Penyerahan Sertifikat Tanah Untuk Rakyat, 6 September 2019, di GOR Pandawa, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 September 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 826 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera untuk bagi semuanya.

Yang saya hormati Bapak Menteri ATR/(Kepala) BPN,
Yang saya hormati Bapak Kepala Staf Kepresidenan,
Yang saya hormati Bapak Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Bapak Bupati Kabupaten Sukoharjo, dan Bapak Wakil Bupati Kabupaten Sukoharjo, seluruh Forkominda Jawa Tengah dan Sukoharjo,
Bapak-Ibu sekalian seluruh penerima sertifikat yang siang hari ini hadir.

Sertifikat sudah diterima? Mana? Diangkat. Jangan diturunkan dulu mau saya hitung. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, …, 3.000, betul. Sudah, 3.000.

Supaya Bapak-Ibu semuanya tahu, di seluruh tanah air Indonesia harusnya itu ada 126 juta sertifikat yang harus dipegang masyarakat tetapi di tahun 2015 baru 46 juta, berarti masih kurang 80 juta. Sudah bayangkan, kurang 80 juta sertifikat seperti ini, pun. Padahal setiap tahun dulu-dulu produksi sertifikat itu hanya kurang lebih 500.000 sampai 600.000. Berarti panjenengan kedah ngentosi  satus swidak tahun untuk dapat sertifikat. Ya kan? Kalau setahun hanya 500.000 kalau kurangnya 80 juta menunggunya berarti 160 tahun. Benar ndak? 160 tahun. Ada yang mau silakan tunjuk jari saya beri sepeda. 160 tahun tapi. Sini maju. Ada? 160 tahun, cobi.

Oleh sebab itu, di 2016 setelah saya tahu… Kenapa saya resah dengan sertifikat ini? Coba, saya ke desa ini di kuping saya pasti masuk ini, saya kan malam, entah siang, entah pagi, masuk ke desa, masuk ke kampung suara yang saya terima apa? Konflik lahan, konflik tanah, sengketa lahan, sengketa tanah, enggak ada habisnya. Karena apa? 80 juta belum bersertifikat. Nggih mboten? 80 juta. Ada tetangga dengan tetangga, masyarakat dengan pemerintah, masyarakat dengan perusahaan. Tidak hanya di Jawa, di luar Jawa sama saja, Sumatra, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, Papua, Bali, NTT, NTB, semuanya urusan sengketa tanah karena 80 juta belum bersertifikat.

Ini adalah tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki. Sertifikat adalah tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki. 80 juta yang kurang itu. Sehingga 2016 saya perintah kepada Pak Menteri (ATR/Kepala) BPN, “Pak Menteri, enggak bisa ini diterus-teruskan, enggak, saya enggak mau lagi 500.000.” Tahun depan,” 2017 saat itu saya omong ke Pak Menteri, “2017 saya minta lima juta.” Langsung sepuluh kali, ben. Cobi, saya tunggu, saya… 2017, lho kok 5,3. Bisa 5,3 juta, berarti kita bisa ini. Tahun berikutnya, “tujuh juta Pak Menteri. Awas kalau enggak bisa.” Bisa lagi. Tahun ini sembilan juta, insyaallah juga bisa.

Terima kasih Pak Kanwil BPN, Kantor BPND Kabupaten Sukoharjo, dan yang lainnya. Kerja pagi, siang, malam saya tahu tapi memang seperti itulah melayani masyarakat. Harus cepat, harus segera, harus cak cek cak cek, nggih mboten? Setuju mboten? Yang enggak setuju maju, saya beri sepeda. Nggih mboten? Cobi, menunggu satus swidak tahun.

Di Provinsi Jawa Tengah, 21 juta yang harusnya bersertifikat tapi sampai sekarang baru 12 juta. Dadi tasih kirang pinten niku? Sembilan juta. Tapi insyaallah nanti 2024 rampung semuanya. Sukoharjo justru mendahului, tahun depan, tahun depan selesai semuanya Sukoharjo. Yang janji bukan saya, Pak Menteri (ATR/Kepala) BPN nggih, kita ingat-ingat.

Saya dengan Pak Menteri janjiannya gampang, “Pak, tahun ini sembilan juta.”  Nggih mboten? Pak Menteri perintah juga ke Kanwil Provinsi, “Pak Kanwil provinsimu dua juta, provinsi sana tiga juta, provinsi sini satu juta, provinsi…,” ngoten. Kanwilnya perintah lagi ke kabupaten/kantor BPN, “njenengan telung atus ewu, patang atus ewu, 500.000,” bagi. Kalau kabupaten enggak memenuhi kanwilnya copot itu kepala kantornya. Kalau kanwilnya di provinsi enggak memenuhi dicopot sama Pak Menteri (ATR/Kepala) BPN, nggih tho? Ya kerja memang harus seperti itu. Pak Menteri, tidak bisa sembilan juta, sami mawon. Ya kerja dengan saya ya seperti itu, ada targetnya, ada angka-angkanya, pun. Yo kesel memang, ya capek. Sampai kurus kayak gini, apa ndak liat?

Coba, ini mengurus seluruh tanah air ini enggak mudah Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian. Coba bayangkan, enggak ada negara sebesar negara kita ini. 17.000 pulau, coba. 17.000 pulau, bukan hanya Pulau Jawa saja negara kita ini. Hanya memang 150 juta, dari 260 juta penduduk kita 150 juta ada di Jawa. Padahal masih ada 17.000 pulau lagi dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Mboten enten di dunia ini sekompleks, sesulit negara kita ini, tersebar di 17.000 pulau. Bahasa daerahnya berbeda-beda, benten-benten sedanten, bosone benten-benten, sukunya benten-benten, beda-beda semuanya. Ada 714 suku, bahasa daerahnya seribu seratus bahasa daerah.

Saya itu kalau ke daerah lain itu saya ngapalkan hanya satu – dua kalimat sing gampil, yang gampang-gampang, yang gampil-gampil ngoten. Tapi nggih nanti dari provinsi sini ke kabupaten sini pindah ke provinsi lain yang kemarin lupa lagi sudah. Saking banyaknya mau gimana? Saking banyaknya.

Berapa bahasa daerah yang ada, coba? Contoh saja di Sumatra Utara, di Medan saya ketemunya ya, “horas!” Dijawab sana, “horas!” Saya pindah ke Nias, “horas!” “Pak bukan horas Pak di sini.” Padahal masih satu provinsi itu. “Di sini bukan horas Pak, di sini ya’ahowu.” Ya saya belajar. Pindah lagi ke Pakpak bagian tengah, “horas!” “Di sini bukan horas Pak, di sini juah-juah.” Beda lagi. Pindah lagi nanti ke daerah agak ke timur, kita omong, “horas!” “Bukan Pak, di sini mejuah-juah.” Itu satu provinsi saja beda-beda.

Ini yang harus kita sadari bersama-sama, sudah hukum Allah, sudah sunatullah bahwa negara kita ini berbeda-beda. Bukan kehendak kita, sudah dari sana. Jadi jangan sampai kita mempermasalahkan lagi masalah apakah ini dari Batak, apakah ini dari Jawa, apakah ini dari Papua, apakah ini dari Maluku, apakah ini dari Aceh. Kita ini sudah menjadi saudara sebangsa dan setanah air. Ini yang sering saya ingat-ingatkan. Sedih saya kalau ada konflik sekecil apapun, apalagi gara-gara masalah etnis, beda etnis, atau beda agama. Mboten lah, jangan.

Saya mengalami sendiri negara ini memang negara besar sekali. Bayangkan saya terbang dari Aceh, ini tempatnya Pak Sofyan Djalil, Pak Menteri (ATR/Kepala) BPN ini Aceh, saya terbang dari sana langsung ke Wamena, bukan di Jayapura, Wamena langsung. Berapa jam? Naik pesawat sembilan jam lima belas menit, sembilan jam lima belas menit. Itu kalau dari London di Inggris itu ngelewati sampai tujuh negara, sampai di Istanbul di Turki.

Artinya negara kita ini gede banget, gede sekali. Bayangkan sembilan jam lima belas menit itu naik pesawat, kalau jalan kaki pinten tahun? Enten sing ajeng nyobi? Monggo. Gede sekali negara kita ini. Jadi jangan sampai kita ini crah, padudon, gara-gara urusan suku, urusan etnis, urusan agama. Kita ini semua ciptaan Allah dan sudah sunatullah sudah hukumnya Allah kita ini memang berbeda-beda.

Kembali lagi ke sertifikat. Ini kalau sudah dapat sertifikat, ini sudah diplastikin semuanya? Oh sampun, nggih. Nah kalau enggak itu kalau gentingnya bocor ketrocohan nanti, risak nggih.

Terus kalau sampai di rumah tolong difotokopi, yang asli taruh lemari sini, yang fotokopi taruh lemari sini, plek. Kalau ini hilang, yang asli, masih punya fotokopi ngurus ke kantor BPN gampang, nggih? Nggih.

Ingkang kaping tigo, nah ini kalau sudah pegang sertifikat biasanya pengin disekolahkan, nggih mboten? Nggih mboten? Coba siapa yang mau menyekolahkan sertifikatnya tunjuk jari. Enggak usah malu, ya memang ini bisa kita pakai untuk agunan ke bank, ke lembaga keuangan. Bisa dipakai untuk jaminan untuk agunan ke bank, ke lembaga keuangan. Silakan, enggak apa-apa.

Titipan saya adalah kalau ini mau dipakai untuk agunan, untuk jaminan, tolong dihitung, tolong dikalkulasi bisa enggak nyicilnya setiap bulan, bisa enggak ngangsurnya setiap bulan. Jangan dibuat gampang. Apalagi uang bank niku mbaleke, mengembalikan.

Saya pesan ini karena banyak yang kita ini lupa. Wah ini tanahnya gede langsung ke bank, jreg, dapat Rp300 juta. Wah sudah, pulang, Rp300 juta bawa pulang, nggih. Malamnya mimpinya, besoknya pergi ke dealer, pun. Besok pergi ke dealer, uang muka Rp100 juta, ini. Atau uang muka Rp150 juta, ini. Pulang bawa mobil muter-muter dusun, muter-muter kampung, gagah kan? Nggih mboten? Enam wulan gagahe. Pitados kulo, begitu masuk ke enam bulan, sudah, bank enggak bisa nyicil, mobil enggak bisa ngangsur, pun. Bulan ketujuh, mobilnya ditarik dealer, sertifikatnya diambil bank. Hati-hati. Jangan sampai kejadian itu terjadi kepada Bapak-Ibu sekalian.

Tolong dihitung, tolong dikalkulasi. Kalau dapat pinjaman Rp300 juta tolong betul-betul semuanya digunakan untuk modal usaha, modal investasi, modal kerja, pakai semuanya. Jangan sampai dipakai untuk hal-hal yang bersifat non-produktif, bersifat kenikmatan, bersifat pamer, mboten. Kalau untung, lha itu. Bulan pertama untung Rp5 juta, bulan kedua untung Rp3 juta, untung Rp7 juta, untung…, itu dikumpulkan ditabung, baru itu yang dipakai untuk beli mobil atau sepeda motor, silakan. Jangan pokok pinjaman dipakai untuk beli mobil. Hilang sertifikat, hilang mobil, pun. Nggih?

Siapa yang mau dipakai untuk agunan, coba tunjuk jari! Kok sedikit sekali, enggak percaya saya. Malu-malu. Enggak apa-apa, nopo sih? Coba diangkat. Enggak, cobi. Kok kurang banyak juga ya. Coba maju Pak mriki, niko. Nah, ini, ini, ini, ya. Niko, niko, niko, itu, itu, ya. Belakang, nggih maju.

Siapa yang tidak dipakai untuk agunan? Ya itu agak belakang itu, maju Bu. Ibu maju, yang belakang itu. Nggih, sana, iya maju. Ibu, nggih.

Ada yang terima sertifikat yang umurnya lebih dari 75 tahun? Enten mboten? Yang hadir di sini ada? Pundi? Pundi? Yang lebih dari 75 tahun? Wonten? Sebentar, nanti saya tunjuk yang lebih dari… Nggih. Lebih dari 75 tahun? Satu saja, jangan semua maju. Nggih, monggo. Ini, sebentar. Mana? Ada? Ya boleh yang mau maju tadi. Boleh, Bapak. Lebih dari 75 tahun? Dicek dulu benar ndak. Nggih maju, mriki. Nggih Bapak maju. Ya maju, silakan. Satu orang saja, nggih mriki. Monggo, mriki. Mriki, Bu. Oh, niki leres niki, lebih dari… Mriki Pak, mriki, mriki, mriki.

Lho panjenangan meniko kok mboten mawi sepatu?

Muji
Mboten.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten. Oh pun lepas. Nggih, mboten nopo-nopo. Mawi sandal mboten nopo-nopo, mawi sepatu. Nggih, mriki Bu, sekedap, satu-satu. Monggo di pun tepangaken nama, namanya.

Muji
Muji.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Muji.

Muji
Pak Muji.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Muji, saking kecamatan pundi?

Muji
Kecamatan Bulu.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bulu.

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bulu, nggih.

Muji
Kelurahan Ngasinan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sertifikat niki pinten meter persegi? Pinten meter persegi sertifikatnya.

Muji
Mboten semerep?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten semerep?

Muji
Mboten.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kok mboten semerep pripun? Kagungan sertifikat kedah semerep lho nggih.

Muji
Dereng nuweni Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dereng nuweni? Pripun niki. Semuanya harus dilihat ya. Sertifikatnya itu, di sini coba, coba saya tunjukkan. Pak Sumadi nggih.

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nih, ini.

Muji
Pinten, Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini. Mriki, nama pemegang hak Pak Sumadi, leres?

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Leres. Niki desa, dusune Ngasinan.

Muji
Ngasinan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Leres nggih?

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Niki teng ngandhap niki meter perseginya.

Muji
Ooo niku.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
547 meter persegi, leres?

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.

Muji
Lha wong dereng nuweni, Pak

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ampun nggah nggih, nggah nggih mawon. Nggih, pun. 547 meter persegi teng Dusun Ngasinan nggih?

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Leres. Berarti leres nggih?

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Niki ajeng diagem menopo?

Muji
Disekolahke.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Disekolahke niku pripun sih? Cobi dijelaskan disekolahke niku pripun? Artine nopo disekolahke niku?

Muji
Pados utangan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh pados utangan, nggih. Mboten nopo-nopo. Pinten, bade pados pinten panjenengan?

Muji
Gangsal atus mawon.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gangsal atus nopo?

Muji
Gangsal atus ewu.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gangsal atus ewu? Saya tadi kaget, gangsal atus yuta, kaget saya.

Muji
Mboten Pak. Namung ngge nopo diengge SPP anak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekedap, sekedap. Mriki jenengan kagungan ageng lho nggih, 547 meter persegi. Untuk pinjam Rp500.000?

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekedap, sekedap.

Muji
Tapi kan cukup kangge bayar anu Pak…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih cukup kangge bayar…

Muji
Anak sekolah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Anak sekolah, nggih. Pertanyaan saya, cara mengembalikannya gimana? Rp500.000 nanti mbaleke pripun panjenengan? Saking pundi?

Muji
Saking buruh. Kerjo.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Saking?

Muji
Pados kerjaan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, nyicil tiap bulan ngoten?

Muji
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Maeng nyicil pinten sebulan?

Muji
Seket.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Seket. Seket berarti sepuluh wulan lunas?

Muji
Lunas.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, ngoten.

Muji
Seket.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sanggup panjenengan sebulan lima puluh-lima puluh (ribu) itu bisa?

Muji
Bisa.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bisa. Oke. Nggih, pun. Nggih. Nggih, pun urusan…

Muji
Pun.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekedap, Pancasila dulu.

Muji
Mboten hafal e Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten hafal pripun? Pak Bupati mboten hafal niku Pak Bupati. Pancasila… Sebentar, saya bimbing. Pancasila.

Muji
Pancasila.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Satu,

Muji
Satu,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ketuhanan…

Muji
Ketuhanan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Maha Esa.

Muji
Yang Maha Esa.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dua,

Muji
Dua,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kemanusiaan…

Muji
Kemanusiaan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Adil dan Beradab.

Muji
(Diam)

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sebentar…

Muji
Gimana?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dua,

Muji
Dua,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kemanusiaan…

Muji
Kemanusiaan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Adil…

Muji
Yang Adil…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dan Beradab.

Muji
Yang Beradab. Dan Beradab.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dan Beradab. Tiga,

Muji
Tiga,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Persatuan Indonesia.

Muji
Persatuan Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Empat,

Muji
Empat,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kerakyatan…

Muji
Kerakyatan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Dipimpin…

Muji
Yang Dipimpin…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oleh Hikmat…

Muji
Oleh Hikmat…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kebijaksanaan…

Muji
Kebijaksanaan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dalam Permusyawaratan…

Muji
Dalam Permusyawaratan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Perwakilan.

Muji
Perwakilan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Lima,

Muji
Lima,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Keadilan Sosial…

Muji
Keadilan Sosial…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bagi Seluruh…

Muji
Bagi Seluruh…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rakyat Indonesia.

Muji
Rakyat Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, pun. Saget.

Muji
Atos-atos.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, pun, pun.

Muji
Sampun.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, mriko riyen, gentosan sekedap. Ibu dulu sini. Ibu sekedap nggih.

Wagiyem
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, mriki. Mriki Bu. Pun. Ibu tadi tunjuk jari sertifikat enggak dipakai untuk agunan?

Heru Prihatin
Enggak Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih. Dikenalkan Bu, namanya Bu, saking pundi.

Heru Prihatin
Nama saya Ibu Heru Prihatin.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu Heru.

Heru Prihatin
Dari Kelurahan Ngadirejo.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Heru dari?

Heru Prihatin
Ngadirejo, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngadirejo, nggih.

Heru Prihatin
Kecamatan Kartasura.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh Kartasura, nggih, nggih. Bu Heru saking Kartasura.

Heru Prihatin
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak dipakai untuk agunan?

Heru Prihatin
Tidak Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berarti mau dipakai untuk apa? Disimpan?

Heru Prihatin
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Disimpan?

Heru Prihatin
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Disimpan?

Heru Prihatin
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tidak dipakai untuk agunan, betul?

Heru Prihatin
Betul.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak apa-apa, disimpan juga enggak apa-apa. Enggak apa-apa. Disimpan itu bukan jelek juga, enggak lho. Enggak apa-apa, nanti kan bisa diwariskan ke anak-anak kita.

Heru Prihatin
Soalnya saya sudah tua, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih. Sekarang Pancasila.

Heru Prihatin
Nggih. Ya.
Pancasila.
Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia.
Empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih. Nggih, pun, monggo. Mriki.

Wagiyem
Kulo mboten saget lho, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kulo mboten saget? Dereng-dereng kulo mboten saget, mboten saget nopo? Enggak saya suruh apa-apa kok, pripun?

Wagiyem
Kan pripun Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekedap. Ini sertifikatnya, nggih. Sebentar, saya… Panjenengan yuswa pinten? Umur berapa?

Wagiyem
Umure pitung doso gangsal.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pitung doso gangsal.

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, nggih. Sekedap. Asma?

Wagiyem
Asmane Wagiyem.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wagiyem?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Di sini kok Wahyuni?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Leres? Sertifikat Wahyuni, nggih leres?

Wagiyem
Wahyuni, pun disukakne anake.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, ngoten. Ini pun saking Ibu, sudah sekarang ini ke Mbak Wahyuni?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, ngoten. Niki teng Mertan betul?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mertan nggih, dusune nggih?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Leres.

Wagiyem
Kelurahan Mertan, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kelurahan Mertan, nggih. Luasnya 442 meter persegi nggih?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Leres nggih? 442, nggih.

Wagiyem
Nggih, meterane Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, meterane. Meterane, nggih meterane sekawan atus sekawan doso kalih. Nggih ngoten, pun agem.

Wagiyem
Pareng nggih, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kok pareng pripun sih? Pareng nggih, Pak.

Wagiyem
Dereng pun?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pripun? Panjenengan tadi dari Kelurahan Mertan?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.

Wagiyem
Sakniki kulo caosne anak-anak, kulo pun sepuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, niki panjenengan paringke anak-anak.

Wagiyem
Anak-anak, lare kulo dados pitu Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh dados pitu.

Wagiyem
Anake kulo mriki pitu niki. Pamer anak Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, pamer anak. Mboten nopo-nopo. Nggih, pun. Bu sinten tadi?

Wagiyem
Wagiyem.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu Wagiyem.

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Panjenengan Pancasila hafal mboten?

Wagiyem
Nopo saget nembang?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nopo saget nembang?

Wagiyem
Mboten saget nembang?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten saget nembang?

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Lha nopo kulo ken nembang.

Wagiyem
Kulo kok.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pancasila.

Wagiyem
Pancasila.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.

Wagiyem
Cobi, cobi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, cobi mriki. Mriki sekedap. Nggih, anu nggih, ikuti saya nggih. Pancasila.

Wagiyem
Pancasila.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Satu,

Wagiyem
Satu,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Wagiyem
Satu, Ketuhanan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ketuhanan…

Wagiyem
Satunanan… pelo Pak, pelo Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mboten nopo-nopo. Satu,

Wagiyem
Satu,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ketuhanan…

Wagiyem
Ketuhanan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Maha…

Wagiyem
Yang tenan

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ketuhanan Yang…

Wagiyem
Ketuhanan Yang…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Maha…

Wagiyem
Maha…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Esa.

Wagiyem
Esa.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dua,

Wagiyem
Dua,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kemanusiaan…

Wagiyem
Kemanusiaan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Adil…

Wagiyem
Yang Adil, ngoten Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.

Wagiyem
Nggih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Adil…

Wagiyem
Yang Adil…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dan Beradab.

Wagiyem
Dan Beradab.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tiga,

Wagiyem
Tiga,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Persatuan…

Wagiyem
Persatuan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Indonesia.

Wagiyem
Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Empat,

Wagiyem
Empat,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kerakyatan…

Wagiyem
Kerakyatan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang Dipimpin…

Wagiyem
Yang Dipimpin…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oleh…

Wagiyem
Oleh…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Hikmat…

Wagiyem
Hikmat…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kebijaksanaan…

Wagiyem
(Tertawa) Pripun?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kebijaksanaan…

Wagiyem
Kebijaksanaan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dalam….

Wagiyem
Dalam…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Permusyawaratan…

Wagiyem
Permusyawaratan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Perwakilan.

Wagiyem
Perwakilan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Lima,

Wagiyem
Lima,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Keadilan…

Wagiyem
Keadilan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sosial…

Wagiyem
Sosial…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bagi…

Wagiyem
Bagi…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Seluruh…

Wagiyem
Seluruh…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rakyat….

Wagiyem
Rakyat…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Indonesia.

Wagiyem
Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih.

Wagiyem
Suwun nggih, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, nggih. Ada sepeda? Berikan sepeda. Monggo. Oh, sekedap, sekedap, sekedap… Ini selain sepeda ada foto niki. Satu-satu. Niki Pak, Bapak… Ini ya, baru berdiri di sini belum ada lima menit gambarnya sudah jadi. Ini yang namanya kerja cepat, kerja cepat ya ini. Monggo. Nggih. Nggih kangge panjenengan kalih sepedane meniko. “Ngge kulo Pak” Kok ngge kulo, nggih, ngge panjenengan. Niki, oh niki panjenengan, nggih. Nggih, sami-sami. Niko sepedane pun pendet…

Wagiyem
Kangge anak, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, saget. Monggo Bu, meniko…

Heru Prihatin
Matur nuwun, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nggih, sami-sami. Monggo. Pun dapat sertifikat, dapat foto, dapat sepeda.

Nggih, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya titip sekali lagi sertifikat ini tolong gunakan untuk kepentingan-kepentingan yang bisa menyejahterakan keluarga kita. Jangan dipakai untuk yang spekulatif, yang konsumtif, untuk membeli barang-barang yang tidak produktif, jangan. Apalagi meminjam uang ke bank, dihitung, dikalkulasi betul-betul.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru