Penyerahan Sertifikat Tanah untuk Rakyat di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, 23 Januari 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 Januari 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 769 Kali

Sambutan Presiden Joko Widodo pada Penyerahan Sertifikat Tanah untuk Rakyat, 23 Januari 2024

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat siang
Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Bapak Menko PMK Muhajir, ada yang belum kenal? Kalau yang belum kenal boleh kenalan;
Yang saya hormati Bapak menteri ATR-BPN;
Yang saya hormati Pak Menteri Kesehatan, ini Pak Budi sadikin, tapi bukan dokter. Dulu beliau ini Dirut Bank Mandiri bukan dokter, tapi menjadi menteri kesehatan, tapi kalau saya manggil dokter Budi, bukan dokter tapi saya panggil dokter Budi;
Yang saya hormati Pak Basuki Menteri PUPR, nah Pak Menteri PU ini yang, ini tadi, tadi pagi jam setengah delapan kita mengecek pembangunan perbaikan jalan Solo-Purwodadi, yang sudah bertahun-tahun nggak pernah beres-beres. Benar? Dan saya tahu karena saya hampir tiap minggu itu sekali, dua kali, tiga kali, kalau mau ke Randublatung, ke Blora pasti lewat. Begitu diperbaiki, diaspal, dua tahun, setahun, rusak lagi, karena memang tanahnya bergerak.

Nah yang sekarang ini, saya perintahkan tahun kemarin, “Pak, ini tidak boleh aspal lagi. Ini harus dibeton pakai rangka beton setebal 25 cm, mpun, pakai rigid beton.” Tadi kita coba, mulus. Mugi-mugi mboten rusak maleh. Sudah dibeton setebal gini, masa mau rusak lagi. Mestinya sama yang kita lakukan di Lampung juga seperti itu beton sekalian sudah, memang biayanya mahal tapi awet bertahun-tahun tidak mengganggu aktivitas masyarakat, tidak mengganggu aktivitas ekonomi. Terima kasih, Pak Basuki. Yang di sana tidak ada yang terima kasih, saya mewakili. Terima kasih, Pak Basuki.

Yang saya hormati [Pj.] Gubernur Jawa Tengah Pak Nana, Ibu Bupati Grobogan Bu Sri, beliau ini rajin banget, seluruh kantor BPN yang hadir, yang sudah bekerja keras;
Bapak-Ibu sekalian penerima sertifikat, selamat pagi.

Sertifikatnya boleh diangkat mau saya hitung. Ini benar-benar sudah terima semua, benar berarti diangkat berarti betul-betul diangkat, jangan diturunkan dulu saya hitung,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,..3000 betul. Sudah sekarang sudah pegang sertifikat semuanya, Dan, saya senang di Grobogan tadi disampaikan Pak Menteri BPN sudah semua bidang tanah, di Grobogan sudah ada sertifikatnya semuanya dan sudah dipegang oleh masyarakat. Apa sih sertifikat itu? Ini adalah tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki.

Dulu 2015, setiap saya ke desa, setiap saya ke kampung ngecek infrastruktur setiap saya ke daerah dimana pun, setiap provinsi dimana pun yang saya dengar adalah sengketa tanah, selalu. Saya cek ini kenapa terjadi hampir ke daerah, ke provinsi, kok isinya konflik tanah, konflik lahan, sengketa tanah, sengketa lahan antarmasyarakat dengan masyarakat, antartetangga dengan tetangga, masyarakat dengan pemerintah, masyarakat dengan perusahaan swasta, hampir kejadian terus. Setelah saya cek, ternyata harusnya seluruh tanah air Indonesia ini ada 126 juta sertifikat seharusnya. Tetapi, BPN setiap tahun hanya mampu membuat 500 ribu.

[Tahun] 2015 yang pegang sertifikat batu 46 juta, berati sisanya 80 juta belum pegang sertifikat, 80 juta belum pegang sertifikat kalau sengketa dimana-mana ya memper, nggih mboten? Setahun, BPN hanya bisa memproduksi 500 ribu, jadi kalo dihitung kita kalau ingin dapat sertifikat itu butuh waktu 160 tahun, semuanya. 126 juta itu, 160 tahun, karena setahun hanya 500 ribu, sisanya 80 juta, kerso panjenengan? Jadine sertifikat satus sewidak tahun, yang mau silakan tunjuk jari saya beri sepeda, mau?

Oleh sebab itu, 2015 saya perintahkan ke Menteri BPN, ini enggak bisa diterus-teruskan, tidak bisa 500 ribu setahun. Dan, saya minta 5 juta per tahun, ternyata bisa 2016. Saya minta lagi 7 juta, bisa lagi,  sekarang sudah lebih dari 10 juta per ahun. Sehingga, sampai saat ini tanah di seluruh Indonesia yang sudah bersertifikat berapa, Pak Menteri? Sudah 110 juta. Tinggal sedikit sekali. Kalau kemarin tidak ada COVID-19, COVID-19 kan dua tahun, kalau tidak ada COVID-19 itu selesai 126 juta, tapi enten COVID-19 nggih mundur dikit ke tahun depan mpun rampung. Pemerintah baru nanti yang menyelesaikan, tahun depan selesai. Sehingga, enggak ada lagi yang namanya sengketa-sengketa.

Kalau sudah pegang ini, di sini ada nama pemegang hak, luas tanah, alamat di sini semuanya komplit. Kalau ada orang datang, ini tanah saya. Bukan, tanah saya sertifikatnya ada ini. Nggih mboten? Dulu sengeketa teng pengadilan bertahun-tahun mboten rampung, gugat-gugatan karena enggak pegang ini. Kalau udah pegang yang namanya sertifikat, tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki, pun, adem ayem.

Dan, yang kedua, ini bisa disekolahkan. Nggih, mboten? Biasane kalau sudah pegang sertifikat mesti ada yang disekolahke kok, mboten nopo-nopo, disekolahke mboten nopo-nopo. Neng dietang, nggih? Dihitung kalau mau pinjam bank ini dipakai untuk agunan, dipakai untuk jaminan mboten nopo-nopo, tapi dihitung. Saget nyicil mboten? Bulanane? Saget nyaur mboten bulananne? Di bank iku baleke, nggih.

Ini yang perlu saya ingatkan, jangan sampai tanahnya gede pinjam bank dapat Rp100 juta, yang Rp20 juta untuk beli sepeda motor atau yang Rp50 juta untuk beli mobil, mobil second. Nah, niku mulai masalah nanti. Masalahnya pasti pada enam bulan setelah pinjam itu. Jadi kalau pinjam, saya titip, dipakai semuanya untuk modal kerja, dipakai semuanya untuk modal usaha. Jangan dipakai untuk barang-barang konsumsi.

Lah, pejenengan kalo usahanya mpun mlaku, dapat untung Rp5 juta tabung, Rp4 juta tabung untungne, Rp6 juta tabung, tabung, tabung. Lah niku, pejenengan mau beli mobil silakan. Mau beli sepeda, monggo, dari keuntungan bukan dari pokok pinjaman. Kalau dari pokok pinjaman dibelikan mobil, enam bulan mobilnya ditarik, sertifikatnya dipek bank, mpun habis. Hati-hati saya hanya titip itu. Silakan disekolahan tapi dihitung, setuju mboten? Dikalkulasi kalau kiro-kiro sebulan enggak bisa nyicil mboten sah mawon. Untungnya 10 juta, nyicilnya 20 juta enggak usah, mesti tutup niku mengke. Kalau untungnya Rp20 juta, nyicilnya 10 juta nah, itu bisa ngoten loh kiro-kiro.

Yang ketiga, silakan angkat tangan yang hafal Pancasila, diberi hadiah sepeda. Sebentar, ini yang pegang sertifikat aja lho ya. Yang pegang sertifikat, sebentar, sebentar, sebentar, sebentar saya tunjuk. Sebentar, nggih Ibu, nggih meniko yang agak belakang itu, nggih. Satu lagi Bapak gantian, sebentar. Nggih Bapak, nggih, ya. Coba dikenalkan, Bu.

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
Perkenalkan nama saya Mbak Sulisa,

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mbak Sulisa?

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
Ya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mbak sulisa, nggih, Mbak Sulisa

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
Dari Kecamatan Karangrayung.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dari Karangrayung, sertifikatnya berapa meter persegi?

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
Eggak hafal, Pak

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Harusnya yang punya tanah harus apal, 282 meter persegi ngoten. Nah ini pada bukain baru. Ini harus di luar kepala, tanah ini mahal kok. Ini, ini sebentar

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
Ndredeg, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ngedredeg mboten apal panjenengan, nggih,

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
889 meter persegi

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Alamat di Sumberjosari, betul nggih? Mpun. mau disekolahkan?

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
Insyaallah mboten, Pak. Disimpan mawon di rumah, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Disimpen bagus, disekolahkan juga bagus nggak papa. Sekarang langsung pancasila.

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sulisa)
Pancasila.

Satu, ketuhanan yang maha esa. Dua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, persatuan indonesia. Empat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Terima kasih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Grobogan ini pintar-pintar. Nggih, sekarang mpun perkenalkan pak.

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sodikun)
Perkenalkan nama saya Bapak Sodikun dari Pulokulon.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Pak Sodikun panjenengan gadah siti niki pinten meter persegi? Ini kok pada enggak hafal semua, duwe lemah duwe. Pak Sodikun sitine teng Pulokulon nggih. Leres? Niki, niki, nih

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sodikun)
1092 meter persegi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
1092 meter persegi, nggih. 1092 niku sewu sanga ngatus kaleh, seribu sembilan puluh dua persegi nggih. Diapalke. Jangan ditanya meter persegine ndadak buka, pun Pak Sodikun langsung Pancasila.

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sodikun)
Pancasila.
Satu, ketuhanan yang maha esa. Dua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, persatuan indonesia. Empat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan rakyat

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sodikun)
Empat, dipimpin oleh kebijaksanaan …

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kerakyatan, terus.

Perwakilan Penerima Sertifikat (Sodikun)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ibu-ibu nggih, panjenengan lenggah di situ apal. Maju dekat saya, hilang semuanya, grogi terus hilang, blank. Itu banyak sekali bukan Pak Sodikun aja, jadi ya bisa kelihatan bisa dan enggak bisa kelihatan, nggih sampun. Bawa sepeda ndak? Bawa nggih, mpun. Sepedanya keluarkan. Sudah diambil.

Pak Sodikun, niku nggih sepedane iso diejolke mobil lho, saestu. Sepedanya memang sama mungkin dengan sepeda biasa agak istimewa, tapi yang menyebabkan itu menjadi mahal sekali itu tulisannya itu lho, niku nggih, ‘Sepeda Presiden Jokowi’ niku. Mereknya niku yang jadi larang, tulisannya di sepeda itu mahal, nggih, nggih mpun.

Ya, saya kira semuanya sudah pegang sertifikat, simpan baik-baik. Kalau bisa di foto copy, yang asli disimpan lemari, yang foto copy simpan di terserah teng pundi, di meja, di tempat tidur, silakan. Kalau hilang bisa ngurusnya lebih mudah nggih.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Terima kasih. Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru