Penyerahan Sertifikat Tanah Untuk Rakyat, 18 Desember 2019, di Tennis Indoor Telaga Kramat, Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 18 Desember 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 554 Kali

Bismillahirahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju. Hadir di sini, Bapak Menteri (ATR/Kepala) BPN. Berdiri Pak, biar kenal semuanya. Pak Menteri (ATR/Kepala) BPN ini yang ngurus sertifikat-sertifikat yang sudah diberikan kepada Bapak-Ibu semuanya. Kemudian Bapak Sekretaris Kabinet, Bapak Mendagri (Pak Menteri Dalam Negeri), kemudian ini yang masih muda banget, Pak Menteri BUMN. Kenapa sih Pak Erick berdiri kok tepuk tangannya kencang banget, kenapa?
Yang saya hormati anggota DPD RI yang hadir dari dapil Kaltara,
Yang saya hormati Bapak Gubernur, beserta Wali Kota dan Bupati yang hadir;
Bapak-Ibu seluruh penerima sertifikat yang saya hormati.

Pak Gub, saya ke Kaltara ini sudah berapa kali ya? Empat kali? Sudah empat kali. Tapi masih kurang. Cukup ndak? Sudah cukup ya empat kali, ya? Saya belum nengok-nengok ke tempat-tempat, misalnya di sungai apa? Sungai Krayan? Oh yang Sungai Krayan yang besok. Kemudian yang belum? Simanggaris, Sungai Ular. Masih banyak yang belum. Pak Gub ini kalau ketemu saya, “Pak, Bapak belum ke sini, belum ke sini.” Indonesia itu 17.000 pulau, kalau dikunjungi semuanya sepuluh tahun enggak akan cukup.

Tapi saya sudah kunjungi semuanya 34 provinsi, sudah. Kemudian kira-kira empat ratus kabupaten/kota sudah. Dari 514 (kabupaten/kota), empat ratus sudah (dikunjungi). Sudah, sampai kurus kayak gini.

Jadi alhamdulillah Bapak-Ibu sekalian, sampai saat ini sertifikat yang telah dibagikan kepada seluruh masyarakat di seluruh Tanah Air semakin hari semakin banyak setiap tahunnya. Dulu di 2017, lima juta bisa rampung setahun. Saya naikkan lagi 2018, tujuh juta, rampung tujuh juta. Tahun ini sembilan juta, rampung sembilan juta, di seluruh Indonesia lo ya. Padahal biasanya dulu setiap tahun itu hanya 500 ribu di seluruh Indonesia. Coba naiknya sampai lima belas kali lipat. Bapak-Ibu bisa bayangkan.

Di seluruh Tanah Air, harusnya bidang tanah yang bersertifikat itu 126 juta totalnya, 126 juta sertifikat harusnya yang dipegang oleh masyarakat. Tetapi di 2015, baru 46 juta yang bersertifikat. Artinya, kurang 80 juta yang belum pegang (sertifikat) ini. Bapak-Ibu harus bersyukur karena sudah pegang ini, sertifikat. Delapan puluh juta di 2015 itu belum pegang sertifikat.

Kalau setahun bikin sertifikatnya hanya 500 ribu seluruh Indonesia, sebelumnya kan 500 ribu, 500 ribu, 500 ribu, 500 ribu, berarti Bapak-Ibu nunggu 160 tahun untuk pegang sertifikat ini. Benar ndak? Kurangnya 80 juta, setahun hanya 500 ribu, artinya nunggu 160 tahun Bapak-Ibu baru bisa dapat sertifikat. Mau ndak? Mau ndakNunggu 160 tahun mau? Mau? Yang mau silakan maju, saya beri sepeda. Nunggunya 160 tahun. Tunjuk jari, maju, saya beri sepeda.

Oleh sebab itu, semuanya sekarang kita percepat, semuanya dipercepat. Karena apa? Sertifikat ini adalah tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki. Sertifikat adalah tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki.

Saya itu hampir setiap hari kan pergi ke desa, masuk ke kampung, pergi ke daerah. Apa yang saya dengar dari rakyat? Sengketa tanah, sengketa lahan, konflik tanah, konflik lahan. Setiap hari saya masuk ke desa, pasti suara itu yang saya dengar. Sehingga ini menjadi kunci.

Kalau Bapak-Ibu sudah pegang yang namanya sertifikat tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki, enak semuanya. Ada yang ngaku-ngaku, “ini tanah saya.” “Bukan, tanah saya. Ini buktinya,” Meter perseginya ada di dalam di sini, nama pemegang hak ada di sini, luasnya ada di bawah, di sini. Mau apa, kalau sudah pegang ini mau apa? Enggak bisa apa-apa, balik dia. Ngaku-ngaku ini, balik, ini ada. Ini pentingnya bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki yang namanya sertifikat.

Kalau sudah pegang sertifikat, saya minta nyimpennya di dalam plastik seperti ini, disimpan, taruh di almari. Tapi sebelumnya tolong difotokopi, taruh di tempat lemari yang berbeda. Asli yang di sini, fotokopi yang di sini. Nanti kalau ada hilang, yang asli hilang, masih megang fotokopi.

Yang kedua, saya titip, ini kalau sudah pegang sertifikat biasanya pengin disekolahkan. Tahu? Pengin disekolahkan, untuk jaminan di bank atau untuk agunan di bank, enggak apa-apa. Memang ini bisa dipakai untuk itu. Tetapi hati-hati, meminjam uang di bank itu, saya titip, hati-hati betul. Harus dikalkulasi, harus dihitung betul-betul. Pinjam berapa, ngangsurnya setiap bulan berapa, harus dihitung betul, jangan keliru hitung.

Misalnya sertifikatnya gede, luas lahannya gede, masukkan di bank dapat Rp300 juta. Hati-hati, itu uang pinjaman. Rp300 juta bawa pulang, iya kan? Malamnya mimpi, mimpi naik mobil. Nah ini. Besok pergi ke dealer, diberi uang muka Rp100 juta. Nah ini mulai masalah. Hati-hati, hati-hati. Pulangnya senang naik mobil, nyetir mobil, senang. Muter-muter di kampung, muter-muter di desa senang, gagah. Tapi hanya enam bulan, lihat saja. Mau nyoba silakan, enam bulan. Begitu enam bulan, sudah enggak bisa nyicil  mobil, sudah enggak bisa ngangsur pinjaman di bank. Sertifikatnya hilang, mobilnya juga ditarik oleh dealer. Hati-hati, hati-hati.

Kalau dapat pinjaman misalnya Rp300 juta, gunakan semuanya untuk modal usaha, gunakan semuanya untuk modal kerja, gunakan semuanya untuk modal investasi. Jangan belak-belok ke barang-barang kenikmatan seperti itu. Kalau sudah digunakan, belanjakan semuanya untuk yang produktif, kemudian untung Rp5 juta, alhamdulillah, ditabung, untung bulan depan lagi Rp10 juta, ditabung, untung lagi Rp15 juta, ditabung, untung lagi Rp5 juta, ditabung. Lha kalau sudah cukup, silakan mau beli mobil, tapi dari keuntungan, bukan dari uang pokok pinjaman. Saya titip itu saja.

Ada yang mau pengin memakai ini untuk agunan? Tunjuk jari! Malu. Ada yang pengin memakai sertifikatnya untuk agunan? Oh, berarti enggak ada. Enggak ada? Ibu? Benar? Sini maju, sertifikatnya dibawa. Ya, belakang maju. Enggak, yang itu. Ya sudah, dua orang saja.

Ada yang pengin sertifikatnya hanya disimpan saja? Ada? Ada? Enggak ada? Ada? Ya boleh, Ibu maju. Iya maju, Ibu. Sudah, tiga orang saja. Iya, sudah. Ya maju. Silakan maju. Apa kok balik lagi?

Silakan Bu dikenalkan.

Samsinar
Assalamu’alaikum. Nama saya Samsinar dari Karangreja.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu siapa?

Samsinar
Ibu Samsinar, dari Karangreja.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Samsinar?

Samsinar
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Samsinar.

Samsinar
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Panggilannya Bu Samsi?

Samsinar
Ibu Sinar.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu?

Samsinar
Ibu Sinar.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Sinar. Oh, Ibu Samsinar, panggilannya Bu Sinar. Bu Sinar, tanahnya berapa meter persegi?

Samsinar
Semuanya 79 meter (persegi) luasnya Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Luasnya, iya berapa?

Samsinar
Tujuh puluh sembilan (meter persegi).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tujuh puluh sembilan (meter persegi)? Coba saya cek, kok 79 (meter persegi). Oh benar, 79 meter persegi.

Samsinar
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini mau pinjam ke bank?

Samsinar
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berapa banyak pinjamnya?

Samsinar
Belum tahu juga Pak, baru rencana.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum tahu, baru rencana? Kalau mau pinjam ke bank itu betul-betul direncanakan, dihitung, dikalkulasi, yang paling penting itu.

Mau dipakai untuk apa?

Samsinar
Saya jual bibit.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jual?

Samsinar
Jual bibit untuk ditambak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bibit apa?

Samsinar
Bibit udang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, jual bibit udang?

Samsinar
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke. Jualnya ke siapa?

Samsinar
Ke petambak, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ke petambak.

Samsinar
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, jualnya ke Petambak. Oke. Belum punya hitung-hitungan mau pinjam berapa, belum Bu?

Samsinar
Belum, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum. Iya, saya titip saja kalau nanti pinjam itu dihitung betul, dihitung bisa ngangsur enggak per bulannya, ada risiko-risiko. Ini namanya jualan benih udang kan, iya?

Samsinar
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jualan bibit udang itu ada risikonya. Setiap saat yang namanya benih udang itu juga bisa mati semuanya karena penyakit, benar?

Samsinar
Iya Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nah kalau udangnya mati semuanya, itu nyicilnya pakai apa? Nah, itu dihitung, itu risiko namanya. Harus dihitung risiko itu.

Ya baik. Berarti mau pinjam tapi belum tahu mau pinjam berapa?

Samsinar
Iya Pak, cuma rencana.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Cuma rencana, oke.

Silakan kenalkan.

Muhammad Ramli
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam.

Muhammad Ramli
Perkenalkan, nama saya Muhammad Ramli, Pak. Pekerjaan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Muhammad Ramli?

Muhammad Ramli
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Panggilannya?

Muhammad Ramli
Ramli, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Ramli, nggih.

Muhammad Ramli
Pekerjaan portir pelabuhan, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Portir pelabuhan. Terus, sudah terima sertifikat?

Muhammad Ramli
Alhamdulillah sudah, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Luasnya berapa?

Muhammad Ramli
Kurang lebih 900 meter persegi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sembilan ratus meter persegi. Mau dipakai untuk agunan atau pinjaman ke bank?

Muhammad Ramli
Rencananya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rencananya mau pinjam berapa?

Muhammad Ramli
Tergantung banknya nanti bisanya mengeluarkan berapa, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kok tergantung bank? Enggak bisa. Mau pinjam ke bank itu kita harus ngerti, “Oh, saya mau, yakin, saya mau pinjam, misalnya 50 juta.” Sudah.

Muhammad Ramli
Kalau bisa Rp100 (juta).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berapa? Rp100 juta, ya. Mau pinjam Rp100 juta, punya hitung-hitungan. Ini mau dipakai ini, Rp100 juta itu untuk modal usaha sekian, untuk modal investasi sekian, dirinci untuk apa saja, beli apa saja dirinci.

Muhammad Ramli
Siap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tunjukkan ke bank saya butuh Rp100 juta, agunannya ini. Nih. Itu namanya ada plan bisnisnya jelas.

Muhammad Ramli
Siap, siap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nih, bank menawar, “Enggak Pak, ini hanya Rp50 juta.” “Enggak mau, saya butuhnya Rp100 juta karena hitungannya jelas ini,” meyakinkan gitu lo. Bank pasti juga, “Wah, ini yakin nih Pak Ramli. Sudah beri Rp100 (juta).” Pasti gitu.

Tapi kalau enggak yakin, usahanya tidak meyakinkan, kemudian di…, apa itu…., rencana bisnisnya juga tidak jelas, ya bisa saja hanya diberi Rp25 (juta). Hati-hati, jangan mau. Diberi Rp25 (juta) lalu mau, mau buat nasi jadinya bubur, Itu juga bahaya.

Muhammad Ramli
Siap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, jadi Rp100(juta)?

Muhammad Ramli
Rp100 (juta), Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau dipakai apa?

Muhammad Ramli
Berdagang, Pak. Jualan, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jualan apa?

Muhammad Ramli
Sembako, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sembako. Sembako itu apa? Beras, apa aja?

Muhammad Ramli
Iya, barang campuran, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Campuran. Banyak banget Rp100 juta untuk sembako?

Muhammad Ramli
Tarakan mahal, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tarakan mahal? Oke, tapi tolong dihitung ya.

Muhammad Ramli
Siap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dihitung, Rp100 juta itu untuk sembako itu apa saja. Jangan sampai ada sisa, semuanya belikan untuk sembako. Jangan nanti di-sisain Rp25 juta. “Waduh, ini kelihatannya ada TV baru yang gede ini layarnya,” beli. Hati-hati, jangan tergoda untuk itu. Semuanya belikan, belanjakan untuk modal usaha, untuk modal kerja. Ya terima kasih.

Silakan.

Zaenal Abidin Syahdina
Perkenalkan nama saya Zainal Abidin Syahdina, pekerjaan saya buruh kasar.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Namanya Pak?

Zainal Abidin Syahdina
Zainal Abidin Syahdina.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Panggilannya Pak?

Zainal Abidin Syahdina
Pak Zainal.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Zainal. Oke Pak Zainal, ini mau dipakai untuk agunan ke bank?

Zainal Abidin Syahdina
Sementara ini enggak dulu, karena punya orang tua. Masih banyak saudara takut enggak ada yang ganti, enggak sanggup bayar, mampus kita dipukul sama saudara-saudara.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jadi mau disimpan saja?

Zainal Abidin Syahdina
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau disimpan?

Zainal Abidin Syahdina
Iya, tapi kalau amanatnya orang tua perlu ya baru saya berani. Kalau misalnya ndak ada perintah dari orang tua, saya tidak berani. Nanti saya gadai, enggak sanggup bayar, rumah ditarik, mampus saya dipukul sama saudara.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya lebih baik disimpan saja lah, sudah benar itu. Sudah, sudah. Ini tanahnya berapa meter persegi sih?

Zainal Abidin Syahdina
Dua ratus enam puluh enam (meter persegi).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dua ratus enam puluh enam (meter persegi)? 266 (meter persegi) gimana? 166 (meter persegi) itu, dua ratus kebanyakan.

Zainal Abidin Syahdina
Ya lebih satu.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Seratus itu banyak Pak. Oh, jadi 166 meter persegi, jadi sertifikat tidak dipakai untuk agunan, tapi disimpan.

Zainal Abidin Syahdina
Ya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya.

Zainal Abidin Syahdina
Iya, nanti ada amanah dari orang tua bila perlu ya baru saya…., tapi itu pun ya tanya dulu sama saudara kan supaya tidak ada ini itu nanti. Gara-gara ini jadi masalah pula nanti kita.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, jadi hati-hati kalau sertifikat ini statusnya, misalnya orang tua. Ini anaknya kan banyak, jangan sampai sekali lagi dalam satu keluarga berkelahi, berantem gara-gara rebutan atau konflik lahan, atau sengketa lahan, atau sengketa tanah, jangan.

Mau disampaikan apa lagi?

Zainal Abidin Syahdina
Itu saja Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Itu aja, ya sudah. Terima kasih.

Ya sudah kenalin, Ibu.

Isra Suryaningsih
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam.

Isra Suryaningsih
Perkenalkan nama saya Isra Suryaningsih dari Selumit Pantai.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Suryaningsih. Iya.

Isra Suryaningsih
Pekerjaan saya mengurus rumah tangga.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pekerjaan mengurus rumah tangga. Sertifikatnya mau dipakai apa Bu?

Isra Suryaningsih
Insyaallah, kalau bisa buka usaha.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Buka usaha.

Isra Suryaningsih
Iya, kecil-kecilan di rumah saja.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kecil-kecilan. Berarti mau dipakai untuk agunan? Mau pinjam berapa ke bank?

Isra Suryaningsih
Rp20 juta saja lah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kok “Rp20 juta saja lah?”. Ini…,

Isra Suryaningsih
Nanti kalau kebanyakan enggak bisa bayar.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Tadi kan saya sudah menyampaikan, tolong dihitung dulu, tolong dikalkulasi dulu. Ya kalau memang butuhnya Rp30 (juta) enggak apa-apa. Sampaikan ke bank, “butuh saya Rp30 (juta).” Jangan mau ke bank mikirnya takut enggak bisa bayar, enggak bisa bayar benar nanti.

Jadi dihitung betul, “Oh, saya pakai usaha ini, oh sebulan bisa kira-kira untung sekian sehingga saya bisa nyicil rutin, bisa mengangsur terus sehingga nanti bisa lunas,” gitu, Bu.

Jadi berapa mau pinjam, Bu? Berapa?

Isra Suryaningsih
Rp20 (juta).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp20 (juta).

Isra Suryaningsih
Iya, Rp20 (juta) sudah mantap. Buka usaha kecil-kecilan di rumah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa itu buka usahanya?

Isra Suryaningsih
Anu, sembako.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sembako. Sembako tadi Rp100 juta. Ini Rp20 juta.

Isra Suryaningsih
Aku mau Rp20 juta saja, sudah cukup.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Cukup. Berarti Pak Ramli tadi kebanyakan ya Rp100 juta. Iya, oke. Betul-betul sudah dihitung ya Bu ya. Tolong saya titip, dihitung kalau pinjam ke bank, itu saja.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih, silakan kembali.

Oh, ini sebentar. Sepeda-sepeda apa? Nih, ini yang namanya kerja cepat. Tadi baru di sini 5 menit saja fotonya sudah jadi. Ini Pak Ramli, ini lagi. Oh, ini enggak, ini Ibu. Oh, ini jelas ini Bu, gantian. Ya foto, gantian. Oh, ini juga, ini gimana ini? Tapi kelihatan semua lah, ini dibagi sudah. Ini. Ya. Ini ada, kelihatan semua sudah, sudah, sudah. Terima kasih.

Ya, boleh mau salaman sama Pak Menteri boleh, sama Pak Gubernur jangan lupa, salami semuanya.

Baiklah Bapak-Ibu sekalian, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Tadi saya lupa, ini benar-benar seribu tadi sudah dibagi betul belum? Tolong diangkat semuanya ke atas, semuanya sertifikat diangkat. Oh, ya berarti betul-betul sudah dibagi. Semuanya diangkat, jangan diturunkan dulu, sebentar. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, …, 1.000. Iya, betul. Sudah.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru