Penyerahan Program Keluarga Harapan (PKH) Tahap I Tahun 2020, 29 Januari 2020, di Lapangan Rajawali, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Januari 2020
Kategori: Sambutan
Dibaca: 742 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri yang hadir, Bapak Gubernur, Bapak Wali Kota, serta Pimpinan DPR yang hadir, seluruh jajaran Kementerian Sosial, para pendamping PKH,
Ibu-ibu semuanya, Ibu dan Bapak sekalian para penerima PKH.

Sudah cair belum?

Penerima PKH
Sudah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Benar?

Penerima PKH
Benar.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kapan cairnya?

Penerima PKH
Kemarin.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kemarin sudah cair?

Penerima PKH
Sudah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Itu baru tahap pertama. Harus kita syukuri, alhamdulillah. Dapat apa-apa itu harus disyukuri. Tapi yang jelas sekarang memang cara pemberiannya dilihat. Yang memiliki anak usia dini dan ibu hamil memang dinaikkan lebih tinggi, dari Rp2,4 juta menjadi Rp3 juta. Tapi juga jangan… tahu ya? Enggak usah saya pesan tahu kan? Ya sudah, berarti enggak usah saya pesan.

Yang paling penting dalam posisi kondisi ibu hamil, anak kita yang berada di kandungan ini jangan lupa gizinya, satu. Kalau kita punya anak usia balita, juga jangan sampai lupa gizinya ya, yang penting itu. Kalau punya anak balita, kalau ada telur diberikan kepada anaknya terlebih dahulu, jangan bapaknya, ya. Kalau ada ikan, ikan ini proteinnya juga tinggi diberikan kepada anak balita kita terlebih dahulu, anak kita terlebih dahulu.  Jangan kepada?

Penerima PKH
Bapaknya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sudah tahu semuanya? Sudah. Ini urusan gizi jangan dilupakan karena kalau anak-anak kita ini gizinya baik dia pasti akan sehat. Kalau anaknya sehat sekolahnya pasti juga pintar. Kalau anaknya sudah enggak sehat, gizinya kurang, kena stuntingstunting tahu ya, kerdil, nah itu sulit kita meningkatkan pendidikan pada anak-anak kita.

Padahal kita harus tahu semuanya bahwa dunia sekarang ini penuh dengan persaingan. Di sekolah bersaing pinter-pinteran, nanti kalau bekerja bersaing pinter-pinteran juga. Oleh sebab itu, anak ini harus dijaga gizinya. Kalau anak gizinya baik, anak kita sehat, membuat pintar itu lebih mudah, asal sekolah terus.

Saya dulu, ini saya cerita (saya) kecil aja. Rumah saya dulu di pinggir sungai di kawasan yang kumuh. Kalau punya telur satu, anaknya empat, saya dapat kecil. Sekarang telur kan juga murah. Telur satu berapa sih sekarang?

Penerima PKH
Rp2.000.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp2.000. Ibu dapat PKH berapa? Kalau tidak bisa memberi telur pada anak-anak kita kebangetan, (sudah) diberi PKH. Tapi ya jangan telur terus, bisa ikan, iya kan, bisa daging, iya kan, bisa sayur, bisa buah. Itu sudah jadi gizi yang baik bagi anak-anak kita.

Oke, urusan gizi rampung, sekarang sehat. Anak kita jangan juga lupa imunisasi. Hati-hati, penting banget imunisasi, entah imunisasi polio dan yang lain-lainnya. Karena kalau sudah sakit itu sudah, aduh kasihan anak-anak kita. Kalau sudah sehat, sekarang disekolahkan. Disekolahkan sekarang dengan PKH dibolehkan enggak untuk bayar sekolah? Boleh, uang PKH untuk bayar sekolah boleh?

Penerima PKH
Boleh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nah, untuk beli buku boleh?

Penerima PKH
Boleh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk beli tas sekolah boleh?

Penerima PKH
Boleh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk beli sepatu sekolah boleh?

Penerima PKH
Boleh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk beli pulsa boleh?

Penerima PKH
Enggak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mana tadi yang ngomong boleh tadi? Tidak boleh untuk beli pulsa. Hati-hati, PKH tidak boleh untuk beli pulsa.

Kalau anak-anak kita sudah sekolah, sekolah, sekolah, sekolah, kita menata kita. Yang memiliki keinginan usaha silakan untuk berusaha. Saya tahu ada yang jualan misalnya bakso, enggak apa-apa, jualan nasi liwet, silakan, yang paling penting menambah penghasilan keluarga, dari situ ada keuntungan. Jualan baju silakan, jual kaos silakan. Tadi saya lihat di depan bagus sekali.

Kalau Ibu-ibu semuanya sudah berusaha memakai dari PKH sebagai, misalnya menggunakan modal dulu Rp500 (ribu) dari PKH, dicoba berhasil, berhasil, berhasil, “wah, kok modal saya kurang,” nah ini, kita akan larikan ke KUR (Kredit Usaha Rakyat), atau nanti akan saya dampingi dengan yang namanya Mekaar atau UMi. Kredit UMi itu kredit usaha mikro. Mekaar juga sama dari PNM tapi dalam bentuk kelompok-kelompok. Jadi Pak Dirjen, ini agar keluarga besar PKH ini kelompok-kelompoknya jelas sehingga kalau ada bibit-bibit usahawan di sini enggak apa-apa, nanti bisa kita suntik dari UMi maupun dari Mekaar maupun dari KUR. Kalau untuk urusan modal Rp1 juta, Rp2 juta, Rp3 juta bisa ngambil UMi atau dari Mekaar, tapi kalau sudah menginjak kayak tadi, ini Rp25 juta, Rp20 juta nanti masuknya ke KUR. Sehingga kita bisa meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan keluarga kita.

Ini yang sudah cair, yang sudah ngambil tunjuk jari! Yang cair yang sudah ngambil, yang ngambilnya lebih dari Rp500 (ribu) tunjuk jari! Tadi di sana ada yang ngambil Rp700 (ribu), ada yang ngambil Rp500 (ribu). Rp700 (ribu) ada? Coba maju yang Rp700 (ribu) sini! Ya, maju. Ibu yang pakai ungu, iya, kok duduk lagi.

Yang belum ngambil tunjuk jari! Yang belum ngambil, yang belum ngambil, yang belum ngambil. Ya maju, Ibu.

Yang pengin ngambil? Ya, paling belakang, belakang, belakang itu. Belakang sana, belakang. Ya, yang belakang, ya belakang itu. Yang belakang. Maju Bu, sini, sini. Sini Bu.

Ada yang sudah ngambil, ada yang belum ngambil, ada yang pengin ngambil. Kalau ada yang belum cair tolong ditanyakan kepada pendamping PKH, para pendamping nanti akan ngurus.

Silakan kenalkan Bu!

Sukaesih
Nama saya Sukaesih, dari Cibeureum.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Sukaesih dari Cibeureum. Itu kabupaten mana ya?

Sukaesih
Cimahi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Cimahi, Kota Cimahi. Bu siapa?

Sukaesih
Sukaesih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Sukaesih. Panggilannya Bu? Bu Sukaesih juga, ya sudah Bu Sukaesih.

Sukaesih
Bu Esih, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Esih. Nah gitu pendek, yang pendek, gampang diingat. Bu Esih. Bu Esih sudah ngambil berapa?

Sukaesih
Belum, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, belum.

Sukaesih
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau ngambil?

Sukaesih
Iya, rencananya pulang dari sini ambil.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Itu kan masih buka. Habis dari sini mau ngambil?

Sukaesih
Ketemu Bapak dulu

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngambil berapa? Mau ngambil berapa?

Sukaesih
Rp1 juta.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp1 juta?

Sukaesih
Iya. Boleh kan Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Boleh. Rp1 juta, oke, enggak apa-apa. Ambil Rp1 juta. Mau dipakai apa?

Sukaesih
Buat beli tas sama sepatu anak sekolah, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tasnya harganya berapa?

Sukaesih
Enggak tahu.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sepatunya harga berapa?

Sukaesih
Kurang tahu, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak tahu. Nah gini….

Sukaesih
Biasanya anak saya beli sendiri.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Nah saya beritahukan, kalau ingin mengambil uang, ambil Rp1 juta, di sini sudah punya perencanaan mau dipakai apa. Oh, lihat dulu tas, oh tas harganya Rp200 ribu, Sepatu cek, oh sepatunya Rp300 ribu, berarti Rp500 ribu cukup, tidak ngambil Rp1 juta.

Sukaesih
Anak saya 3 Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya tahu, anaknya 3 tahu. Karena apa? Kalau ngambil Rp1 juta padahal harga sepatu sama harga tasnya hanya Rp500 (ribu), terus yang Rp500 (ribu) untuk apa ya? Gitu. Jalan-jalan ke mal, nah tengok sana tengok sini kok, “waduh, ini ada lipstik,” mulai ke sana, ya.

Jadi saya hanya titip, titip kalau akan mengambil berapa itu sudah ada perencanaan di sini. “Oh, saya pakai untuk 2 anak saya, beli sepatu 2, beli tasnya 2.” Anaknya 3, beli sepatu 3, beli tasnya 3. Oh, harganya Rp50 ribu berarti kali… Nah gitu. “Oh, berarti saya ngambilnya hanya Rp450 (ribu), tidak usah ngambil Rp1 juta. Sisanya ditabung biar… kan enggak hilang, mengendap di sini. Iya kan? Nah gitu. Jadi ngambil Rp1 juta untuk beli?

Sukaesih
Sepatu sama tas.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sepatu sama tas, bisa ini pasti.

Sukaesih
Buat beli telur, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nah, bagus kalau belinya telur. Kalau beli ini (make up), ini, nah itu hati-hati ya, hati-hati. PKH itu boleh beli tas sekolah boleh, beli sepatu sekolah boleh, beli telur boleh, beli ikan boleh, boleh. Itu boleh, misalnya itu boleh karena ini menyangkut gizi anak. Boleh, ya sudah.

Berarti 1 juta beli apa tadi? Tas, beli sepatu, beli telur, sudah? Masih sisa, sisa, sisa, sudah. Saya setiap hari ke pasar kok, bisa hitung-hitungan. Tas itu harga berapa, sepatu itu harga berapa, tahu.

Sukaesih
Kali 3, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kali 3, oh kali 3, ya kali 3 tadi saya hitung Rp450 (ribu). Iya, oke, Bu Esih sudah.

Silakan Bu kenalin!

Nindyaningsih
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam.

Nindyaningsih
Nama saya Nindyaningsih dari Cimahi, nama panggilan saya Ibu Elin.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu?

Nindyaningsih
Elin.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Elin, panjangnya Ibu siapa?

Nindyaningsih
Ibu Nindyaningsih. Nindyaningsih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nindyaningsih, panggilnya Bu?

Nindyaningsih
Elin.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Elin. Ibu sudah ngambil?

Nindyaningsih
Belum, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum. Mau ngambil?

Nindyaningsih
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau ngambil. Mau ngambil berapa?

Nindyaningsih
Rp700 (ribu).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Waduh, PKH ini kaya-kaya banget, ngambil Rp1 juta, ngambil Rp700. Oke, enggak apa-apa, enggak apa-apa. Untuk apa?

Nindyaningsih
Untuk beli seragam anak sekolah, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Beli seragam anak sekolah hanya berapa?

Nindyaningsih
Dua anaknya Pak, sama sepatunya sudah rusak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sama sepatunya, seragam sama sepatu. Harga seragam berapa?

Nindyaningsih
Rp150 (ribu).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp150 (ribu), mahal. Rp150 (ribu) oke, Rp150 (ribu). Sepatu?

Nindyaningsih
Sepatunya ada yang Rp100 (ribu), Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berapa?

Nindyaningsih
Rp100 (ribu).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp100 (ribu), berarti Rp250 (ribu), terus sisanya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kan ada dua anaknya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Anak 2, berarti baru Rp500 (ribu).

Nindyaningsih
Ya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang 200 (ribu)? Saya urus terus. Pendamping harus ngurus kayak gini lo ya. Yang Rp200 (ribu)?

Nindyaningsih
Buat kepentingan ini Pak, buat kepentingan ekonomi dapur, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Buat kepentingan ekonomi dapur. Apa itu yang namanya ekonomi dapur?

Nindyaningsih
Ya itu buat sembako, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hati-hati, untuk gizi anak. Tolong didahulukan, diberikan prioritas untuk gizi anak. Tadi saya sudah, saya pesan ikan, telur, daging, dan lain-lainnya lah. Ibu-ibu lebih tahu dari saya. Terus nanti kalau ini Rp700 (ribu) diambil, terus berikutnya mau dipakai apa?

Nindyaningsih
Buat disimpan, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Disimpan, oke. Ya, sudah.

Silakan, Bu.

Oon Rohaeni
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam.

Oon Rohaeni
Nama saya Oon Rohaeni dari Cibodas, Cimahi Selatan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Cimahi Selatan. Ibu siapa panggilan?

Oon Rohaeni
Oon. Oon

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Oon, ya oke. Bu Roha… siapa tadi?

Oon Rohaeni
Ibu Rohaeni, Oon Rohaeni. Rohaeni.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rohaeni, Rohaeni, panggilannya Bu Oon. Oke. Ibu mau/pengin ngambil kan tadi? Pengin ngambil. Belum ngambil?

Oon Rohaeni
Belum.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum ngambil. Mau ngambil?

Oon Rohaeni
Mau, mau.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngambil berapa?

Oon Rohaeni
Rp1 juta.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp1 juta. Wah ini ngambilnya duit gede semua ini. Saya enggak pernah lo ngantongin Rp1 juta itu, enggak pernah.

Oon Rohaeni
Buat anak sekolah, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Buat anak sekolah.

Oon Rohaeni
Yang kelas 3 SMP sekarang ujian akhir.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kelas 3 SMP sekarang ujian akhir. Terus?

Oon Rohaeni
Pembiayaannya Rp800 ribu.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pembiayaannya Rp800 ribu. Terus?

Oon Rohaeni
Per bulannya Rp40 ribu, yang SMP 2 orang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Per bulannya Rp40 ribu, yang SMP 2 orang. Terus?

Oon Rohaeni
Belum punya baju batik sama olahraga.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum punya baju batik sama olahraga. Kurang dong Rp1 juta?

Oon Rohaeni
Makanya, Pak. Gimana harus ada tambahan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ada yang sisa, ada yang kurang. Oke, berarti Rp1 juta nanti untuk dipakai itu tadi ya, bayar sekolah, iya kan?

Oon Rohaeni
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kemudian untuk beli baju anak.

Oon Rohaeni
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya.

Oon Rohaeni
Anak yang SMP belum punya baju batik sama olahraga, yang SD belum punya (baju) olahraga. Yang SD 1, kelas 1, yang 2 SMP, kelas 1 sama kelas 1.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Banyak banget ini. Sebentar… Jadi totalnya berapa? Sudah dihitung berapa itu semua kebutuhan itu?

Oon Rohaeni
Ya, lebih dari Rp1 juta

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berapa?

Oon Rohaeni
Lebih dari Rp1 juta.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, berapa lebih dari Rp1 juta itu?

Oon Rohaeni
Belum dihitung, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum dihitung. Oke, belum dihitung, ya sudah.

Ini ya yang namanya bekerja itu harus cepat. Tadi baru, di sini kan baru 5 menit, ini fotonya sudah jadi, ini. Ini Ibu, diterima. Ini fotonya mahal. Kenapa mahal? Saya tunjukkan, karena di belakangnya ini ada tulisan, ini yang mahal ini yang di belakangnya ini. Enggak percaya, silakan kalau berani jual ini. Ini mahal banget. Di belakangnya ada tulisan ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Yang mahal itu. Kalau foto di mana-mana foto bisa. Ini, Bu. Ya sudah, terima kasih, terima kasih. Dan saya tambahi sepeda, ya. Jangan langsung pulang, kok mau langsung pulang. Ya, sudah.

Ya, saya rasa itu titipan dan pesan yang saya sampaikan kepada Ibu-ibu penerima PKH. Kita berharap Ibu-ibu ini secepatnya bisa… tadi Pak Mensos menyampaikan graduasi tadi, itu berarti Ibu-ibu bisa secepatnya lulus, lulus dari PKH, ada yang berusaha kayak di depan ini semuanya. Usaha, mandiri, sudah, enggak butuh PKH, yang kita butuhkan itu.

Jangan senang dapat PKH terus-menerus. Harus PKH ini dijadikan sebagai awal membuat fondasi. Kalau sudah siap, PKH lepas, kemudian bisa mandiri dengan baik, dengan itu yang kita harapkan dari pemerintah. Sehingga tadi disampaikan Pak Mensos, tahun kemarin itu yang lulus ada 1,3 juta (penerima PKH) Pak ya? Satu koma tiga juta yang lulus dari 15 juta yang seluruh anggota PKH yang ada di tanah air. Lima belas juta yang lulus 1,3. Kita harapkan tahun ini ada yang lulus lagi, tahun depan ada yang lulus lagi, kita harapkan itu. Sehingga nanti semakin mengecil, semakin mengecil, dan suatu saat kita semuanya sudah pada posisi sejahtera dan makmur semuanya, insyaallah ya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru