Per 18 November, SBY Akan Jadi Presiden Majelis GGGI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan mengakhiri masa tugasnya pada 20 Oktober 2014, sudah ditunggu tugas baru. Jika tidak ada aral melintang, terhitung 18 November mendatang, SBY akan mengemban tugas baru sebagai Presiden Majelis sekaligus Ketua Dewan Global Green Growth Institute (GGGI).
Kesediaan SBY menerima tawaran untuk memimpin organisasi yang berpusat di Seoul, Korea Selatan, dan memiliki kantor operasi di 5 (lima) benua itu, disampaikannya secara resmi saat memberikan sambutan pada Resepsi Pemimpin GGGI, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9) sore waktu setempat atau Rabu (24/9) pagi di Indonesia.
Saya menganggapnya juga sebagai pengakuan atas pencapaian Indonesia dalam mengarusutamakan ekonomi berwawasan lingkungan (green economy),” kata SBY yang sebelumnya juga mengatakan, tawaran kepada dirinya untuk memimpin GGGI sebagai kesempatan untuk bertindak melakukan petumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
SBY sendiri merasa bangga atas kehormatan dan kepercayaan untuk memimpin GGGI. “Konservasi lingkungan telah menjadi gairah saya pribadi. Pada saat yang sama hal itu juga menjadi masalah penting, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk dunia pada umumnya,” katanya.
Sebagai Presiden Majelis sekaligus Ketua Dewan GGGI, SBY akan menggantikan mantan Perdana Menteri (PM) Denmark Lars Lokke Rasmussen dan mantan PM Guyana Bharrat Jagdeo sekaligus, yang saat ini menjabat Ketua Dewan dan Presiden Majelis GGGI.
Kepada Bharrat Jagdeo dan Lars Rasmussen yang akan digantikannya, SBY menyampaikan penghargaan tinggi atas dedikasi dan prestasi mereka. SBY juga mengucapkan selamat kepada GGGI yang telah menjadi forum internasional terkemuka dalam waktu yang singkat.
“Terakhir, saya memiliki keyakinan bahwa GGGI akan menemukan jalur inovatif untuk kemitraan global untuk penyelarasan yang efektif antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Saya berharap untuk bekerja dengan Anda dan anggota GGGI lainnya dalam upaya ini,” tandas SBY.
Acara Resepsi Pemimpin GGI itu diselenggarakan oleh Pemerintah Korea Selatan, selaku inisiator sekaligus menjadi markas GGGI. Presiden Korsel Park Geun-hye hadir di acara tersebut, begitu juga dengan Rasmussen dan Jagdeo, serta Dirjen Yvo de Boer yang pernah datang ke Jakarta untuk meminta kesediaan SBY memimpin GGGI pada 9 September lalu. Hadir pula perwakilan negara-negara anggota GGGI.
Bagian Solusi
Presiden Korsel Park Geun-hye dalam sambutanya menjelaskan alasannya meminta SBY memimpin GGGI. Prak menilai, berkat upaya keras di bawah kepemimpinan Presiden SBY, Indonesia kini telah menjadi bagian dari solusi, sehingga dunia menempatkan pelestarian hutan sebagai bagian inti dari permasalahan lingkungan.
“Dunia internasional menaruh kepercayaan kepada SBY selaku pribadi dan kepala negara dan pemerintahan,” kata Park seraya menyebutkan, duia mengakui kontribusi Indonesia baik secara formal maupun informal atas pengelolaan masalah lingkungan pada umumnya.
“Indonesia adalah negara yang mampu menjembatani berbagai kepentingan yang perlu direkonsiliasikan,” tegas Presiden Korsel itu.
Park menjelaska, GGGI memandang perlu ditumbuhkembangkannya kemitraan antara pemerintah, masyarakat madani, akademisi, dan pelaku usaha bisnis. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan untuk menyatukan semua komponen tersebut. “Dan banyak yang menilai SBY sebagai figur yang mampu menyuarakan dan mempersatukan kepentingan-kepentingan yang bersebrangan tersebut,” lanjut Park.
GGGI memiliki dua badan, yakni Majelis dan Dewan. Majelis merupakan organ tertinggi, sedangkan Dewan bertindak sebagai eksekutif. Lembaga ini bertujuan membantu memberikan asistensi pada negara-negara berkembang untuk merumuskan pembangunan yang ramah lingkungan. GGGI juga memberikan asistensi bagi program kerja sama pemerintah dan swasta. Organisasi yang berkantor pusat di Seoul ini memiliki kantor operasi di lima benua, dan memiliki 20 negara anggota. (GMD/ES)