Per 1 Januari, Harga Premium Jadi Rp 7.600/L, Solar Rp 7.250/L
Setelah sempat dinaikkan menjadi Rp 8.500 per liter per 18 November lalu, harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium mulai pukul 00.00 WIB dinihari nanti diturunkan pemerintah menjadi Rp 7.600 per liter. Adapun harga solar, yang pada 18 November 2014 lalu diumumkan Rp 7.500/liter diturunkan menjadi Rp 7.250 per liter.
Menko Perekonomian Sofyan Jalil yang menjelaskan, pengaturan kembali harga badan bakar minyak (BBM) ini dilakukan pemerintah karena terus menurunnya harga minyak dunia.
“Intinya karena perkembangan minyak dunia yang terus terjadi pelemahan, ini harus di kasih tahu kepada masyarakat, dengan meninjau,” jelas Sofyan dalam konperensi pers yang juga dihadiri oleh Menko Maritim Indroyono Soesilo, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, dan Menteri BUMN Rini Soemarno, di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (31/12) pagi.
Dengan harga jual Rp 7.600/liter itu, lanjut Sofyan, maka harga jual Premium sudah tidak lagi disubsidi pemerintah, karena harga jual itu sama dengan harga keekonomiannya.
Solar
Menteri ESDM Sudirman Said mengumumkan, harga jual minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter, kemudian harga minyak solar menjadi Rp 7.250 per liter.
Untuk Premium, lanjut Sudirman, pemerintah akan menerapkan harga RON 88 itu sebesar Rp7.600 per liter dengan keterangan luar Jawa, Madura, Bali (Jamali).
“Premium RON 88 itu Rp7.600 untuk premium luar Jamali, untuk Nonsubsidi Rp 7.600 luar Jamali,” terang Sudirman.
Dengan harga jual sebesar Rp 7.600/liter itu, maka harga jual Premium sama dengan harga BBM nonsubsidi yang akan dibanderol Rp7.600 di JAMALI, atau tidak disubsidi lagi.
Meski harga premium sudah tidak disubsidi lagi, namun menurut Sudirman, pemerintah masih mensubsidi harga solar. Ia menyebutkan, dengan harga jual Rp 7.250/liter, maka pemerintah masih mensubsidi harga jual solar sebesar Rp 1.000/liter.
Menurut Menko Perekonomian Sofyan Jalil, untuk harga solar pemerintah memberikan subsidi tetap Rp 1.000/liter dengan perkiraan konsumsi sebesar 17 juta kiloliter per tahun. (*/ES)