Penyerahan Kartu Indonesia Pintar, 1 Maret 2019, di Gelanggang Olahraga David – Tonny, Limboto, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera untuk kita semuanya.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Bapak Mendikbud, Pak Menteri PU, Pak Mentan,
Yang saya hormati Bapak Gubernur Provinsi Gorontalo beserta Ibu,
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota DPR RI, Pak Roem Kono,
Yang saya hormati Bapak Bupati Kabupaten Gorontalo beserta Ibu,
Serta anak-anakku semuanya SD, SMP, SMA, SMK yang siang hari ini berkumpul di ruangan ini.
Selamat sore!
Selamat sore!
Selamat sore!
Ya, itu bagus. Anak-anakku sudah terima ini semuanya? Coba, Bapak mau lihat? Sebentar, sudah, sudah, belakang sudah semua? Sudah ya? Sudah pegang semua? Ya, sudah. Sudah, sudah pegang semuanya.
Anak-anak tahu semuanya, yang SD, yang SD dapat berapa di kartunya? Dapat anggaran berapa tahu? Tahu? Dapat berapa? Enggak tahu? Anak-anak di kartunya ada dana Rp450.000. Jadi hati-hati pegang kartunya, ya. Yang SMP, SMP sudah tahu ada berapa dana di kartu? Berapa? Rp750.000. Yang SMA/SMK, SMA/SMK ada berapa dana yang di dalam kartu? Rp1.000.000, betul.
Rp1.000.000 cukup ndak untuk Gorontalo? Cukup ndak? Cukup, masa satu juta enggak cukup. Cukup. Siapa bilang enggak cukup maju. Ayo, boleh maju yang bilang enggak cukup. Cukup.
Hati-hati anak-anakku semuanya, dana yang ada di kartu ini hanya digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Untuk beri seragam sekolah boleh? Untuk beli sepatu sekolah boleh?Untuk beli buku sekolah boleh? Untuk beli tas sekolah boleh? Untuk beli pulsa boleh? Siapa tadi bilang boleh? Yang bilang boleh maju. Tidak boleh, untuk beli pulsa tidak boleh. Kalau ketahuan dana yang di kartu ini untuk beli pulsa kartunya dicabut, ya. Ini janjian, janjian, janjian, tidak boleh, tidak boleh, ya. Ini hanya untuk hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.
(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Perwakilan Penerima Kartu Indonesia Pintar)
Herman Hatta (Pelajar SD Negeri 14 Tibawa, Kabupaten Gorontalo)
(Hatta mengatakan dana yang terdapat di dalam KIP digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah seperti buku, sepatu, dan seragam.)
Saira Harun (Pelajar SMP)
(Saira mengatakan dana yang terdapat di dalam KIP digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah seperti buku, tas, sepatu, dan seragam.)
Dea Haris Satuba (Pelajar SMA Negeri 1 Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo)
(Dea mengatakan dana yang terdapat di dalam KIP digunakan untuk perlengkapan atau atribut untuk pendidikan, seperti buku, alat tulis menulis, dan seragam. Sisa dari dana tersebut akan ia tabung.)
Presiden Republik Indonesia
Ditabung, ini pintar, pintar, ini pintar. Tepuk tangan. Jadi uang yang ada di sini, kalau tidak perlu betul jangan diambil, dipegang, ditabung. Jangan nanti ada sisa, uang untuk beli seragam, untuk beli buku, untuk beli sepatu masih sisa 600 ribu misalnya, besok langsung beli pulsa.
Anak-anakku semuanya, jadi anak-anak harus belajar yang baik, belajar yang baik, belajar yang baik. Jangan sampai belajar sehari hanya setengah jam – satu jam, kurang. Anak-anak harus belajar. Habis subuh belajar, sore mengerjakan PR, malam belajar lagi, tugas anak-anak adalah belajar. Ya.
Nanti kalau sudah seperti Dea tadi, sudah lulus dari SMA atau lulus dari SMK yang ingin meneruskan ke bangku kuliah, sekarang ada yang namanya KIP Kuliah. Ini seperti ini, KIP Kuliah, untuk kuliah, untuk kuliah, ya. Tapi anak-anak harus belajar, belajar, sehingga nanti bisa masuk ke jenjang yang lebih tinggi, baik di politeknik, baik di akademi, baik di universitas, semuanya. Harus memiliki cita-cita dan mimpi yang tinggi.
(Dialog Presiden Republik Indonesia dengan Perwakilan Penerima Kartu Indonesia Pintar)
Baik anak-anak… Oh ini sebentar, ini saya beri hadiah. Ini satu, ini biasanya kalau saya suruh maju kan saya beri sepeda, ini sekarang diberi foto saja, ini. Tunjukkan ke teman-temannya. Ini, ini yang SD pendiam, ini, sudah. Oke, sudah, sudah.
Baik, silakan anak-anak, belajar semua ya. Ya, sudah. Ya, sudah. Anak-anak, jadi tugas, sekali lagi, tugas anak-anak setelah diberi Kartu Indonesia Pintar (KIP), tugas anak-anak adalah belajar, belajar. Jangan ada yang malas-malasan dalam belajar, harus rajin semuanya.
Anak-anak yang bercita-cita ingin jadi menteri ada? Ada yang ingin jadi menteri tunjuk jari. Enggak ada? Yang ingin jadi gubernur tunjuk jari. Yang ingin jadi bupati tunjuk jari. Oh, enggak ada? Yang ingin jadi pengusaha tunjuk jari. Yang ingin jadi dokter tunjuk jari. Mana? Yang ingin jadi insinyur tunjuk jari. Kok enggak ada yang tunjuk-tunjuk ini? Ingin jadi apa ini? Presiden? Harus belajar ya, belajar, bekerja keras anak-anak biar bisa meraih cita-cita yang kita impikan, kita inginkan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi anak-anak, semuanya belajar.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.