede, nggih.
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Amin, amin.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu jualan batik?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, terus ini Ibu tahu sudah dapat Rp2,4 juta itu kapan?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Hari Senin.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hari Senin? Oh, hari Senin sudah, sudah, sudah, sudah, sudah dapat itu?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Ya, saya dipanggil ke BRI waktu itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, sudah diambil?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Sudah, sekalian lah. Bapak bilang suruh ambil, mau diambil sekarang apa besok lain hari? Begitu….
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sudah? Terus diambil, sudah diambil Ibu?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Ya sekalian saya ke BRI ya sekalian saja, Pak. Nanti kalau buat modal….
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak, tapi Ibu sudah ambil belum?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Sudah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berapa?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Rp2,4 (juta).
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp2 (juta)? Sudah diambil Rp2 (juta)?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Enggak, ambilnya saya Rp2.150.000.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp2.150.000. Oke, dipakai apa? Sudah dipakai apa?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Nanti untuk belanja, untuk dijual lagi, Pak. Saya pesanan untuk celana batik, karena saya bisa, anak saya bisanya jual celana batik itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, Ibu beli ke…, beli gitu? Beli terus dijual lagi?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Iya, iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, oke, nggih, nggih, sae, sae, nggih, sae, nggih.
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Tapi sekarang sepi banget, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Cuma dua minggu…, ya selama itu, pariwisata dibuka itu, agak laku lah. Biasanya yang laris itu Sabtu-Minggu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngoten?
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Jumat, Jumat-Sabtu itu sudah berjalan bagus, ya, terima kasih, masih ada…, sekaligus dapat bantuan dari Bapak, saya mengucapkan terima kasih.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, sami-sami.
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Semoga Bapak dalam memimpin negara Indonesia ini menjadi sehat, selalu berhasil dengan sempurna.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, pangestunipun sedanten, nggih, matur nuwun.
Veronica Sukirah (Pedagang Batik)
Terima kasih ya, Pak, ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, nggih, terima kasih. Nggih.
Ya jadi, saya punya bayangan bahwa apa itu…, bantuan yang kita berikan ini betul-betul nanti bisa dimanfaatkan semuanya. Kalau Bapak-Ibu masih kurang ya, sekarang kan sudah punya nomor, nomor rekening di bank, ya kalau nanti kurang, ya minta tambahan ke bank, tapi pinjam, ngoten, pinjam. Kalau yang ini enggak pinjam ya, ini adalah betul-betul bantuan modal kerja, bukan pinjam, bukan kredit, tapi bantuan kepada Bapak-Ibu semuanya. Tapi kalau nanti usahanya berkembang, silakan minta tambahan ke bank. Kalau ini Bank BRI ya BRI, Bank Mandiri ya Bank Mandiri, Bank BNI ya BNI, tapi pinjam kalau yang untuk tambahan, nggih.
Ada yang ingin menyampaikan sesuatu? Kalau enggak ada, saya…, ya, terakhir, silakan.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Selamat sore, Bapak Presiden. Selamat sore, Bapak Presiden bersama Menteri, Bupati, dan (pelaku) UKM yang kita hormati. Perkenalkan nama saya Ignatius Supoyo.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Panggilannya Bapak Poyo atau Mbah Mbilung.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Poyo.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Iya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Alamat saya di Desa Nogosari, Kelurahan Trirenggo, Bantul, Yogyakarta Hadiningrat.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Silih pundi nggih niku, nggih?
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Bantul, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bantul.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Sampingnya (Kantor) Bupati Pak, saya jualannya Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa?
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Trirenggo, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jualannya apa?
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Jualan soto, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Soto?
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Dekat…, dekat dengan Gentur, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Soto?
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Ya, jualan soto dekatnya Mas Gentur, Gentur di Manding itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Saya jualan soto, lantas adanya pandemi (COVID-19) itu, Pak, ijen, itu sepinya ndak karu-karuan, akhirnya kita memilih untuk istirahat, daripada kita ndak kembali modal.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Gitu, lantas…, untungnya, setelah berapa kemudian itu saya bangkit lagi.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Bangkit lagi, kira-kira satu minggu-dua minggu ini, lantas saya dipanggil BRI.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Saya bingung, enggak punya utang kok dipanggil BRI, ada apa ini?
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh… ngaten?
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Ternyata di sana, saya dikasih tahu bahwa saya dapat bantuan dari Presiden.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hmm… ngaten?
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Makanya saya beribu terima kasih….
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Atas bantuan Bapak Presiden tadi dan saya nanti mudah-mudahan ada hikmahnya bantuan dari Presiden itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Bisa untuk tambahan modal.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Mudah-mudahan nanti bisa lebih besar lagi.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Dan ndak lupa, saya juga selalu mendoakan Bapak Presiden, supaya dalam mengemban tugasnya itu selalu sehat walafiat.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, matur nuwun.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Biar besok kita dapat bantuan lagi, gitu lo, Bapak Presiden. Biar bisa dibantu lagi.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, matur nuwun.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Buat Pak Presiden, dalam menghadapi negara ini, supaya selalu tabah dan tegar, dan masyarakat kita semuanya. Karena negara kita baru dalam kesulitan, nggih, Pak, nggih, dalam keadaan kesulitan. Jadi, kita semuanya ini ada manfaatnya, biar kita itu nanti ke depannya, untuk menuntut hidup baru. Keluar pakai masker, cuci tangan….
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Keluar cuci tangan, masuk cuci tangan, dan begitu jarak diatur satu meter dengan yang lain. Demikian saja, Pak Presiden, terima kasih. Mungkin ada salah kita yang tidak berkenan dengan Pak Presiden, kita mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.
Ignatius Supoyo (Penjual Soto)
Tidak lupa, ini tadi ada salam dari Pak Gentur.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, matur nuwun.
Saya tadi terakhir sebetulnya mau saya tutup tapi sudah ditutup oleh Pak Poyo tadi. Jangan lupa pakai masker, saya mau omong gitu, jaga jarak, cuci tangan, tapi sudah didahului, enggak jadi saya omong.
Nggih, saya kira, sekali lagi, apa yang disampaikan oleh Pak Poyo yang terakhir tadi, tolong betul-betul kita perhatikan bersama. Pentingnya memakai masker, sangat penting sekali saat ini, agar kita tidak terkena virus COVID-19, penting. Menjaga jarak, seperti sekarang ini, kalau dulu kursi di-mepet-mepet enggak apa-apa, sekarang ya seperti ini. Kumpul juga enggak bisa, orang-orang banyak, berdesak-desakan, berkerumunan, uyel-uyelan, sudah enggak bisa lagi kita, karena ada COVID-19. Di dunia, tidak hanya di Indonesia, enggak ada yang berani seperti itu. Kemudian kalau habis kegiatan, ya pulang, segera cuci tangan. Saya hanya mengulang apa yang disampaikan Pak Poyo tadi, nggih.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, pergunakan bantuan modal kerja ini untuk betul-betul mengangkat lagi usaha yang kita miliki.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.