Perayaan 50 Tahun Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Tahun 2022, di JCC, Provinsi DKI Jakarta, 10 Juni 2022
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para pendiri HIPMI yang hadir di sore ini, beserta para Ketua Umum dari yang pertama Bapak Abdul Latief, Bapak Siswono Yudo Husodo, Bapak Aburizal Bakrie, Bapak Pontjo Sutowo, Bapak Agung Laksono dan sampai hari ini Ketua HIPMI yang saya hormati Bapak H. Mardani Maming;
Yang saya hormati para pembina DPP HIPMI, serta seluruh Badan Pengurus Daerah Provinsi, Ketua BPD dan Ketua BPC dari seluruh tanah air.;
Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju.
Bapak-Ibu hadirin undangan yang berbahagia.
Tadi banyak yang menyampaikan, “Lanjutkan, lanjutkan.” Hati-hati, ini tahun politik. Bapak-Ibu yang menyampaikan, “Lanjutkan, lanjutkan.” Saya yang didemo, kan kejadiannya sudah terjadi. Pertama menyampaikan Pak Mantan Ketua HIPMI, Pak Menteri Investasi, “Karena alasan ini ini ini, lanjutkan.” Besoknya, enggak ada sehari, saya yang didemo besar-besaran. Loh yang ngomong bukan saya, yang didemo saya. Demo dong Pak Bahlil. Nanti ini sama, kalau enggak saya jawab, nanti didemo HIPMI. Oh bukan HIPMI yang didemo, tapi saya. Hati-hati, sekali lagi ini tahun politik.
Tapi saya nangkap, yang dimaksud dilanjutkan itu adalah programnya. Pemimpinnya siapa pun terserah, tapi yang dilanjutkan adalah program-programnya, supaya ada kontinuitas, supaya ada keberlanjutan. Jangan sampai pemimpin satu sudah mengerjakan, tidak dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya, ini yang bahaya. Dan selalu kalau seperti itu, mulai terus dari TK terus. Sudah ke SMP, sudah ke SMA, ganti pemimpin, mulai lagi dari TK lagi. Kapan kita akan sampai ke lulus universitas?
Problemnya sekarang ini bukan problem yang enteng. Semua negara mengalami hal yang sama, ketidakpastian. Ini jangan sampai juga karena kita nanti ada perhelatan pemilu dan pilkada, ketidakpastian itu tambah lagi. Kita ini sekarang sudah betul-betul, semua kepala negara saya pastikan pusing semuanya. Urusan pemulihan ekonomi karena pandemi belum selesai, belum rampung, ditambah lagi perang di Ukraina. Jangan sampai tambah lagi kita urusan di dalam negeri, kita jaga betul bersama-sama, setuju? Karena masalah politik di 2024.
Hati-hati, jadi proyeksi pertumbuhan ekonomi betul-betul sudah diturunkan oleh Bank Dunia, utamanya di negara-negara berkembang. Dari yang sebelumnya 6,6 persen, proyeksi di 2022 diturunkan menjadi 3,4 (persen), anjlok betul. Dan kita alhamdulillah di kuartal I kemarin masih bisa tumbuh 5,01 persen. Enggak ada negara G20 itu yang tumbuh 5,01 (persen).
Hati-hati juga, ini yang menjadi momok semua negara sekarang ini adalah inflasi, menjadi momok semua negara. Dan kita meskipun ada kenaikan sedikit, tetapi masih bisa kita jaga dan kita kendalikan. Coba dilihat, sudah ada negara yang sampai inflasinya di atas 70 persen. Amerika yang biasanya hanya 1 persen, sekarang sudah 8,3 persen. Inilah problem besar semua negara.
Diperkirakan ada 60 negara yang akan mengalami kesulitan keuangan maupun ekonomi, dan diperkirakan mereka akan menjadi negara gagal kalau tidak bisa segera mengatasi ekonominya. Inilah yang perlu saya ingatkan kepada kita semuanya. Jangan sampai kita merasa normal, padahal keadaannya betul-betul pada situasi yang tidak normal, ketidakpastian ini. Ini yang harus kita jaga semuanya.
Problem besarnya sekarang ini ada dua urusan ekonomi, yang pertama kenaikan energi, yang kedua kenaikan harga pangan. Hati-hati dengan ini, yang itu semuanya akan memunculkan yang namanya kenaikan inflasi tadi. Naik semuanya, gas alam sudah naik 153 persen, batu bara naik 133 persen. Tapi yang senang, yang ada di sini banyak karena kenaikan batu bara, utamanya yang saya tahu ini Ketua Umum ini seneng pasti juga. Bang Ical juga pasti senang karena harga batu bara naik. Minyak naik 58 persen. Oh ya Ketua Kadin juga, benar, Ketua Kadin batu baranya juga banyak, Pak Arsjad. Minyak naik 58 persen, CPO naik 27 persen, yang punya kelapa sawit juga senang.
Tapi hati-hati di luar itu, kenaikan-kenaikan yang perlu kita waspadai urusan gandum, urusan jagung, urusan kedelai yang naik kurang lebih 30-an persen, nanti imbasnya kemana-mana. Gandum, karena penghasil gandum 30-40 persen Ukraina dan Rusia sekarang ini bermasalah, gandum seluruh dunia harganya naik, dan kita nanti di sini ada mi, di sini ada roti, semuanya berasal dari gandum. Jagung, tujuh tahun yang lalu kita masih impor jagung 3,5 juta ton dari luar. Data terakhir, kemarin di kuartal I saya lihat impor kita sudah di angka 800 ribu ton, artinya turun sangat drastis. Tapi masih ada 800 ribu tadi harus diselesaikan. Ini harus siapa pun yang memiliki lahan di negara kita, ini harus tanam yang namanya jagung agar kita enggak impor lagi. Kedelai naik. Ini jagung ini kalau naik, ini merembetnya kemana-mana, ke pakan ternak, larinya ke harga telur naik, harga ayam/daging ayam naik, hati-hati mengenai ini. Kedelai juga sama, naik 33 persen larinya nanti juga ke mana-mana, bisa tahu, bisa tempe, semuanya naik dan berimbas juga kepada inflasi.
Inilah yang perlu saya ingatkan, yang berkaitan dengan pangan itu hati-hati ke depan. Tetapi juga menjadi peluang bagi para pengusaha, utamanya anggota HIPMI untuk masuk ke bidang-bidang ini. Pangan, energi, ini adalah peluang. Karena diperkirakan hari ini ada kira-kira 13 juta orang yang sudah mulai kelaparan di beberapa negara, karena urusan pangan. Jadi hati-hati mengenai ini.
Dan negara-negara lain juga sudah mulai membatasi, tidak ekspor pangan. Hati-hati mengenai ini. Kalau kita tidak bisa mandiri urusan pangan, ini juga bisa menyebabkan bahaya bagi negara kita. Dari tiga negara yang sudah setop ekspor pangan, sekarang sudah menjadi 22 negara. Sehingga, sekali lagi, kemandirian pangan ini sangat penting.
Saya mengajak kepada seluruh anggota HIPMI untuk masuk ke bidang ini. Tanam yang tadi kurang jelas, jagung. Untung, pasti untung karena harganya jagung baik. Tanam yang lain yang pangan, sorgum yang enggak pernah kita tanam, tanam sorgum, terutama di NTT. Kita sudah mencoba kemarin 40 hektare, tumbuh sangat baik di NTT. Porang ini adalah pangan masa depan. Porang, karena gluten free, bisa ditanam di manapun, dan tanaman-tanaman lain yang kita miliki, sagu, singkong, dan lain-lainnya. Ke depan, saya pastikan karena ada problem besar yang lebih besar lagi, yaitu perubahan iklim, pangan akan menjadi persoalan seluruh negara.
Yang terakhir, mengenai pembelian produk-produk dalam negeri. Saya sudah perintahkan kepada kementerian, kepada lembaga, kepada BUMN, kepada daerah agar yang namanya membeli produk dalam negeri itu wajib. Sekarang kita cek betul, kita monitor betul, kita pantau betul, karena anggaran kita ini gede banget, besar sekali. APBN, APBD, kemudian anggaran di BUMN besar sekali. Dan terakhir, sekarang kita catat semuanya dengan platform digital, sekarang sudah masuk komitmen Rp825 triliun, komitmen seluruh kementerian dan lembaga.
Ini kalau semuanya beli produk-produk dalam negeri, ini akan bergerak semuanya, industri-industri kecil, pengusaha-pengusaha kecil semuanya. Tidak bisa seperti yang lalu-lalu kita biarkan. Akhirnya pipa beli impor, padahal kita bisa memproduksi sendiri dengan alasan macam-macam. Ndak, sekarang ndak bisa. Dimonitor, ada komitmennya. Sehingga kita harapkan nantinya dari policy ini, ini akan memunculkan trigger ekonomi untuk pertumbuhan di dalam negeri.
Sekali lagi, saya ingin menyampaikan ucapan selamat hari ulang tahun emas ke-50 tahun HIPMI dan saya meyakini di tahun Indonesia emas 2045, konglomerat-konglomerat yang ada ini semuanya dari anggota HIPMI. Karena kalau sekarang umur 20 tahun, 25 tahun, 30 tahun, 40 tahun, tambah 25 tahun artinya umur 60-an, 50-an, 65-an sudah jadi konglomerat semuanya, Saudara-saudara.
Karena perkiraan GDP, PDB kita sudah mencapai angka yang sangat spektakuler. Asalkan ada konsistensi dari pemimpin-pemimpin ke depan untuk berani memutuskan, meskipun hal itu sulit, ya itu seperti tadi yang disampaikan oleh Pak Menteri Investasi, masalah hilirisasi. Jangan takut untuk setop ekspor bahan mentah. Setelah setop nikel tahun ini, mungkin kita akan setop lagi bauksit, tahun depan lagi mungkin setop timah, tahun depan lagi setop tembaga, dan seterusnya. Sehingga nilai tambah itu ada di dalam negeri dan negara akan mendapatkan pajak PPh badan, PPh karyawan, mendapatkan PPN, mendapatkan bea ekspor dan semuanya akan memperkuat APBN kita.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Selamat ulang tahun ke-50 HIPMI.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.