Penyerahan Sertifikat Tanah Wakaf, 1 Maret 2019, di Masjid Baiturrahman, Limboto, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ala alihi wa sahbihi ajmain amma badu.
Yang saya hormati yang mulia para Ulama, para Kiai, para Ustaz yang hadir pada siang hari ini,
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati utamanya para penerima sertifikat wakaf pada siang hari ini yang telah dibagikan tadi, baik untuk musala, untuk masjid, untuk pondok pesantren, untuk madrasah.
Kenapa sertifikat tanah wakaf ini dibagikan? Setiap saya masuk ke desa, ke kampung, di luar Jawa maupun di Jawa selalu yang masuk ke telinga saya adalah sengketa lahan, sengketa tanah, tidak hanya urusan hak milik pribadi tetapi juga tanah-tanah wakaf banyak yang menjadi sengketa.
Saya berikan contoh, Di Jakarta ada masjid besar di tengah kota yang setiap tahun tidak ada masalah tetapi karena tanahnya di situ dulunya murah, sekarang per meter persegi 120 juta. Nah, mulai diutak-atik ahli waris, saling menggugat. Inilah tanah masjid tidak memiliki sertifikat hak hukum atas tanah menjadi berlarut-larut. Di sebuah provinsi besar di Sumatra juga sama, ada masjid provinsi besar sekali, separuhnya beres separuhnya sengketa dengan ahli waris karena tanah wakaf yang tidak pegang sertifikat seperti yang tadi baru saja kita serahkan. Kita hanya ingin bersertifikat, baik tanah hak milik maupun tanah wakaf. Sehingga saya perintahkan kepada Menteri ATR/Kepala BPN untuk segera menyelesaikan, baik tanah wakaf maupun tanah hak milik agar bersertifikat.
Sudah ratusan ribu tanah wakaf yang telah kita serahkan dan sudah dua belas juta tanah hak milik yang kita berikan sertifikatnya kepada masyarakat. Untuk apa? Sekali lagi, agar tidak terjadi sengketa tanah, sengketa lahan itu terjadi lagi. Tetapi masih banyak tanah hak milik yang belum bersertifikat. Sampai saat ini masih kurang lebih tujuh puluh juta bidang yang harus disertifikatkan, masih banyak sekali.
Yang kedua, saya ingin titip, ingin titip, negara ini negara besar. Penduduk kita sekarang sudah 269 juta, kita dianugerahi oleh Allah SWT berbeda-beda, majemuk, beraneka ragam. Berbeda suku agama, adat, tradisi, budaya, bahasa daerah, beda-beda semuanya. Saya titip agar kita terus menjaga persatuan kita, menjaga kerukunan kita, menjaga persaudaraan kita, menjaga ukhuwah kita, menjaga ukhuwah islamiah kita, menjaga ukhuwah wathaniyah kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air.
Jangan sampai karena urusan politik, pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden, kita ini seperti tidak saudara lagi, rugi besar kita. Ada itu di provinsi yang lain karena pilihan bupati antarkampung enggak saling ngomong, ada. Ada di provinsi yang lain karena pilihan gubernur antartetangga enggak saling bicara, ada. Ada juga karena pilpres di satu majelis taklim tidak saling sapa, tidak saling ngomong, lho, lho, lho, lho, lho, lho. Modal terbesar kita ini persatuan, kerukunan, persaudaraan, ukhuwah kita. Kalau modal besar ini hilang gara-gara urusan politik, rugi besar kita, rugi besar. Karena yang namanya pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden itu setiap lima tahun ada terus, ada terus, insyaallah ada terus. Jadi jangan sampai modal besar kita persatuan, aset besar kita persatuan ini, rusak terganggu gara-gara urusan politik. Jangan!
Sudah, itu saja titipan yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi barakatuh.