Penyerahan Sertifikat Tanah untuk Rakyat, 30 Agustus 2019, di Stadion Gemilang, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 Agustus 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 765 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, hadir di sini Pak Menteri ATR/Kepala BPN, Pak Sekretaris Kabinet, Pak Menteri Pariwisata. Ada tiga menteri yang hadir bersama saya,
Yang saya hormati Bapak Gubernur Jawa Tengah beserta Ibu, Bapak Bupati Magelang beserta Ibu, Pak Wakil Bupati,
Yang saya hormati Forkopimda Provinsi Jawa Tengah yang hadir, Pak Pangdam, Pak Kapolda, Pak Kajati,
Bapak-Ibu sekalian seluruh penerima sertifikat yang siang hari ini hadir di Stadion Gemilang.

Sudah terima sertifikat semuanya Bapak-Ibu? Mana? Sebentar, jangan diturunkan, mau saya hitung. Sebentar, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, …, 5.000! Betul. Ini perlu diangkat nggih, kalau enggak diangkat nanti jangan-jangan yang diberi yang di depan tadi. Saya kan enggak tahu. Sekarang semuanya saya cek seperti itu. Sudah naik semuanya, benar berarti 5.000, nggih.

Nah, ini cerita dulu. Jadi di seluruh tanah air harusnya sertifikat yang dipegang oleh rakyat, oleh masyarakat itu ada 126 juta. Tapi, di tahun 2015 yang lalu baru 46 juta sehingga kurangnya delapan puluh juta sertifikat yang rakyat belum pegang. Kenapa lama? Karena setiap tahun hanya 500.000 yang keluar. Berarti Bapak-Ibu kalau pengin sertifikat, kalau diterus-teruskan kayak yang dulu-dulu, menunggunya 160 tahun. Nggih, setunggal tahun mung gansal atus ewu. Masih kurang delapan puluh juta sertifikat. Berarti selesainya 160 tahun. Kerso? Purun? Siapa yang mau 160 tahun, silakan maju, saya beri sepeda. Maju, siapa yang mau menunggu 160 tahun, saya beri sepeda. Kenapa kok gini-gini kok? Jadi yang pengin menunggu 160 tahun yang akan datang silakan maju, saya beri sepeda, pun. Enak tho? Coba?

Sehingga 2015 yang lalu saya perintah ke Pak Menteri ATR/Kepala BPN. Pak Menteri, enggak bisa ini diterus-teruskan. Saya minta nanti dirancang betul, 2017 saya minta lima juta, 2018 saya minta tujuh juta, 2019 saya minta sembilan juta. Alhamdulillah selalu terlampaui terus. Nyatanya nggih biso tapi kita beri target.

Sehingga siang hari ini saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya ke Pak Menteri BPN, seluruh jajaran Kanwil, Kantor BPN yang ada di seluruh tanah air. Kerjone sak niki pagi sampai malam, kadang katanya Minggu juga kerja. Mboten nopo-nopo, melayani rakyat memang harus seperti itu. Benar ndak? Benar? Kerso 160 tahun? Enggaklah, enggak.

Jadi tadi janjinya Pak Menteri BPN nggih, Jawa Tengah ini akan diselesaikan tahun 2025. Tapi kalau dibantu Pak Gubernur nantinya, biaya-biayanya maksudnya, maju menjadi 2023.

Di Jawa Tengah sendiri dua puluh juta sertifikat harusnya yang dipegang masyarakat tetapi baru dua belas juta, masih kurang delapan juta sertifikat. Jadi yang hadir di sini harus bersyukur, alhamdulillah Bapak sudah pegang. Kalau yang sudah pegang sertifikat ini adem, ayem, tenteram. Karena apa? Ini tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki. Sudah jelas di sini nama pemilik ada, pemegang hak, nama pemegang hak ada di sini. Pak Agus, apa Bu Sutini, mriki enten. Desone teng mriki ada, desa atau kelurahan ada. Meter persegi-ne teng andhap, ada semuanya.

Karena apa? Setiap saya ke desa, ke kampung, saya ini kan sering jalan ke desa, jalan ke kampung, apa yang saya dengar? Sengketa tanah, sengketa lahan, konflik tanah, konflik lahan. Di Sumatra, di Jawa, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, di Papua, semuanya urusan tanah karena rakyat tidak pegang ini. Delapan puluh juta enggak pegang ini gimana?

“Ini tanah saya, ini tanah saya.” “Bukan, buktinya mana?” Enggak pegang semuanya cobi. Nggih mboten? Tapi kalau sudah pegang niko yang namanya tanda bukti hak hukum atas tanah, orang mau datang, “ini tanah saya.” “Heh mboten, niki siti kulo, niki tanah kulo niki, niki buktine. Niki enten nomer, enten nama, ada semuanya, luas. Sudah, pasti pulang balik. Nggih mboten?

Sudah pegang sertifikat, saya titip sudah ada plastiknya. Supaya kalau genting bocor niku mboten keterocoan. Keterocoan iki opo, kehujanan lah, kehujanan. Enggak kena hujan.

Kalau sampai di rumah tolong difotokopi, nggih. Fotokopi, asli disimpan di lemari ini, yang fotokopi di lemari ini. Kalau hilang, salah satu hilang, mengurusnya gampang, mengurusnya mudah, pun.

Yang ketiga, nah ini yang ketiga, biasanya kalau sudah pegang sertifikat penginnya disekolahkan, nggih? Mboten nopo-nopo. Dipakai jaminan ke bank, mboten nopo-nopo. Dipakai agunan ke bank, mboten nopo-nopo, monggo tetapi yang namanya ke bank itu pinjam lho, hati-hati lho. Pinjam lho, pinjam. Artinya harus mengembalikan kedah pun etang, dihitung bisa ngangsur ndak setiap bulan, bisa nyicil ndak setiap bulan. Kalau enggak, jangan, jangan pinjam. Apalagi dipakai untuk beli barang-barang kenikmatan, ampun. Pinjam ke bank untuk beli sepeda motor, pinjam ke bank dipakai untuk beli mobil. Aduh, ampun! Saya titip dikalkulasi.

Contoh, sertifikatnya dapat luasnya gede nggih tho, pinjam ke bank. Dapat Rp300 juta, waduh, itu uangnya bank lho, hati-hati. Sanes duit panjenengan lho nggih. Pulang, trettt Rp300 juta, malamnya ngimpi beli mobil. Besok pergi ke dealer, diberi DP, nih DP Rp100 juta, trettt. Nah niku, sesoke muter-muter kampung, muter-muter ndusun, gagah. Gagahnya itu enam wulan, gagahnya itu hanya enam bulan, percaya saya. Begitu bulan keenam, enggak bisa mengangsur, nah mulai masalah di sini. Hati-hati, dengan bank itu hati-hati. Mobilnya ditarik, karena enggak menyicil ditarik dealer, nggih mboten? Panjenengan mboten saget nyicil ke bank, sertifikatnya ditarik bank. Sudah, mobilnya hilang, sertifikatnya ical. Hati-hati, saya titip.

Silakan pinjam ke bank tapi direncanakan. Misalnya pinjam ke bank dapat Rp50 juta, sudah punya perencanaan. Beli untuk usaha, modal usaha berapa, beli mesin untuk investasi berapa, tambahan untuk transportasi berapa. Sudah dihitung rinci ngoten. Oke, keuntungan berapa, oh berarti isih saget nyicil, isih enten siso. Keuntungan tabung, keuntungan tabung, untung tabung. Untung lima juta tabung, untung tiga juta tabung. Lha kalau sudah numpuk mau beli mobil silakan. Bukan uang pokok pinjaman dipakai untuk beli mobil. Kathah ngoten niku. Oleh karena itu, saya ingatkan jangan sampai Bapak-Ibu klentu.

Siapa yang mau dipakai untuk pinjam, coba tunjuk jari! Enggak apa-apa, kok kelihatan… Coba angkat (tangan) yang ingin dipakai untuk pinjam! Nggih, nggih, oh ya banyak banget, nih lama-lama banyak. Tadi enggak ada, lama-lama… Nggih coba ditunjuk jari lagi, mana yang mau pinjam? Nggih coba yang sana itu, yang jauh itu, ya sini maju. Sini, nggih meniko yang gini-gini, nggih, maju. Niki, nggih, mriki, nggih. Ini, ini, depannya itu. Enggak, sana, sana, yang sana, ya, ya maju.

Yang tidak akan dipakai untuk meminjam, enten mboten? Sing mau disimpan thok? Oh lebih banyak ya. Saestu? Nggih, sini, sini, sini, sini. Satu orang saja, satu orang, satu orang saja. Satu orang, satu orang, sini. Ini cah enom kanggo agunan opo iku? Nggih mpun, di situ dulu.

Yang mau disimpan siapa? Mana? Disimpan? Yang mau disimpan, sebentar… Sing ngacung akeh banget niku pripun? Nggih ibu-ibu, cobi ibu-ibu, gantian lah ibu-ibu, ini sudah bapak-bapak. Nggih ibu-ibu niko, yang…. Nggih, nggih niko sing eten-eten niku, eten-eten, nggih mriki. Ya, itu, ya itu, ya itu, maju, maju.

Cobi yang pegang sertifikat yang umurnya sudah lebih dari delapan puluh tahun, enten mboten? Ada? Di atas 75 gitu aja, coba tunjuk jari yang di atas 75, nggih. Nggih, cobi Bapak mriki. Di atas 75, maju. Nggih Bapak… Nggih, Bapak umur berapa? Tujuh puluh? Tujuh puluh berapa? 75, wah pas banget. Nggih, pun. Kenalken dulu cobi, mriki. Nama?

Gatot Nursigit
Perkenalkan Pak, nama saya Gatot Nursigit.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sinten? 

Gatot Nursigit
Gatot Nursigit.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gatot Nursigit, nggih.

Gatot Nursigit
Saking Candi Kulon, Ngasinan, Grabag, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Candi Kulon, niku dusun?

Gatot Nursigit
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Candi Kulon?

Gatot Nursigit
Ngasinan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngasinan.

Gatot Nursigit
Kelurahan, Kecamatan Grabag.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kecamatan Grabag. Mpun saking Grabag?

Gatot Nursigit
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, Grabag nggih. Mas sinten?

Gatot Nursigit
Gatot.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gatot, Mas Gatot, nggih Mas Gatot. Tanahnya berapa meter persegi?

Gatot Nursigit
168 meter persegi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
168 meter persegi. Mau dipakai untuk agunan benar?

Gatot Nursigit
Iya Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pinjam kemana bank-nya?

Gatot Nursigit
BRI.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
BRI. Kenapa di BRI?

Gatot Nursigit
Soalnya sudah jadi member, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sudah nasabah di situ?

Gatot Nursigit
Sudah Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten nopo-nopo, mboten nopo-nopo oke. Nggih, mau pinjam berapa?

Gatot Nursigit
Lima puluh (juta).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Lima puluh (juta)?

Gatot Nursigit
Iya Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tanahnya 160 berapa?

Gatot Nursigit
Delapan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
168, pinjamnya lima puluh (juta), nggih. Kalau diberi Rp50 juta, pinjam/minta lima puluh (juta) diberi lima puluh (juta) mau dipakai untuk apa saja?

Gatot Nursigit
Beli sapi dua, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Beli sapi dua, berapa juta niku sapi dua?

Gatot Nursigit
Rp40 juta.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sapi dua, Rp40 juta?

Gatot Nursigit
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, terus isih sisa sepuluh (juta)?

Gatot Nursigit
Buat pakan, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp10 juta untuk pakan?

Gatot Nursigit
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk beli sepeda motor ndak?

Gatot Nursigit
Enggak, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, pun mboten wani, sudah. Sudah, betul, nggih betul berarti. Terus itu bisa mengembalikannya kapan itu Rp50 juta, caranya gimana, caranya?

Gatot Nursigit
Sembilan bulan sekali, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sembilan bulan sekali langsung lunasi?

Gatot Nursigit
Iya, karena plus modal, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kemudian isih enten siso?

Gatot Nursigit
Masih Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Masih?

Gatot Nursigit
Masih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh…, hitungannya pripun cobi kira-kira? Beli sapi berapa?

Gatot Nursigit
Beli sapi Rp40 juta.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp40 juta.

Gatot Nursigit
Sapi satu, sembilan bulan pakan Rp5 juta Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
25 (juta), terus?

Gatot Nursigit
Sembilan bulan bisa laku Rp29-30 (juta), Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wah, berarti… Nggih, nggih, nggih. Kalau ditanya harus bisa jawab kayak begini. Itu namanya wes nduwe bayangan nggih, Rp50 juta pakai apa, apa, apa, untungku dari mana ini, ini, ini. Sudah ketemu, berarti saya masih punya sisa, ngoten.

Ada yang saya tanya itu, “Pak, saya mau pinjam Rp100 juta.”  “Untuk apa?” “Sebentar, Pak,” Wah ini enggak siap namanya, sebentar Pak. Lha tek, tek, tek untungnya untuk ngelunasin, ngoten nggih pun.

Sekarang, Pancasila.

Gatot Nursigit
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bentar, jangan tergesa-gesa.
Pancasila.
Satu,

Gatot Nursigit
Pancasila.
Satu, Ketuhanan yang Maha Esa.
Dua,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngeten lho nggih, jangan di situ tertawa lho nggih, ampun di situ, teng mriku mbiyen gemuyu. Di situ bisa, waktu duduk gampang Pancasila niku, begitu dekat saya hilang semua ini. Pitados mboten? Lha ini tadi.

Diulang lagi, Pancasila. Satu,

Gatot Nursigit
Pancasila.
Satu, Ketuhanan yang Maha Esa.
Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Tiga, Persatuan dan Kesatuan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tiga, Persatuan Indonesia.

Gatot Nursigit
Tiga, Persatuan Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Empat, Kerakyatan…

Gatot Nursigit
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Lima,

Gatot Nursigit
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, ngoten. Kelihatannya mudah tapi kalau sudah di dekat saya itu hilang semua. Saya sudah hafal ngoten niku.

Nggih, monggo Bu, nggih. Panjenengan kenalkan dulu dari mana.

Sriyani Pawitri
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam.

Sriyani Pawitri
Nama saya Sriani Pawitri dari Dusun Pandan Kidul, Desa Pandean, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kecamatan Ngablak,

Sriyani Pawitri
Kabupaten Magelang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kabupaten Magelang. Dusun pundi mau?

Sriyani Pawitri
Pandean Kidul.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dusun Pandean saking mriki pinten menit nggih? Berapa jam?

Sriyani Pawitri
Satu jam.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Satu jam? Naik apa itu satu jam?

Sriyani Pawitri
Naik mobil.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, naik mobil satu jam. Oh nggih satu jam nggih, nggih, nggih. Bu sinten tadi?

Sriyani Pawitri
Sriyani.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Sri, nggih. Bu Sriyani, sudah dapat sertifikat?

Sriyani Pawitri
Alhamdulillah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berapa meter persegi?

Sriyani Pawitri
474 meter persegi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
474 meter persegi. Tidak dipakai untuk agunan?

Sriyani Pawitri
Insyaallah, tidak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten. Mau dipakai apa?

Sriyani Pawitri
Inikan warisan Bapak, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Warisan Bapak mau disimpan?

Sriyani Pawitri
Iya, inikan saya cuma petani.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.

Sriyani Pawitri
Kalau pinjam ke bank buat usaha tani, takutnya enggak… gitu Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, ya jangan. Kalau enggak yakin, jangan pinjam ke bank. Saya kan sudah omongkan tadi, kalau tidak yakin, enggak punya hitungan, jangan pinjam ke bank, sertifikat bisa hilang. Hati-hati. Tapi kalau tadi, Mas Gatot tadi, cek, cek, cek, ini bisa ini, pinjam. Kalau enggak, jangan, nggih. Saya titip, sudah. Yang paling penting, pertaniannya diintensifkan biar produksinya bisa naik, nggih.

Bu Sri, Pancasila.

Sriyani Pawitri
Pancasila.
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia.
Empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih pun, dua orang lulus. Silakan ambil sepeda. Mpun, monggo. Enggak tahu sepedanya ada enggak? Oh ada, ada, ada, ada. Kadang-kadang terlanjur memberi hadiah, sepedanya enggak ada. Nggih, ambil, sudah. Ini sepeda mahal lho ya, jangan dipikir sepeda murah, karena  ada capnya niki, cap ‘Hadiah Presiden Jokowi’. Niku, sing marakke larang niku.

Apalagi itu? Oh ini, ini juga ada. Waduh sudah dapat sepeda, dapat foto lagi, niki. Ini yang namanya bekerja cepat, baru duduk di sini enggak ada lima menit, fotonya sudah jadi. Ini, yo.  Sekarang apa-apa memang kerja harus cepat, kalau kerja mboten cepat ditinggal negara lain nanti kita. Ini Bu, Bu Sri. Nggih.

Sriyani Pawitri
Terima kasih, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih. Sakniki tinggal Bapak. Kenalken nami, nama siapa?

Sujito
Nama saya Sujito.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nama?

Sujito
Nama saya Sujito.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sugito?

Sujito
Sujito.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sugito?

Sujito
Suji.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, Sujito. Pak Sujito, saking pundi Pak?

Sujito
Bengan, Mangunsari, Sawangan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bengan…

Sujito
Mangunsari…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mangunsari…

Sujito
Sawangan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sawangan, kecamatan nggih?

Sujito
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kecamatan Sawangan, Magelang nggih.

Sujito
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sawangan teng mriki pinten menit nggih?

Sujito
Nggih sak jam.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sak jam, nggih, nggih, nggih, nggih, nggih. Nggih, sekarang pertanyaan saya, niki mau diagem teng bank mboten?

Sujito
Mboten.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten.

Sujito
Pun disimpan riyen.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Disimpan riyen.

Sujito
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.

Sujito
Menawi betah nggih ajeng kulo ngaturaken…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten kok yen betah ajeng kulo… Nggih, nggih, nggih, mboten nopo-nopo, wong niki hak panjenengan kok. Kalau betah ajeng diagem nopo?

Sujito
Kagem pertanian.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh pertanian, nggih, nggih, nggih, nggih, nggih, nggih. Pun, menyan hapal Pancasila mboten?

Sujito
Nggih, gatul-gatul.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gatul-gatul? Nggih, boleh gatul-gatul. Gatul-gatul, nggih, nanti saya bantu.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pancasila.

Sujito
Pancasila. Pancasila.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Satu,

Sujito
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Betul. Dua, Kemanusiaan…

Sujito
Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Betul, dua. Tiga, Persatuan…

Sujito
Tiga, Persatuan dan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Persatuan Indonesia.

Sujito
Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Betul, tiga. Empat, Kerakyatan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo) & Sujito
Empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih. Lima, Keadilan….

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo) & Sujito
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, pun. Pak Sujito nggih, juga dapat sama. Nggih pundi? Dapat sepeda juga pun, nggih pun. Niki-niki foto riyen. Niki panjenengan nggih, niki kulo. Nggih, ini fotonya. Nggih pun, nggih. Niko sepedane. Atos-atos. Anjlok.

Sepedane kagem opo, Mbah Jito?

Nggih, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Sekali lagi sertifikat sudah selesai dan nanti akan dilanjutkan untuk tetangga dan kanan-kiri Bapak-Ibu sekalian yang belum pegang sertifikat. Karena memang dalam lima tahun ke depan kita harapkan yang ada di Kabupaten Magelang ini telah bisa kita selesaikan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru