Penyerahan Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH), 19 Januari 2019, di Gedung Serba Guna Mandala, Kabupaten Garut, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 19 Januari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 2.874 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati Pak Menteri Sosial, Bapak Menteri PU, Bapak Koordinator Staf Khusus Pak Teten Masduki,
Yang saya hormati Pak Wakil Gubernur, Bapak Bupati Kabupaten Garut, serta para SDM pendamping PKH yang hadir sore hari ini, serta Ibu-ibu penerima manfaat PKH.

Tadi saya tanya dari belakang sana, saya tadi turun dari mobil, saya tanya, “Ibu dapat berapa?” Ada yang tidak tahu, “ belum tahu Pak.” Saya tanya lagi yang antri di ATM mobil di situ, “Ibu mau ambil  ambil berapa?” “Mau ambil Rp1 juta Pak.” Lho kok gede banget. “Mau diambil semua?” “Iya” “Untuk apa?” “Untuk sekolah anak Pak,  untuk beli seragam, beli buku dan untuk membayar sekolah.”

Tadi waktu mengambil ATM, di situ ada ATM tiga, saya di belakangnya yang mengambil itu, salah-salah terus. Enggak apa-apa memang harus belajar,  salah-salah enggak apa-apa. Tapi ada yang tadi mengambil Rp500 ribu, ada mengambil Rp1 juta. Yang paling penting, mengambil itu diatur, jangan sampai tergesa-gesa mengambil dan dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, hati-hati.

Program Keluarga Harapan (PKH) ini harus betul-betul menyasar: Satu, kepentingan anak-anak kita untuk bersekolah, mendapatkan pendidikan, itu harus dinomorsatukan. Setuju? Karena dengan itulah nanti anak-anak kita akan bisa melebihi kita, pintar-pintar, cerdas-cerdas, sehat-sehat, melebihi kita. Saya dulu juga hidup di pinggir kali, orang tua saya juga saat itu, waktu saya kecil, juga tidak mampu, susah, sulit, tapi tetap menomorsatukan sekolah anak, entah dengan cara apa. Dulu belum ada PKH, sekarang beruntunglah Ibu-ibu semuanya ada yang namanya PKH. Jadi gunakan uang itu betul-betul tepat sasaran, bermanfaat.

Yang kedua, anak kita ini harus cerdas, anak kita ini harus pintar, anak kita ini harus sehat. Oleh sebab itu, gizi anak harus diperhatikan. Telur jangan lupa. Kan murah kan telur? Telur sekilo berapa sekarang?  Rp25.000 atau Rp24.000 per kilo kan? Sekilo ada berapa telur? 16. Lha iya, coba Rp24.000 dapat 16, kan dapat banyak. Tapi hati-hati yang makan banyak itu anak-anak kita, jangan bapaknya atau ibunya yang banyak. Anak-anaknya dinomorsatukan. Gizi anak harus dinomorsatukan. Ikan, sayur, buah, beri anak-anak kita biar ininya cerdas, pintar, sehingga nantinya akan menjadi anak-anak harapan kita semuanya.

Negara ini membutuhkan anak-anak yang pintar, negara ini membutuhkan anak-anak yang cerdas, negara ini membutuhkan anak-anak yang sehat. Sehingga kalau sudah pintar, cerdas, prestasinya pasti baik. Itu yang kita harapkan. Tadi ada yang berprestasi tadi, itu yang kita harapkan.

Yang ketiga,  juga gunakan uang/dana yang ada di PKH ini untuk meningkatkan ekonomi keluarga, misalnya untuk tambahan modal. Misalnya Ibu-ibu ada yang jualan gorengan dipakai tambahan modal di situ, jangan hanya jualan gorengan saja, tambah  jualan bakso. Kalau sudah jualan bakso, tambah lagi jualan nasi uduk misalnya, sehingga income/pendapatan keluarga menjadi naik. Ini yang kita harapkan. Ini yang kita harapkan.

Negara sekarang ini sedang berperang dengan kesenjangan, dengan ketimpangan. PKH ini kita harapkan nanti akan  mengurangi itu. Sehingga kita harapkan keluarga keluarga prasejahtera semakin hari semakin tidak ada, semakin berkurang, berkurang, berkurang, dan langsung hilang tidak ada. Karena keluarga sudah bisa mandiri dan anak-anaknya juga sekolah semuanya. Itu harapan kita.

Ini ada yang dapat, saya lihat ada yang dapat Rp3,6 juta, ada Rp1,7 juta, ada yang dapat dua koma. Memang beda-beda sekarang karena sekarang memang memakai indeks. Ibu hamil dapat Rp2,4 juta misalnya. Balita dapat Rp2,4 juta, biar anak-anak ini betul-betul kita rawat betul gizinya. Yang sekolah SD Rp900 ribu, SMP Rp1,5 juta, dan seterusnya.

Saya ingin ada  yang maju coba. Tunjuk jari yang dapat di atas Rp3 juta!
Ada tidak?
Ada yang tidak tahu?
Ada yang dapat Rp3 juta tidak?
Di atas Rp3 juta? Tadi saya tanya di sana ada kok yang tiga koma, ada. Ada? Enggak ada? Tahun ini enggak ada? Masa?
Rp2,4 juta ada? Ada yang Rp3,7 juta, ada tadi di belakang.
Ada yang Rp2,4 juta, ada?
Rp2,7 ada? Mana? Tunjuk jari. Tunjuk jari mana? Berapa Ibu? Ibu dapat berapa? Rp2,6 juta? Rp2,6 juta, ya sini maju.
Ada lagi yang dapat di bawah Rp2 juta? Berapa? Rp2,6 juta. Ada yang di bawah Rp2 juta? Tunjuk jari yang dapat di bawah?
Berapa, Ibu dapat berapa yang tunjuk jari tadi? Ibu dapat berapa? Ibu dapat berapa? Berapa itu? Ibu dapat berapa? Rp1,8 juta? Ibu dapat berapa? Rp1,8 juta? Sini, sudah.

Ya, dikenalkan dulu namanya Bu. Lebih dekat, agak dekat.

(Dialog Presiden RI dengan Perwakilan Penerima Manfaat PKH)

Mimah Juariah
Nama saya Nimah Juhariah, dapat Rp2.625.000 untuk tahap pertama.

Presiden Republik Indonesia
Oh, itu tahap pertama? Tahap pertama itu Rp2 juta…? Oh, itu bukan satu tahun tapi tahap pertama? Besar banget lho. Berarti totalnya berapa itu nanti? Perkiraan total berapa? Berapa? Ada yang dapat Rp9.600.000? Ya, satu tahun. Gede banget. Oh, ini tadi kita bicara tahapan pertama.

Begini, PKH ini kan sudah berjalan empat tahun, ya kan? Kalau dulu dapatnya Rp1.890.000 betul ndak? Tahun ini memang berubah, ada yang dapat dua kali lipat, ada yang dapat tiga kali lipat, ada yang dapat tadi seperti disampaikan Pak Menteri tadi. Ada yang dapat Rp9 juta juga ada. Karena memang memakai indeks ini, ada indeksnya.

Rp2.650.000, Bu Mimah mau diambil berapa dulu pertama? Ini besok atau nanti setelah pulang ini kan bisa ada ATM di depan, mau ambil berapa?

Mimah Juariah
Ambil Rp2 juta, untuk sekolah, study tour.

Presiden Republik Indonesia
Study tour? Sebentar, ini pendamping ada enggak, pendamping? Study tour itu boleh enggak? Harusnya tolong diprioritaskan untuk hal-hal yang bersifat sangat penting. Study tour itu juga penting tapi ada yang lebih penting dari study tour itu. Tahu semua ya maksud saya ya? Karena dapatnya Bu Mimah ini gede banget.

Oke terima kasih. Sebentar. Kenalkan Bu, agak ke sini Bu. Dikenalkan, nama.

Dedah Zubaidah
Nama saya Ibu Dedah Zubaidah, (tahapan pertama mendapatkan) Rp1.800.000.

Presiden Republik Indonesia
Besok atau sekarang mau diambil berapa?

Dedah Zubaidah
Mau diambil Rp1 juta untuk bayar SPP, enam bulan belum (bayar). Mau beli seragam, sepatu, buku.

Presiden Republik Indonesia
Ini benar, ini benar. Anaknya ingin pintar. Ibu, anaknya sekolah kelas berapa sih?

Dedah Zubaidah
Yang satu SMA kelas II, yang satu SMA kelas III, yang satu SD kelas V.

Presiden Republik Indonesia
Ibu inginnya anak-anak jadi apa sih? Atau anak-anak inginnya jadi apa?

Dedah Zubaidah
Ingin jadi anak yang berbakti pada orangtua, ingin pintar, ingin sekolah lanjut, ingin jadi presiden kayak Bapak.

Presiden Republik Indonesia
Enggak apa-apa kita amini. Amin!

Jangan dipikir enggak bisa lho. Bisa, kenapa tidak, asal anaknya belajar, anaknya pintar, anaknya cerdas, sekolah terus, kenapa tidak? Bisa. Jangan ada yang bilang tidak bisa, bisa.

Oke, silakan kembali ke tempat. Terima kasih.

Oh ini, ini, sebentar, sebentar. Ini biasanya kalau yang saya suruh maju itu saya beri sepeda, sebentar Bu, karena mau Pilpres tidak boleh memberi sepeda, sehingga saya beri sekarang foto seperti ini. Foto ini baru saja fotonya. Fotonya di sini ada albumnya, ada tulisannya  di sini ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Ini lebih mahal dari sepeda. Ini dibelikan sepeda sudah dapat sepuluh. Ya, terima kasih.

Apa lagi ya? Ada yang ingin ditanyakan mengenai PKH ini? Enggak ada? Nanti kalau ada hal-hal yang memang sulit dan harus ditanyakan, tolong ditanyakan kepada pendamping-pendamping SDM PKH, karena mereka ini yang mendampingi ini pintar-pintar, sudah tahu apa yang harus dikerjakan.

Tetapi saya titip agar yang namanya pemberdayaan ekonomi itu diberikan prioritas.  Tadi, dipakai misalnya untuk modal, jualan kelontong di rumahnya, dipakai untuk berjualan nasi uduk di rumahnya enggak apa-apa, dipakai untuk jualan gorengan. Karena itu lebih akan lestari dan memberikan manfaat  yang rutin kepada keluarga kita. Dan kalau yang sudah ada usaha, seperti tadi di depan, tadi saya beli peyek teri harganya Rp20.000 satu bungkus. Ada peyek kacang satu bungkus Rp20.000. Ini memberikan tambahan income bagi keluarga kita.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan sekali lagi, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh SDM pendamping PKH yang telah bekerja keras untuk mendampingi para penerima manfaat PKH sehingga betul-betul apa yang sudah diberikan ini benar-benar bermanfaat. Kita ingin tahun depan PKH ini kita tambah lagi. Setuju enggak? Karena kalau kita lihat bermanfaat artinya ini harus ditambah yang manfaatnya betul-betul dirasakan oleh kita semuanya.

Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru