Perayaan Imlek Nasional 2020, 30 Januari 2020, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Ini yang datang kok banyak sekali, sampai di ujung belakang semuanya penuh. Tapi wajahnya enggak kelihatan, yang di belakang enggak kelihatan, enggak apa-apa.
Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6 Bapak Jenderal Try Soetrisno,
Yang saya hormati Ibu Hajjah Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid,
Yang saya hormati para Ketua dan Pimpinan Lembaga Negara yang hadir, Ketua DPD RI, Pak Ketua BPK, beserta para Pimpinan DPR-MPR yang hadir,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Gubernur Banten, Ibu Wali Kota, Bapak Bupati yang hadir,
Yang saya hormati para Duta Besar negara-negara sahabat,
Yang saya hormati para Raja dan Sultan yang hadir dari seluruh Nusantara,
Bapak-Ibu semuanya, seluruh hadirin dan undangan yang berbahagia yang tidak bisa saya sebut satu per satu.
Selamat pagi!
Pagi hari ini saya sangat bergembira sekali, sangat senang sekali. Pertama-tama, tentu saya ingin mengucapkan selamat merayakan Hari Imlek di tahun 2020 ini. Gong Xi Fa Cai. Selamat memasuki tahun tikus logam di 2020.
Shio saya kerbau. Katanya tahun ini saya harus kerja keras. Padahal saya 5 tahun kemarin juga sudah super kerja keras. Sekali lagi, selamat memasuki tahun tikus logam di 2020. Semoga kesehatan, semoga rezeki, semoga keberhasilan selalu dilimpahkan kepada kita semuanya yang hadir di sini dan juga seluruh rakyat Indonesia.
Selain berdoa, kita tentu harus selalu bekerja keras, harus kerja cepat sebab kondisi ekonomi dunia sekarang ini sedang melamban. Jadi kalau kita kerja biasa-biasa akan sangat berbahaya bagi ekonomi negara kita karena ekonomi dunia sekarang pada posisi yang memang menurun dan pada posisi yang tidak pasti.
Kita patut bersyukur bahwa pada pagi hari ini kita bisa berkumpul di sini dari berbagai ragam marga dari keturunan Tionghoa. Saya tahu di sini ada marga Tan, ada? Marga Oei, ada? Marga Gan, ada? Marga Phang, ada? Marga Lim, ada? Dan marga-marga yang lainnya yang tidak bisa saya sebut satu per satu karena saya tahu marga di keturunan Tionghoa ini banyak sekali. Sama dengan negara kita yang sangat beragam, yang bermacam-macam suku, agama, etnis, yang hidup dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Saya senang pagi hari ini saya bisa memakai baju (cheongsam) ini, ketua panitianya pakai baju tradisional Jawa. Ini kan di balik-balik. Menteri-menteri juga, silakan Pak Menteri coba, Pak Mensesneg, Pak Menko PMK. Ini pakai baju adat Tionghoa Pak Menteri PMK tapi pakai peci, coba. Enggak ada selain di Indonesia ini, enggak ada.
Ya kita ini memang beragam. Bayangkan 714 suku yang kita miliki dengan bahasa daerah yang berbeda-beda, 1.100 lebih bahasa daerah kita. Enggak ada negara yang seberagam Indonesia, enggak ada. Ini yang patut kita syukuri, patut kita syukuri bahwa meskipun kita beraneka ragam tapi kita tetap satu sebagai saudara sebangsa dan setanah air yang hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti tadi yang digambarkan dalam opera tadi.
Saya dengar yang di orkestra ada Nia ya? Ada Nia? Nia ini putrinya Pak Ahok dan Bu Vero. Mana Nia? Oh, ya. Teman baik saya Pak Ahok, tapi saya tanya tadi enggak datang. Setelah jadi Komisaris Utama Pertamina kok enggak datang.
Coba ada yang mau maju? Sebentar, jangan maju dulu. Saya ingin yang maju satu, satu dulu, yaitu Mbak Susi Susanti dulu. Tadi saya lihat ada kok sama Mas Alan kok, tapi ini yang maju Mbak Susi aja, Mas Alan enggak.
Ada yang ingin maju lagi? Sebentar, sebentar, sebentar, sebentar. Ini pengin maju pasti pengin sepeda ini. Sebentar, sebentar, sebentar. Ini yang semangat kok ibu-ibu tho? Sebentar. Ya, coba yang laki-laki. Ini, ini, ini. Ya, ya, ya, ya itu, ya maju. Ya, ya, laki-laki. Ini, ini, ini, ini. Itu, ya, ya, ya. Laki-laki, ya, ya. Enggak, enggak, yang merah, merah, iya, yang bajunya merah. Ya, ya betul. Ini lo. Ya, yang dari sana maju tadi ini. Iya, betul, maju. Oh ya ini betul, sudah. Ya.
Ini kok mirip Pak Ahok?
Ang Joko
Emang KW-nya Pak saya, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Memang di tengah ekonomi dunia yang sulit saya lihat banyak bisnis dari Bapak-Ibu sekalian tetap tumbuh dengan baik. Memang tidak mudah mengalahkan, urusan bisnis ini mengalahkan warga keturunan Tionghoa, memang sulit. Ini harus diakui, rata-rata memang jago di dagang, jago di bisnis, baik itu di industri manufaktur, di industri jasa, dan yang lain-lainnya. Karena memang kita harus mengakui keturunan Tionghoa dalam bekerja keras itu bisa kita lihat. Kalau sudah bekerja pagi sampai tengah malam itu dijalani, jadi kalau sukses ya kita maklum.
Mbak Susi, silakan dikenalkan dulu kalau ada yang belum kenal mungkin. Kenalkan, Mbak Susi.
Susi Susanti
Iya, Pak. Selamat pagi semuanya, Bapak Presiden, Bapak-Ibu sekalian.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Selamat pagi.
Susi Susanti
Nama saya Susi Susanti. Dulu…. Terima kasih.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tepuk tangan dulu untuk Mbak Susi Susanti. Saya mau tanya, Mbak Susi…
Susi Susanti
Ya, siap Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dulu saat pertama meraih emas di olimpiade ya, apa sih sebetulnya yang disiapkan, kerja keras apa? Kemudian waktu dapat emas, menang, itu perasaannya seperti apa?
Susi Susanti
Siap, Pak. Ya, yang pasti untuk menjadi seorang juara tidak mudah.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, kita tahu semua untuk jadi juara enggak mudah, pasti.
Susi Susanti
Saya berlatih mungkin bukan 1 atau 2 jam tapi bisa sampai 8-9 jam.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa itu?
Susi Susanti
Latihannya, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, dari jam berapa sampai jam berapa itu?
Susi Susanti
Pagi dari jam 6 sampai jam 10, lalu siang…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pagi jam 6 sampai jam 10, biasa, hanya beberapa jam, 4 jam. Terus?
Susi Susanti
Siangnya…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Siang…
Susi Susanti
Siangnya betul, dari jam 2 sampai jam 4 jam.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jam 2 sampai jam 4, ya hanya 2 jam, biasa.
Susi Susanti
Dua jam betul, Pak. Sorenya biasa ada tambahan lagi, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sorenya.
Susi Susanti
Dari jam 6 sampai jam 8.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jam 6 sampai jam 8, hanya 2 jam.
Susi Susanti
Iya, Pak. Jadi memang seperti minum obat Pak, 3 kali sehari. Tapi karena memang kesadaran dan juga keinginan dari saya dan juga tentunya dukungan waktu itu Bapak Try Sutrisno sebagai Ketua Umum PBSI kami…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh ya, dulu Pak Try Sutrisno, waktu ketua umumnya Pak Try Sutrisno.
Susi Susanti
Betul, ya. Dan waktu itu Bapak (Try Sutrisno) mengatakan, “ini kesempatan yang luar biasa bahwa bulu tangkis pertama kali masuk olimpiade dan kita punya kesempatan untuk bisa meraih medali emas pertama untuk Indonesia lewat bulu tangkis.”
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jadi apa… waktu… Itu saat itu melawan siapa, ya?
Susi Susanti
Waktu final saya bertemu dengan Bang Soo Hyun, Pak, dari Korea.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, dari Korea.
Susi Susanti
Betul, salah satu musuh bebuyutan saya juga waktu itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Musuh bebuyutan. Menang, perasaan seperti apa saat itu waktu tek dan dapat (medali emas)? Itu di olimpiade lo, yang kita cerita ini olimpiade ya.
Susi Susanti
Iya, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya. Terus dapat emas perasaan yang dibayangkan saat itu apa sih?
Susi Susanti
Ya, tentunya karena keras bisa terbayar dengan satu keberhasilan, Pak. Tentunya pada saat Indonesia Raya berkumandang dan (Bendera) Merah Putih berkibar di olimpiade ada satu keharuan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang luar biasa sekali sebagai anak bangsa saya bisa memberikan sesuatu yang terbaik dan untuk pertama kalinya Indonesia Raya itu menjadi satu momen luar biasa sekali, Pak. Karena biasanya mungkin lagu kebangsaan negara lain, bendera-bendera mungkin dari negara lain yang berkibar Pak, tapi di situ pertama kali Merah Putih berkibar itu suatu mungkin kebanggaan dan keharuan sebagai anak bangsa yang betul-betul tidak bisa dilukiskan, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, tepuk tangan untuk Mbak Susi Susanti. Oke, terima kasih. Bisa kembali, silakan.
Susi Susanti
Enggak dapat sepeda, Pak?
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Masih mau sepeda?
Susi Susanti
Ditambah juga boleh, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak tahu bawa sepeda enggak saya.
Susi Susanti
Terima kasih, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh ya, keluarkan sepeda untuk Mbak Susi.
Susi Susanti
Terima kasih, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, bawa sepeda. Ya kita tahu di dunia olahraga kita memiliki Susi Susanti, Alan Budikusuma, ada Kevin (Sanjaya), ada Markus (Fernaldi Gideon), ada Candra Wijaya, ada Butet (Liliyana Natsir), Jojo (Jonatan Christie). Jojo ada ndak? Ndak ada. Dan masih banyak lagi, dari tinju kita tahu ada Daud Yordan, di wushu ada Lindswell Kwok. Hadir? Enggak ada.
Ya, silakan dikenalkan.
Ang Joko
Selamat pagi, Pak Presiden.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Selamat pagi.
Ang Joko
Nama saya Ang Joko.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Siapa?
Ang Joko
Ang Joko, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Panggilannya?
Ang Joko
Joko. Joko, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Joko.
Ang Joko
Asli, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mana coba, KTP-nya mana coba. Enggak percaya.
Ang Joko
Asli, cuma muka mirip Ahok, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini kok mukanya mirip Pak Ahok, namanya Ang Joko, aduh.
Ang Joko
Bukan bohong ini, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, iya. Saya mau anu aja, ngecek aja. Benar ini namanya Ang Joko.
Ang Joko
Saya Ang, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ang Joko.
Ang Joko
Ya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, terima kasih.
Ang Joko
Campuran Jawa sama Chinese.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Campuran Jawa. Namanya kan?
Ang Joko
Namanya doang.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, namanya doang.
Ang Joko
Mukanya mirip Ahok, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, dari mana?
Ang Joko
Saya kebetulan tinggalnya di Gading Serpong.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, di Gading Serpong
Ang Joko
Ya dekat dari sini, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya.
Ang Joko
Saya usaha sendiri, ya kecil-kecilan lah, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya. Pertanyaannya bukan itu.
Ang Joko
Oh, ya. Saya kira sudah nanya.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Negara kita ini, tadi saya sudah menyampaikan, negara kita ini negara yang besar, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Saya pernah naik pesawat langsung dari Aceh menuju ke Wamena, dari ujung barat sampai ujung timur memakan waktu 9 jam 15 menit, bayangkan. Itu kalau terbang itu dari London di Inggris sampai Istanbul di Turki melewati mungkin 6 atau 7 tujuan negara. Artinya, negara kita ini negara yang sangat besar dengan keberagaman, perbedaan yang bermacam-macam. Sukunya bermacam-macam, pulaunya 17.000 pulau. Nah sekarang pertanyaannya…
Ang Joko
Waduh.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sebutkan, enggak usah banyak-banyak, 7 suku yang kita miliki. Pak Ang, coba sebutkan 7 suku yang kita miliki di Indonesia dari 714 suku. Sudah, bingung sekarang…
Ang Joko
Suku Sunda… Sunda, Jawa…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sebentar, pelan-pelan. Satu, suku?
Ang Joko
Sunda.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sunda. Dua?
Ang Joko
Jawa.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Suku Jawa. Tiga?
Ang Joko
Suku Anak Dalam.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Suku Anak Dalam, boleh. Empat?
Ang Joko
Suku Papua… Baduy.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Suku Baduy, boleh, di sini, boleh. Lima?
Ang Joko
Suku Dayak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Suku Dayak, betul. Enam?
Ang Joko
Suku Chinese Pak, kan Chinese suku juga, Pak. Terus…
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enam. Tujuh?
Ang Joko
Batak, suku Batak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Suku Batak, betul. Ya, sudah.
Ang Joko
Sepeda ya, Pak?
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sebentar, ini belum rampung.
Ang Joko
Sudah 7 tadi.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya sudah, sudah, sudah.
Ang Joko
Oh, sudah Pak?
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sepedanya sudah diberikan kepada Pak Ang.
Oh ya, ini sebelum saya beri sepeda ini saya beri foto. Jadi tadi baru berdiri di sini belum ada 5 menit tapi fotonya sudah jadi.
Ang Joko
Keren, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Saya hanya ingin menyampaikan bahwa kerja cepat itu diperlukan sekarang ini karena negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan negara kaya mengalahkan negara miskin tetapi negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Dan kita ingin menjadi negara yang cepat. Ini contohnya, ini enggak murah, ini mahal karena di belakangnya ada tulisan ‘Istana Presiden Republik Indonesia’ ini, yang mahal itu.
Ang Joko
Betul, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, sudah. Sepedanya enggak usah ya?
Ang Joko
Enggak dong, kasih dong, itu.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wah sepedanya sudah terlanjur dikeluarkan. Ya sudah sepedanya juga diambil. Oh, ini (foto) Mbak Susi Susanti tadi, diantar saja fotonya. Kok terus mau pulang itu, ke mana itu Pak Ang. Lo, lo, lo, langsung pulang.
Baiklah Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, perlu saya sampaikan…
Ya nanti, setelah ini. Anaknya mau ketemu saya. Setelah ini nanti Bu, ketemu.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Saya kira kita semuanya tahu bahwa kita sudah memutuskan untuk memindah ibu kota. Sekarang ini dalam proses mendetailkan lagi perencanaannya dan membuat undang-undangnya, dalam proses semuanya. Kita harapkan nanti bulan Juni sudah selesai.
Dan perlu saya sampaikan bahwa kita itu tidak ingin memindahkan hanya lokasinya saja, bukan itu, juga bukan memindahkan gedungnya gedung istana atau gedung kementerian ke Kalimantan, itu kan juga bukan itu. Yang ingin kita pindahkan adalah sebuah budaya baru, budaya kerja yang baru, budaya cepat yang tadi saya sampaikan, kultur kerja yang cepat yang tadi saya sampaikan. Membangun sistem yang baru sehingga sebelum orang-orang pindah ke sana sudah diinstal sebuah sistem sehingga kecepatan itu kita miliki, sehingga kita bisa memenangkan persaingan, bisa memenangkan kompetisi dengan negara-negara yang lain. Inilah keinginan kita.
Dan di ibu kota baru nanti, juga perlu saya sampaikan, memang kita ingin masuk ke sebuah ibu kota yang pro pada lingkungan, ramah lingkungan. Akan banyak nanti orang berjalan kaki, akan banyak nanti di sana orang naik sepeda. Kendaraan pun sudah kita rancang agar di sana nanti yang mobil yang ada atau sepeda motor yang ada adalah kendaraan listrik dan kendaraan yang autonomous, tanpa sopir tanpa awak.
Untuk itu sedikit ini akan saya sampaikan gambarannya. Silakan video.
(Penayangan Video Nagara Rimba Nusa)
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih. Sekali lagi, selamat Tahun Baru 2020 dan selamat merayakan Hari Imlek. Semoga keberhasilan selalu menyertai kita semuanya, menyertai bangsa kita Indonesia yang kita cintai.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Gong Xi Fa Cai.